Quantcast
Channel: Angsa Jenius
Viewing all 170 articles
Browse latest View live

(Lupa) Jujur

$
0
0
Sejak balita kita diajarkan untuk jujur, tidak menggunakan yang bukan milik tanpa ijin, tidak mengambil yang bukan kepunyaan.

Lalu kita tumbuh, tahun-tahun terlewat sejak pertama kali kita mendengar istilah jujur.

Seolah lupa, atau mungkin makna jujur yang berubah mengikuti perubahan trend baju abg masa kini.

Naik motor, helm dipakai karena takut kena tilang polisi. Lupa bahwa aspal tidak seempuk bantal di rumah. Saat berkendara malam hari, helm tidak dipakai karena alasan nggak ada polisi. Polisi memang tak ada, tapi kepala kita masih ada.

Saat berkendara di persimpangan yang sepi, lampu merah dilanggar. Toh tak ada polisi dan dari arah lain sepi. Lupa bahwa rentang lampu merah kita adalah hak pengguna jalan dari arah lain untuk berjalan.

Ketika macet, trotoar dijadikan jalan alternatif. Lupa bahwa itu adalah hak pejalan kaki untuk lewat.

Di angkot, atau di pasar yang penuh, rokok disulut. Lupa bahwa udara bersih tanpa kontaminasi adalah hak setiap individu.

Di taman kota, sampah permen dibuang begitu saja toh ada petugas kebersihan yang akan memungutnya. Lupa bahwa mereka bisa mengerjakan hal lain yang lebih banyak seandainya sehelai sampah kita masukkan ke tempatnya.

Allah ternyata kami memang sering lupa, atau sengaja lupa? Atau kami telah tidak jujur pada diri sendiri? Tahu bahwa itu salah tapi membenarkannya karena banyak yang berlaku demikian.

Sesungguhnya penjajahan dimulai karena kita membuka gerbang, membiarkan diri kita terjajah. Maka jangan salahkan orang lain kalau kita sendiri yang sudah membuka gerbang ketidakjujuran.

Dari Rahma Djati, untuk Indonesia.

take me out

$
0
0
Too many things to tell leads to tell nothing.

Too many deadlines to fulfill leads to do half works and none of which is complete.

I Need To Get Out From This Kind Of Routine For A While. Take me out *pingsan

Rahmad

$
0
0
Mataku mengerjap-ngerjap memandangi bangku kosong di depan ruang admin jurusan kampus, IT Telkom, salah satu kampus swasta paling tersohor di Indonesia. Ingatanku lalu terlempar pada detail dua tahun lalu yang masih sangat lekat tanpa cela. Rentetan kejadian yang tidak akan ku lupa. 

“Rahmad!” suaraku membuatnya menoleh. Gerakan yang sangat ingin kuabadikan dan kuputar berulang dalam mode diperlambat. Untuk sebagian orang ini pasti terkesan lebay karena aku pun pernah berpikir demikian. Tapi entah, ada yang berbeda yang membuatku ingin dia tetap tinggal. Dan hari itu jelas bukan hari yang kutunggu-tunggu karena hari itu adalah hari dimana dia diputuskan tidak berstatus mahasiswa lagi. Itu juga berarti dia akan segera meninggalkan kampus, meninggalkanku, meninggalkan ribuan jejak di setiap sudut kampus yang bisa kulihat. 

Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku merasa perlu memperkenalkan siapa aku dan siapa laki-laki yang ingin kuabadikan tatapannya itu. Laki-laki yang bernama Rahmad. Laki-laki yang sama sekali tidak meninggalkan kesan istimewa pada perkenalan pertama kami. Tapi kesan biasa itulah yang justru menjadikan kami cair tanpa ada sekat atau sikap yang dibuat-buat. Rahmad adalah laki-laki yang paling kupercaya di kampus. Dia tahu hampir semua hal tentangku. Aku tak tahu sepenting apa keberadaanku buatnya. Aku hanya tahu aku membutuhkannya dan dia selalu ada bahkan sebelum kuminta. Dia adalah pribadi yang tertutup, selalu menjadi pendengar yang baik, memberikan saran-saran logis yang tidak pernah terbersit dalam kerangka berpikir wanitaku. Dia selalu menawarkan bantuan, dan dia selalu berhasil membuatku tertawa.

"Eh, lo Sil. Nggak ngasih selamat nih?", Rahmad berujar enteng dengan senyum lebarnya.
"Iya kaaaak ini gw mau ngucapin. Selamat yaa! Sarjana Teknik ih keren banget. Udah bukan mahasiswa lagi."
"Hahaha, makasih yak. Buruan nyusul makanya biar tahu kaya apa rasanya jadi sarjana."

Rahmad berlalu, membereskan administrasi sidang kelulusannya. Bisa kubayangkan betapa enteng hatinya saat ini. Perasaanku, jauh lebih kompleks dari yang ku kira. Aku senang kakak tingkat favoritku lulus tepat waktu dengan nilai A, aku senang perjuangannya selama ini berbuah manis. Aku tersenyum dan aku mengucapkan selamat, tapi di balik itu ada setitik rasa kehilangan. Aku tahu dia akan segera pergi dari sini. Egoisme yang sulit dipahami.



Dia datang begitu saja dan ingin pergi begitu saja, tanpa tahu betapa sulit menghapus bayangannya di setiap sudut kampus.

bersambung

Shalihat Show

$
0
0
Sibuk di sana-sini, kerja, kuliah, menyambut ujian nasional, PKL, skripsi, bukan halangan buat wanita-wanita tangguh SPJ Bandung buat ngadain Shalihat Show. Iyey! Dari namanya aja pasti udah terbayang bahwa acara ini ditujukan buat muslimah. Lo wanita, then we will welcome you :)


Konsep dari Shalihat Show adalah pencerdasan wanita modern tentang pentingnya jilbab dan bahwa jilbab ini bisa dipake buat acara apapun. Formal maupun casual, bentuk muka bulet, kotak maupun oval, warna kulit sawo matang, putih, pink atau orange. Konsep ini dikemas dalam lomba menulis kisah berjilbab, talk show bareng shalihat kece yang humble luar biasa padahal semangat geraknya sungguh uwow menakjubkan, foundernya Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini. Ngga cukup sampe situ aja, di Shalihat Show juga ada fashion show yang beda dari semua fashion show yang pernah ada :p

Persiapan yang lumayan ngedadak jadi titik lemah kami, tapi semangat gerak ngajakin saudari-saudari buat lebih paham dan cinta sama jilbabnya selalu berhasil jadi bahan bakar lagi. Shalihat Show diadain di IBF (Islamic Book Fair) Bandung yang bertempat di Landmark Braga. Dari awal masa brainstorming ide, mba Amal dengan tegas bilang bahwa untuk fashion show ngga boleh ada lenggak-lenggok, no tabarruj dan jangan pake heels supaya jalannya biasa aja. Agree, karena memang tujuan dari fashion show ini buat ngasih alternatif dan gambaran buat shalihat yang pengin berjilbab sesuai aturan di event-event spesial.

Fatimah & Dayu, duo kacamata MC Shalihat Show

"Mbak maaf nih audience ngga banyak karena jadwal kita ngaret dari setengah satu jadi jam dua." kata gw sesaat sebelum sesi Peduli Jilbab mulai.
Dan untuk kondisi serupa, jawaban ini adalah jawaban paling menenangkan yang pernah gw denger. "Nggapapa. Nggapapa. Nabi Nuh aja dakwah ratusan tahun pengikutnya sedikit, cuma sekapal. Jangan patah semangat gara-gara penontonnya sedikit. Kita harus tetep ngasih yang terbaik."

Nyeeeeesssssssss....... adeeeemmm... Kaya tanah gersang disiram ujan.

Didaulat jadi moderator, sepanggung sama shalihat kerenz satu ini bener-bener penghargaan buat gw. Dalam 40 menit sharingnya, gw dibikin merinding berkali-kali.



Mba Amal pernah selamat dari makan babi 'cuma' karena pake jilbab, sedangkan tiga temennya ngga dikasih tahu sama tukang jualannya kalo mereka sedang beli babi karena mereka ngga pake jilbab. Subhanallah, Allah menyelamatkan saya dari barang haram hanya karena saya pake jilbab.

Jilbab berfungsi agar kita mudah dikenal. Bayangpun kalo lo ada di lingkungan baru dan sudah masuk waktu shalat. Sudah menjadi kewajiban kita buat ngajakin saudara kita dalam kebaikan, shalat. Ketika seorang teman baru namanya bukan nama Islam, kalau bukan jilbab, dari mana kita bisa dikenal sebagai muslim?

Jilbab itu tidak membatasi. Pernah berpikir "Duh kalo pake jilbab gw harus nunduk terus, jalannya pelan-pelan, ngomongnya harus pelan." Nggak, jilbab sama sekali ngga membatasi, ia justru melindungi.

Lo pake krim pemutih atau sunblock dengan SPF tinggi? Seberapa tinggi? Krim sejenis itu SPFnya sekitar 15-30, jilbab, hanya dengan memakainya, SPFnya udah bisa mencapai angka 50 tanpa harus pake krim lain lagi.

Penelitian dari dokter Dewi Inong dan temen-temennya menemukan bahwa penyakit yang membunuh wanita terbesar di dunia adalah kanker kulit. Oleh karena itu di Australia beberapa tahun silam ada gerakan Ayo Memakai Baju, ngajakin perempuan stop pake baju mini.

Jilbab dan baju panjang ini kuno? Sok mangga cari berapa tingkat kebocoran ozon dan apa bahayanya buat kulit. Masih mau ngatain jilbab ini kuno?

Ah laki-laki ngga pake jilbab tuh. Iya, karena memang ketebalan kulit wanita dan laki-laki ini beda, wanita jauh lebih tipis dan rentan terhadap sinar ultraviolet.

Nah teruuuussss... kemerindingan ngga berhenti di situ aja. Hijab dan jilbab itu beda saudara-sudara. Hijab itu pembatas, papan itu hijab, pakaian itu hijab. Setiap jilbab adalah hijab, tapi nggak setiap hijab adalah jilbab. Dan yang disebut jilbab ini menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Yoookkk tengok lagi pergelangan tangannya aman ngga? Kaki aman ngga? Rambut aman ngga?

Eh kakak aku ngga pede pake jilbab soalnya aku jadi keliatan tembem, trus jadi ngga cantik. Trus aku keliatan item, nanti jodohku susaah. Wah wah kalo keluhannya gini, coba buka Quran di surat Al Ahzab ayat 59. Disitu jelas Allah bilang kalo fungsi jilbab itu supaya kita mudah dikenal dan terlindung. Terlindung termasuk dari hal-hal yang ngga wanita inginkan. Allah sayang sama kita :)

Eiiitsss jilbab juga bukan pakaian buat pengajian aja yak. Jilbab ini pakaian sepanjang masa. Apapun acaranya, kapanpun waktunya, jilbab dong dresscodenya. Sharing bagian ini dilanjutin dengan definisi cantik yang harus kita, wanita, pahami. Cantik itu bukan tinggi langsing kulit putih kaya artis-artis yang perawatannya ngabisin puluhan juta. Nehi *sambil geleng-geleng India*.

Cantik datang dari hati yang bersyukur. Allah menciptakan makhlukNya dengan sempurna, untuk apa mengubah sesuatu yang sudah sempurna? Kalo aplikasi dan karya punya hak cipta, badan juga punya hak cipta. Allah penggenggamnya, bukan manusia, bukan dokter bedah plastik, bukan tukang salon, bukan tukang tato. Manusia ngga punya hak mengubah, apalagi emang pada dasarnya udah sempurna. Jadiii, tak perlulah cukur alis, pake krim-krim pemutih yang antah berantah bahan dasarnya, ditato atau operasi plastik. Perawatan beda ya dengan mengubah ciptaan. Lotion tentu perlu untuk menjaga kulit kita, mensyukuri bahwa kita dikasih kulit sedemikian rupa. Bedak perlu untuk menjaga wajah dari paparan sinar matahari langsung. Seperlunya saja, bukan yang berlebihan a.k.a. tabarruj a.k.a. dandan menor yang bikin pangling saking lebay dan tebelnya. Dandannya lama, kena wudhu, shalatnya lima menit, poles make-up lagi setengah jam. Duh.

Itu diantara materi sharing di Shalihat Show kemaren. Seruuuuuww!! Nah keseruan belum berakhir, dilanjut dengan fashion show pakaian casual dan gaun wisuda & walimah. Modelnya ada Putri dan Nidya dari Poltekkes TNI AU, Melfi dari Telkom University dan Anna & Fina, personil SPJ Bandung. Ngga ada lenggak-lenggok, ngga ada make up artist yang perlu dibayar mahal karena gw dan mereka sendiri yang dandan, ngga perlu pake hotpants atau pamer kaki kemana-mana, dan ngga ada acara poles make up berkali-kali.




Berbagi selalu menyenangkan ya :)

Kemaren mba Amal ngajak suami dan anaknya. Terang saja Haifan jadi rebutan anak-anak SPJ, dan hebatnya adalah Haifan mau diajak siapa aja tanpa nangis, anteeeengg seolah tahu bahwa umma dan abinya musti ngurus ini itu. Bahkan pas gw gendong keliling IBF lantaran mba Amal lagi diwawancara media massa dan suaminya lagi ngurus sponsor event di luar IBF, doi anteng aja tuh ngga ada nangis atau rewel. Setengah jam lebih, sampe tangan pegel karena posisi gendongnya harus sesuai keinginan si raja kecil itu. Pas ketemu abinya pun, dia ga nangis atau minta digendong abinya tapi tetep anteng di gendongan gw. Takjub!



juara-juara lomba menulis kisah hijrah berjilbab
Sepanggung sama founder Peduli Jilbab ini merupakan satu kehormatan buat gw. Disadarkan lagi sama Allah bahwa banyaaakkk yang belum gw tahu dan musti gw pelajari lagi. Benerin kerudung, kencengin tali sepatu, hap aku siap!

Graduation!

$
0
0
Hai, angsajenius muncul lagi disini! Cling!

Selasa, 20 Mei 2014, bertepatan sama Hari Kebangkitan Nasional alias National Wake Up Day (istilah dari Icuk Simarmata-nya Kos Kosan Gayam), anak-anak SMA se-Indonesia tengah berbahagia karena kemaren adalah pengumuman kelulusan UN. Lagi-lagi harus berbangga sama almamater gw, SMA N 1 Purworejo karena kabarnya untuk prodi IPA menduduki peringkat 3 dan prodi IPS menduduki peringkat 1 se-Jawa Tengah. Applause!

Kemaren pula adek gw semata wayang resmi menjadi alumni SMA tempat Bapak dan si anak sulung, gw, menerima ijazah SMA. Bersemat gelar Muda Ganesha, MG 2014. Luar biasa pasti rasanya, campuran haru, seneng, lega dan sedih karena harus meninggalkan seragam putih abu-abu yang (katanya) paling berwarna. Kegiatan sebelum pengumuman kelulusan buat adek dan gw enam tahun lalu jauh berbeda. Gw adalah penonton yang rajin untuk banyak acara, datang tepat waktu dengan dresscode sesuai ketentuan, menikmati acara dan foto-foto. Sementara kemaren adek ngakunya jadi ketua panitia pensi yang bikin tiap hari pulang malem. Whoa selamat Muhamad Yusuf Hakim, MG 2014! My baby boy is so grown up, proud!

Kelulusan selalu jadi a moment to remember, lulus kuliah, lulus SMA, lulus SMP, lulus SD dan lulus TK. Bedanya momen lulus SD rasanya biasa aja karena gw belum paham arti dan dampaknya. Sedangkan lulus TK isinya nangis sejadi-jadinya karena gw mau dimasukin ke SD deket rumah, SD yang beda sama temen-temen TK. 

Seperti ungkapan di buku dan film Manusia Setengah Salmon, hidup ini penuh dengan perpindahan. Seneng atau engga, terpaksa atau engga, banyak hal harus berubah. Lingkungan, tantangan; ada pekerjaan yang berubah dan ada orang-orang yang datang dan pergi. 

Karena cerita lulus SMA dulu belum punya blog, maka ini adalah sedikit cerita dari sekolah favorit di kabupaten kecil yang sering luput dari peta itu. 

18 teman-teman seperjuangan
Tring! Grup whatsapp kelas masih rame, isinya sebagian besar adalah obrolan geje dan ngecengin si calon manten, Marissa yang bakal mecah telor, jadi orang pertama di aksel angkatan pertama SMA N 1 Purworejo yang menikah. Tiba-tiba kemarin kami diingatkan kembali bahwa tanggal 20 Mei adalah pengumuman kelulusan. Pikiran gw ngga bisa ngga terlempar pada momen yang sama enam tahun lalu.

Dari kos Bu Pram, bersama mbak-mbak kos dan Ratih, roommate-classmate-masuk telat mate, berkostum rok hitam, atasan putih dan dasi hitam kami berjalan dengan hati yang hangat. Kabar kelulusan 100% sudah beredar sebelumnya, no more galaw tinggal dagdigdug khawatir nilainya lulus mepet ><

Prosesi pelepasan siswa kelas XII berjalan sesuai prediksi, merinding, dan penuh air mata. Banyak yang dapet nilai 10 dan maju ke panggung, gw bukan salah satunya :3

the girls
Kata orang masa SMA adalah masa paling bahagia. Ah nggak juga. Kuliah juga ngga kalah bahagia kok. Say it because of the restriction to join ekskul. Gw cuma tahu, SMA banyak banget ngasih pelajaran. Bahwa hidup tak selalu di atas, ada kalanya kita ada di bawah. Bahwa dalam persaingan yang ketat sekalipun, persahabatan tetap di atas segalanya. 

Dear adek-adek MG dan seluruh siswa kelas XII yang baru lulus, setelah ini temen-temen sekelas kalian ngga akan ada di petak ruangan yang sama dengan kalian tiap hari. Ngga ada lagi pelajaran olah raga berebut bola basket dan balapan lari seminggu sekali. Ngga ada lagi ulangan sambil lirik-lirik. Ngga ada lagi jajan soto di kantin tiap istirahat. Lalu setelah itu kalian akan kuliah di tempat yang berbeda. Secepat itu hidup berubah.

Dan ini, sudut-sudut yang gw rindukan, yang sekarang sudah banyak berubah. Ini, sudut-sudut yang menyimpan sejuta cerita.




Selamat adek my baby bolo-bolo hahaha, predikat MG 2014 sudah tersemat. Semoga bulan Mei banyak berita bahagia :*

Rindu

$
0
0
Kampus masih tampak sama sekilas. Pohon-pohon masih tegak di tanah tempatnya menyerap nutrisi, gedung-gedung masih kokoh dan tampan dari kejauhan. Lorong-lorong, yang kata orang seperti lorong rumah sakit, masih sama misteriusnya. Semua masih sama kecuali dua hal, pertama bahwa ia bukan lagi mahasiswa dan kedua adalah bahwa orang-orang berseragam putih biru yang dia temui kini asing. Ia masih dikenal, disapa banyak orang, walaupun dengan sapaan ‘kak’ bukan lagi namanya seperti dulu. Ia tak lagi menemui sebayanya, orang-orang yang bisa dengan bebas ia teriaki dari jarak belasan meter. Ia tak bisa sebebas dulu berjalan berjingkat-jingkat sambil sesekali melompat mencoba meraih kayu-kayu di atap lorong kampus. Saat ini ada predikat yang harus ia jaga. Ia adalah dosen muda yang baru diangkat di kampus tempatnya mendapatkan gelar sarjana.

Jumat, 23 Mei 2014. Matahari Bandung bersinar terik, menyengat setiap penghuni Bandung pinggiran yang sering disebut Bandung coret. Dayeuhkolot tak terkecuali. Siang ini ia berjalan melewati lapangan futsal. Senyap. Hanya ada beberapa rompi seragam dijemur, didiamkan begitu saja di dalam lantai lapangan yang memantulkan panas terik. Perempuan itu menoleh ke satu sudut lapangan yang begitu familiar. Ada sesosok bayangan disana, tengah duduk memegang botol minum, menoleh dan tersenyum. Ia mengerjap, bayangan itu hilang dalam kedipan mata. Ini bukan kali pertama. Dulu ia percaya bayangan seperti ini adalah hantu, tapi belakangan ia sadar ini rindu. Ia terus berjalan, berharap apa yang baru saja dilihatnya adalah nyata.

Berjalan menyusur lorong sendirian melemparkan ingatannya pada tiga tahun lalu. Orang-orang dengan seragam yang sama tapi dengan cerita yang berbeda. Dari ribuan mahasiswa kampusnya, yang tiap hari berseragam putih dan rok atau celana biru dongker, ada satu orang yang selalu berhasil menangkap matanya. Ada satu orang yang setiap sapaannya ingin dia rekam untuk diputar berulang. Ada satu orang yang hanya dengan senyumnya saja rasanya masalah terselesaikan. Satu orang yang tatapannya saat menyimak cerita seperti memberi solusi.

Ia teringat kutipan Kahlil Gibran dalam bukunya Almustafa, “Dan selalu saja cinta menyadari kedalamannya ketika perpisahan tiba.” Selalu pula, rindu menemukan pemiliknya ketika jarak menjadi sesuatu yang bisa diukur.

Banyak orang memilih jujur ketika rindu, ia termasuk dalam segolongan orang yang diam. Mengirim kode-kode yang hanya dipahaminya sendiri. Menyapanya dalam dialog pada Tuhannya.
Ia berakhir di depan gedung tempatnya mengenal laki-laki itu, mahasiswa yang selalu berhasil menangkap matanya. Rindunya menemukan pemiliknya. Rahmad.


How Your College Shape You

$
0
0
Satu doa yang paling gw inget selama gw ngerjain TA, “Ya Allah kuatkan, kuatkan, kuatkan.”

Berkesibukan di bagian pengembangan karir kampus, selain masih ngajar, bikin mata gw terbuka lebih lebar. Belakangan ini aturan pindah prodi diperbolehkan, dan banyak mahasiswa yang dateng ke CDC pengin pindah prodi. Keluhannya rata-rata sama, ngga suka atau ngga kuat sama hitung-hitungan. Ah, adek-adek itu mengingatkan gw pada dilemma gw di pertengahan kuliah. Masa TPB Alhamdulillah bisa dilalui dengan sangat lancar karena isinya ngga jauh beda sama pelajaran SMA. Masalah mulai timbul masuk semester 3, mata kuliah-mata kuliah khas Sistem Informasi memenuhi daftar KSM. Susah? Bohong kalau gw bilang engga. Tapi saat itu sama sekali ngga terbersit untuk pindah kuliah karena setiap telepon Bapak selalu bilang “Pasti bisa. Putri Bapak pasti bisa, kamu kan pinter, hebat. Yakin saja pasti bisa.” kalimat-kalimat positif semacam ini ngga pernah gagal membangkitkan percaya diri.

Sombong nggak?
Ngga pernah terbersit sama sekali ini adalah bentuk kesombongan. Gw percaya, pada dasarnya manusia butuh diapresiasi, minimal oleh diri sendiri. Jangan pelit memuji diri sendiri, tapi juga jangan kelewat pede. Di awal-awal kuliah gw inget sering bergumam “karena aku hebat dan Allahku paling hebat, maka kali ini pasti bisa” Ah sama kok dengan fenomena wanita dan kaca. Kenapa wanita suka berkaca? Ngga cuman di cermin tapi juga di spion, kaca mobil, kaca mobil orang di parkiran, bahkan ada yang berkaca di sendok (harusnya namanya bersendok ya bukan berkaca). Kenapa? Karena wanita merasa cantik. Dia suka melihat pantulan dirinya dalam bentuk yang indah. Coba aja kalo lagi jelek pasti males ngaca, kalaupun ngaca pasti tujuannya buat memperbaiki biar ngga jelek-jelek amat :p

Nah balik ke pengaruh positif. Memang ngaruh banget apa yang sering kita dengar dalam pembentukan pola pikir dan karakter. Gw inget banget pas ikut seminarnya Yoris Sebastian, dia bilang kalo dia nggak pernah nyesel kuliah akuntansi walaupun ngga sampe lulus dan sekarang bekerja di industri kreatif, bukannya mendalami akuntansi. Well, kuliah bukan hanya soal pekerjaan. Kuliah juga soal pembentukan pola pikir (dan tentu saja relasi). Saat menjadi wirausahawan di bidang industri kreatif, pola pikir akuntansi ternyata sangat kepake. Program kreatif I Love Monday pun muncul karena pola pikir akuntansinya yang memperhitungkan, ngapain bikin program di weekend karena weekend emang selalu rame. Hard rock café butuh customer buat weekday yang jumlah pendapatannya jauh dibanding weekend. See? Ngga ada yang namanya kuliah salah jurusan.

Pas ngajar, gw juga nanya ke mahasiswa kelas gw siapa yang ngga suka coding, siapa yang ngga suka Java. Sesuai prediksi, bahkan anak-anak D3 Manajemen Informatika pun ada yang ngga suka coding. Dan sesuai pengalaman, gw bercerita bahwa kuliah ini salah satunya tentang pembentukan pola pikir. Sebagai lulusan Sistem Informasi, kalau lihat suatu sistem yang ngga efisien dari sisi cost, time atau people, rasanya gemes. Seharusnya nggak gini. Dulu pas masih kuliah, kalau ke mall dan parkir otomatis, yang dipikir bukan cuma bayar habis berapa ya, tapi juga ini algoritmanya gimana ya bisa jadi sistem parking kaya gini.

Kuliah ngga cuma soal transkrip nilai dan IPK, tapi juga soal kedewasaan dalam mencari solusi menghadapi masalah.
skill dan pendewasaan itu salah satunya datang dari organisasi dan kepanitiaan (panitia IELTS 2010)
Jangan mau biasa aja dengan hanya datang duduk di kelas. Riset, baca paper, ikut UKM, ikut lomba. Karena semua itu akan jadi hal yang lo kangenin ketika KTM sudah ngga lagi berlaku dan status mahasiswa udah ngga di genggaman.

Yang Mendukung dan Yang Menjatuhkan

$
0
0
Seperti koin yang terdiri dari dua sisi, seperti itu pula manusia. Selalu ada yang mendukung dan yang menjatuhkan, karena hakikatnya setiap hal diciptakan berpasangan.

Perkenalkan, nama perempuan itu Rahma (bukan nama sebenarnya, karena nama samaran Bunga udah terlalu mainstream di Koran-koran tigaribuan). Usianya 22 tahun saat cerita ini ditulis. Sudah punya KTP sejak empat tahun lalu. Sudah punya SIM C sejak akhir tahun lalu.

Berkeinginan bisa naik sepeda sejak kelas 1 SD membuatnya merajuk minta dibelikan sepeda baru, bukan lagi sepeda roda tiga merk Family yang rodanya berwarna ungu. Di hari yang dinanti, sang Bapak membelikannya sepeda baru. Merknya Subaru warnanya ungu. Semangat bersepedanya mendadak sirna melihat sepeda baru yang tidak sesuai kriteria. Rahma ingin sepeda mini berwarna pink dengan keranjang di bagian depan, sedangkan yang ada di hadapannya adalah sepeda gunung yang disebutnya pit federal.
Setiap disuruh latihan bersepeda, Rahma akan pura-pura jatuh atau dengan sengaja menjatuhkan diri sebegai alasannya berhenti belajar sepeda. Kelas 2 SD, saat teman-teman sepermainannya bersepeda keliling kampung, Rahma cukup puas dengan berjalan di paling belakang konvoi sepeda. Rahma berjalan menggandeng sepedanya. Kegiatan ini dia sebut bersepeda yang dalam bahasa asli disebut pit-pitan.
Kelas 3 SD, bu Guru, Bu Leginah namanya, bertanya “Siapa yang belum bisa naik sepeda ngacung!” dan tanpa ragu Rahma mengangkat jari telunjuk kanannya. Dia diam sesaat, menyadari bahwa hanya dia dan satu orang yang mengangkat tangan belum bisa naik sepeda. Sepulang sekolah, Rahma (ingat, bukan nama sebenarnya) bergegas berlatih naik sepeda. Dia pernah terjerembab di pagar tetangga karena tak bisa menghindar dari motor yang lewat. Dia pernah menabrak tukang gulali karena tak bisa mengerem sepedanya. Dia jatuh berkali-kali, tapi dia bangkit lagi.

Dalam proses berjalan menggandeng sepeda hingga bisa naik sepeda sendiri itu, ada orang-orang yang mendukung dan ada juga yang menjatuhkan. Rahma berkesimpulan, tak semua omongan orang itu benar.
Persis sama gw sekarang yang belum lama berani bawa motor di Bandung. Awalnya bawa motor jarak 100 meter aja rasanya jauh lebih cape dan ngos-ngosan dibanding jalan kaki. Kenapa? Karena grogi. Awalnya, setiap bawa motor, Tari selalu mengawal di belakang pelan-pelan, memastikan gw aman. Lama-lama, berani boncengin orang, lalu berani bawa motor ke Pangalengan. Hidup itu penuh dengan proses.

Di saat seperti ini, akan kelihatan siapa yang mendukung dan siapa yang ngga pengin lo berkembang. Contoh sederhananya ya kasus bawa motor ini. Ada yang memberi semangat dan berusaha memastikan gw aman, ada juga yang meremehkan dengan “Wah lo bawa motornya aja masih ngeri gitu ngga seimbang. Udah bonceng aja.” Yang ngomong cowok. Eits enak aja _-_ *roll depan*

Di saat-saat sulit, lo akan tahu siapa yang selalu berusaha ada dan mengerti, dan siapa yang pura-pura ngga tahu apa-apa. Hidup itu penuh dengan proses, dan hal-hal semacam ini mungkin bagian dari proses menemukan siapa orang-orang yang paling pantas lo percaya.

niat hati membentuk tulisan SC, sama salah satu orang paling terpercaya hihihi

p.s. terima kasih untuk yang selalu percaya dan bisa dipercaya, terima kasih untuk yang selalu bisa mengerti.

Update Yang Kamu Dapet Langsung Dari Laptop Aku Loh! :3

$
0
0
June already! Beberapa hari lagi Ramadhan, beberapa hari lagi Juli. Alhamdulillah masih diberi umur sampai hari ini, masih bisa ngerasain nafas gratis tanpa bantuan selang, masih bisa berjalan kemana-mana dengan aman tanpa harus khawatir bakal ditembak kaya di Mesir sana. 

Banyaaaakkk yang pengen banget gw ceritain, banyaaakk, saking banyaknya akhirnya malah ngga cerita apa-apa. So here are the things I think I need to update here, just in case you want to get the latest news about me. Meh! :3

  1. Ehem, berita bahagia pertama adalah gw lolos S2 ITB. Mahabesar Allah yang ngasih kekuatan dan memudahkan. Salah satu syaratnya adalah TPA yang gw kerjain dengan kepala ngebul-ngebul karena lamaaa banget ngga berhitung. Sempet desperate karena ngerasa "ah kayanya mah ngga akan nyampe skornya" saking nggak bisanya. Maafkan hambaMu yang sempat berburuk sangka ini Ya Allah.. Tari juga loloooss, alhamdulillah :))

  2. Move move move! Kamis ini gw mau pindah kosan ke daerah Karapitan. Keputusan yang cukup bijaksana karena gw akan banyak bolak-balik ITB dan Telkom University. Pindah selalu nggak sesederhana itu. Pack barang yang udah tersusun di tempat lama, dikardusin, disusun di tempat baru. Dalam prosesnya pun, persis yang diceritain di Manusia Setengah Salmon, pindah juga membutuhkan kebijakan buat menentukan mana yang perlu dibawa, mana yang harus ditinggalkan dan dibuang. Yang bikin lama packing bukan semata karena banyak barang, tapi karena sambil ngeberesin sambil bengong "dulu buku ini dibeli pas ini, plakat ini dikasih pas ngisi di acara ini, ini kado dari si ini" dst.
  3. Aksel angkatan 1 SMA N 1 Purworejo pecah telor! Marissa Rahmadhany jadi orang pertama yang berhak atas piala bergilir seberat 4 kilo. Pardon for the pictures, bukannya foto pengantin ini malah selfie selfie begini. Nikahan Marissa jadi ajang reunian juga dengan formasi paling lengkap. Emang harus pake event nikahan ya, buka bersama kurang mempan buat ngumpulin semuanya _-_ 
    pejuang akad nikah Marissa
    with the bride
    Banyak kabar bahagia lain di bulan Mei Juni ini. Ujian ya dapet apa yang kita pengen. Ujian supaya ngga sombong, ngga merasa tinggi. Sekarang lagi mau daftar beasiswa calon dosen dari Dikti. Doakaaaann. Akan diupdate sesegera mungkin dalam versi lebih lengkapnya. 
Faidza Faraghta Fanshab (“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (Al Insyirah: 7). Nah air pun akan keruh jika tak mengalir. Tetap produktif, tetap optimis, tetap positif! 

RSPQ

$
0
0
Dari Abu Hurairah, dia mendengar Rasulullah bersabda ”Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang diamalkan (diajarkan) dan anak soleh yang mendoakannya.” (H.R. Muslim)

Mengajar berarti berbagi. Pepatah Barat bilang, happiness is only real when shared. Pepatah Purworejo bilang, knowledge is only real when shared atau dalam bahasa asli berbunyi sejatine ngelmu kasunyatan yen dibagi.

Sejak November tahun lalu, melalui reply iseng di twitter dilanjutkan dengan obrolan personal antara gw, Jamil dan Alfi yang dua-duanya adalah rekan SC PDKT 2012, gw ditawarin ikut ngajar di RSPQ (Rumah Singgah Pecinta Qur’an). Ngajar apa aja bebas katanya. Waktunya bebas sebisa gw katanya. Tinggal nyesuain karena RSPQ biasanya ada ngaji bada maghrib dilanjut belajar bareng kakak-kakak yang dateng. 

Gw terus mikir, mau ngajar matematika eh ngga jago-jago amat. Plus musti ada pemisahan berdasarkan kelas. Mau ngajar IPA, musti baca lagi. Mau ngajar ngaji, udah banyak yang lebih jago. Akhirnya gw memutuskan ngajar bahasa Inggris.

I will make it fun. Ngga ada pemisahan kelas, dan bakal banyak nyanyi-nyanyi. Gw pengin anak-anak ini berani speak up, ngga cuma fasih berbahasa Sunda aja. Gw pengin mereka berani melihat dunia. Gw pengin anak-anak dari pinggiran Bandung ini ngga kalah sama anak-anak kota Bandung yang punya fasilitas lebih mencukupi. Gw pengen mereka ngerasain enaknya belajar bahasa Inggris kaya yang gw rasain waktu gw seumuran itu. Gw pengen berbagi apa yang gw bisa, sedikit mungkin, tapi minimal gw mencoba.

Anak-anak di RSPQ manis-maniiiiiss banget. Rata-rata mereka adalah anaknya warga sekitar Sukabirus, kampung yang mepet kampus tapi bertolak belakang banget sama kondisi mahasiswa. Dari sisi ekonomi, kelihatan banget njomplangnya. Dan yang gw denger dari bu Ntin, salah satu warga yang peduli dan ikutan ngurus RSPQ, ada orang tua murid yang bilang “Udah, ngapain belajar rajin-rajin, abis lulus nanti mendingan bantu bapak mulung sampah.” Sediih. Cita-cita anak-anak dipatahkan oleh orangtuanya sendiri, sementara di luar sana orangtua lain sibuk memupuk harapan dan cita-cita anaknya.

Hari pertama ngajar, antusiasme anak-anak luar biasa dahsyatnya. Mereka malu-malu tapi mereka mau, tergambar dari mereka yang diam-diam membaca tanpa suara apa yang gw tulis di papan. Awalnya, membaca nyaring cuma 2-4 orang yang mau, yang lain malu-malu, tapi Alhamdulillah lewat lagu, mereka jadi berani mengucap kata demi kata dengan nyaring. Gw emang ngga melakukan pemisahan kelas, semua jadi satu mulai yang belum sekolah sampe yang SMP kelas 1. Treatment per anak yang gw bedakan.

Diawali dengan nanya “Hi, what’s your name?” yang musti dijawab dengan “My name is…….” oleh setiap anak, rasa percaya diri anak-anak pinggiran ini gw pupuk. Awalnya, buat ngomong my name is aja mereka ngga mau, ngga pede, dan banyak yang salah pengucapan. But that’s alright since it’s a good start that they already willing to speak up. Skill speaking gw asah lewat lagu. Ajaibnya, anak-anak ini cepet banget mencerna gimana ngucap kata demi kata di lagu yang mereka hapal di luar kepala. Setiap menguasai lagu baru, gw ajak mereka tahu arti per kata dan cara ngucap yang benernya.  Setelah itu mereka musti spelling per huruf. Percaya deh, sekesel-sekelnya lo karena keberisikan mereka selama jam belajar, terobati seketika pas mereka bisa ngucap dengan bener dan spell hurufnya dengan bener. Pernah mereka gw kasih puzzle season yang harus mereka susun, setelah itu kami ngebahas tentang season di Negara-negara empat musim. Beberapa kali gw bikin role play dimana mereka harus berdialog sama pasangannya dengan teks dialog yang gw tentukan. Gw akan muter ngecek satu per satu, dan ini udah cukup bikin mereka grogi :p Beberapa kali juga gw bikin teks bacaan sederhana di papan tulis untuk dibaca bareng-bareng. Gw kasih list vocab yang harus mereka hafal untuk kemudian gw tes listening dan writingnya lewat narasi dengan vocab tertentu yang musti mereka tulis setiap kali gw ngomong dalam cerita itu.

Misalnya gw lagi ngebahas family member, di papan tulis bakal gw tulisin semua vocab family member beserta artinya. Lalu gw akan mendongeng, dan anak-anak harus mencatat setiap kata yang berisi family member yang gw ucapkan. Hasilnya? Amazing! Mereka bisa nangkep dengan sangat baik, rata-rata bener semua atau salah dua.

Bagian paling challenging buat gw adalah ngasih lagu baru tiap pertemuannya karena itu yang bikin mereka semangat dan berani speak up. Gw kehabisan stok lagu saat Twinkle-Twinkle, Brother John, Old McDonnald, Ten Little Indian, If You Happy and You Know It , Que Sera Sera, My Bonnie dan semua lagi yang gw kasih udah mereka hafal. Akhirnya gw sampe ngasih We Shall Overcome kaya yang di My Name Is Khan _-_ serta nyeritain sejarahnya lagu itu, gw tambah beberapa bait buat Old McDonnald dan My Bonnie, gw ajarin yel-yel energizing G.O.O.D J.O.B., dan di pertemuan terakhir, karena mereka minta terus lagu baru, gw kasih deh tuh Open Banana sama gerakannya juga. Cem icebreaking workshop aja ya :3

Buat menjaga supaya mereka ngga berguguran tiap pekannya, gw menerapkan sistem tanda tangan di tiap akhir pertemuan, dan buat mereka yang udah punya 10 ttd bakal dapet hadiah dari gw. Hadiahnya cuma penghapus dan pulpen lucu-lucu, tapi rupanya itu udah lebih dari cukup untuk ngebikin mereka rajin dateng dua kali seminggu buat belajar bahasa Inggris.

Selain bahasa Inggris, anak-anak RSPQ juga belajar matematika, ngaji, IPA dan lain-lainnya. Yang ngajar ya mereka yang mau. Ini bukan soal mampu atau nggak mampu kok, tapi mau atau nggak mau. Memilih menutup mata atau mengakui kalau kita punya sesuatu untuk berkontribusi.

Dan akhirnya saat perpisahan itu tiba. Sediiih rasanya, apa daya karena gw pindah kosan dan jadwal belajar bareng di RSPQ itu bada maghrib sampe jam 20.00 ya gw memutuskan untuk pamit. Nyenengin banget ada di antara anak-anak ini. Seneng yang berlipat juga terasa pas ketemu di jalan dan mereka manggil atau bahkan mendekat buat salim. Lebih bahagia lagi saat ngeliat mereka di jalan nyanyi-nyanyi lagu yang pernah gw ajarin. Anak ter’bandel’ pun ternyata bisa ngikutin, dan bahkan sambil nunggu, sementara yang lain pada ngobrol, dia nyanyi-nyanyi lagu-lagu berbahasa Inggris itu. Moment of joy~

Tentu saja selama ini gw ngga sendirian (walaupun seringnya sendiri) pas ngajar. Tapi didaulat sebagai pengajar utama emang jadi amanah tersendiri. Dan sekarang, setelah gw pamitan, anak-anak RSPQ ini butuh sosok kakak pengajar bahasa Inggris baru yang lebih keren. Lo mungkin orang yang mereka butuhkan, jadi kalo berminat feel free to text me or just mention on my twitter.


Dan bukankah ketika anak-anak ini nanti tumbuh besar dan mereka memanfaatkan ilmu yang didapet dari RSPQ, kita tak akan luput dari pencatatan malaikat atas ilmu yang bermanfaat? Bukankah jika dari cerita-cerita bijak yang kita ceritakan mereka bisa mengambil hikmah dan menerapkannya, amalan kita akan bertambah? Allah Maha Melihat. Berbagi tak harus menunggu nanti. Yuk berkontribusi! J


Moh, Nanti Sombong

$
0
0
Dalam suatu kesempatan pulang kampung, gw kaget dengan kamar bapak ibuk yang dipenuhi tempelan foto anak-anaknya. Ada pas-foto saat TK, SD, SMA, wisuda, dan foto wisudaan bapak. Terheran-heran gw nontonin betapa banyaknya foto yang dicetak (lumayan) besar dan ditempel-tempel gitu aja di dinding. 

"Buk, kenapa ngga ditempel di ruang tamu aja satu yang bagus?"
"Bapak nggak boleh, nduk."
"Lho kok? Kenapa?"
"Nanti kuatir ditanya orang, kalo ditanya nanti pas jawab kuatir ada rasa pengin pamer. Nanti jadi sombong."
Sleketep. Gw terdiam.

Yang namanya hati, ngga bisa ditebak kapan berubahnya. Sekarang terpancang niat ngga mau pamer, bisa jadi pas ada tamu yang nanya "Waah mbak Rahma udah wisuda ya, cantik banget." *yaudah si blog-blog gw, terserah dong ya bikin contohnya :p* tiba-tiba rasa sombong itu muncul tanpa bisa dibendung. Ah kagum banget deh sama bapak.


Daripada tiba-tiba mulut susah direm buat cerita membesar-besarkan diri sendiri, padahal semuanya ngga akan terjadi tanpa ijin dan kuasa Allah, mending cari aman menghindari sejak dini toh? 

Selamat menjalani bulan Ramadhan, barakallah barakallah :))

Mendewasa

$
0
0
Hi there! Apa kabar di sana? Wishing you in a good mood and health and all J

Pulang kampung selalu membawa cerita sendiri. 2014 ini adalah mudik lebaran keenam sejak memutuskan buat kuliah di Bandung. Dan kayanya untuk beberapa tahun ke depan pun asal mudiknya masih sama, dari Bandung. Mudik kali ini adalah mudik dengan KTP yang kalo dihitung mundur udah menunjukkan angka 22. Well, 23 kurang 2 bulan masih terhitung 22 kan? :p

Siang tadi gw ngebukain album lawas. Ada foto KKN bapak, wisuda bapak, wisuda ibuk, nikahan bapak ibuk, dan tentu saja album favorit adalah album yang isinya kumpulan foto-foto kecil gw dulu. And it feels like WOW! Bocah tanpa leher (saking gendutnya) udah tumbuh segede ini *ngaca*

Yang paling berasa banget bedanya dari mudik beberapa tahun sebelumnya adalah perlakuan orang tua. Gw lupa haditsnya, tapi kurang lebih intinya adalah perlakukan anakmu seperti raja sampai ia berumur 7 tahun, lalu 7 tahun kedua which is umur 7 – 14 seperti tawanan perang, dan seterusnya perlakukan ia seperti sahabat. Berada di rumah selalu sukses bikin keinget nakal-nakalnya jaman dulu. Disuruh apapun jawabannya cuma satu “Nggih, sik.” (Iya nanti dulu) yang ujung-ujungnya kena omel hampir tiap hari. Disuruh nyapu, nanti. Disuruh ngambilin gunting, nanti. Disuruh nyuci piring, nanti. Disuruh shalat, nanti. Giliran disuruh makan, langsung. Duh!


Di umur segini, udah bukan jamannya lagi sak-sik-sak-sik alias iya nanti-iya nanti. Umur segini udah seharusnya ngerjain kerjaan orangtua tanpa harus diminta. Sebelum mudik kemaren, di liqo dibahas tentang kewajiban anak dan orangtua. Di sana disebut kalo oleh-oleh terbaik buat mudik nanti bukanlah makanan berkantong-kantong melainkan bakti anak. Dan berasa banget juga, di umur segini, perlakuan orangtua beda dibanding beberapa tahun lalu. Bahan obrolannya, tingkat trustnya, dan ngga jarang kita udah dilibatin buat banyak urusan serius. Mahabesar Allah yang mengijinkan kita tumbuh, ngga cuma membesar tapi juga mendewasa.

Rabbighfirli waliwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayyani shoghiiro. Ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku serta sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku waktu kecil.

Yak, tunggu apa lagi. Ramadhan salah satu momentum paling pas buat memulai kebaikan, ngga perlulah menunggu nanti. Selamat menunjukkan bakti terbaik buat orang tua! J

Juli 2014, Rangkaian Mengusahakan Masa Depan

$
0
0
Ini adalah bagian dari cerita mengupayakan masa depan, dengan tokoh bernama Rahma (nama sebenarnya) dan tokoh-tokoh lain yang juga nama sebenarnya. Karena nama Bunga udah terlalu mainstream.


13 Juli 2014, 02.30 di kosan Nisa di Pasteur
Gw ngulet-ngulet sambil mengerjap mata. Disergap rasa ngantuk yang belom lunas ditambah dinginnya Bandung bener-bener tantangan buat bangun jam segitu dan.... harus MANDI. Iya mandi, kegiatan yang mengharuskan badan terguyur air, membangunkan syaraf-syaraf ngantuk tanpa kompromi. Hari ini adalah hari besar, bagian dari serentet cerita mengusahakan masa depan. Aih, gw suka banget kalimat barusan. Gw harus ke Bogor, jauh-jauh, demi tes TPA di IPB buat ngurus syarat daftar beasiswa. Skor yang diminta adalah 550 dan skor TPA yang gw punya cuma 520 well yeah itu udah sangat alhamdulillah karena rasanya abis ngerjain TPA kepala bener-bener berasap. Sambil senyam-senyum sendiri inget buka puasa semalem, salah satu upaya menghangatkan suhu ruangan (ngga ngaruh pula kenyataannya), gw sahur, memaksakan makanan masuk karena gw butuh energi ekstraaaa buat mikir yeaahhh *gaya Bejita :3

Jam 3.30 gw udah duduk cantik di lobby Cipaganti BTC, hasil jemputan bapak taksi sepuluh menit yang lalu. Eniwei gw baru tahu kalo tarif minimum Blue Bird naik jadi 35.000 which is so mahal buat jarak yang seuprit gitu, yang aslinya argo cuma menunjukkan 13.000. Tapi sungguh, masa depan bener-bener layak diperjuangkan, dan bayar taksi mihil pagi buta salah satu caranya. Gw akan naik travel jam 4.00 yang udah dipesen dari dua minggu sebelumnya. Ini salah satu perjalanan jarak dekat paling terencana. Iya, apalagi kalo bukan karena gamau repot di detik-detik terakhir hahaha.

Lalu Rahmanya tidur sepanjang perjalanan, bangun-bangun udah mau keluar tol Bogor.....

06.45, sekitaran IPB Baranangsiang
Kombinasi dateng kepagian, kuatir mules pas tes karena mandi kepagian, dan sendirian. Ciamik! Nooo, I was really not that desperate kok, I'm totally fine. Hal-hal ngga terduga selalu berhasil bikin lebih bahagia, dan pergi sendirian salah satu caranya. Tes dikerjakan dengan khusyu, selain karena tempat tesnya nyaman, gw juga udah tahu triknya, ngga blank kaya pas tes pertama walaupun dari segi latihan soal tes kedua ini ngga lebih well prepared dibanding yang pertama. Optimis! Lalu keluar ruangan disambut hujan gerimis. Melengganglah gw menuju terminal dan langsung nyamber bus pertama yang siap meluncur ke Bandung. 

16 Juli 2014
Setelah beberapa hari terakhir agak cuek sama hape, khusus hari ini ada sesuatu yang sangat gw tunggu-tunggu. Tiap bunyi ada SMS, langsung ngeceknya sambil melotot. Eng ing eeng, SMS yang ditunggu datang juga. Skor gw udah keluar iyey! 643,5. Rasanyaaaa...... alhamdulillah, Allah tanpa pertolonganMu ngga akan skor segitu bisa didapet. Nah TPA Bappenas ini sebenernya akan dikirim hasilnya ke domisili, but it takes approx one week long. Karena buat syarat beasiswa yang maksimalnya itu besok dikumpul ke ITB, gw ngga punya pilihan lain selain meluncur ke OTO Bappenas buat ngambil langsung. Besok pagi. Lalu langsung balik Bandung secepetnya. Ngesubmit syarat beasiswa. Kejar-kejaran sama deadline fufufu.

Sambil mikir gimana caranya nemuin kantor OTO Bappenas yang ada di gedung Yarnati jl Proklamasi Jakpus itu, gw ke ITB mau ngambil cetak ulang sertifikat Toefl ITP (yang ternyata belom jadi aaaaakkk noooo!!) akhirnya gw ke Annex, bagian registrasi maba buat minjem sertifikat Toefl yang udah gw kumpulin buat daftar kemaren, gw scan dan gw fotokopi warna. Lagi-lagi Allah nunjukin kuasaNya, bapak petugasnya baiiiiikkkk aneeeeutttt. 
"Pak buat syarat beasiswa dikumpul maksimal besok jam berapa ya?"
"Jam 12 siang."
"Hmm..Pak, saya kan tes lagi TPAnya, nah besok harus ngambil dulu ke Jakarta. Kayanya kalojam 12 ngga kekejar, boleh agak sorean ngga pak?"
"Yaudah, jam 3 ya. Tutupnya jam 3."

Rahmanya langsung ngebut menuju kampus ngurus syarat lain, perjanjian dosen tetap sama kampus.

Nyampe kampus gw langsung ke ruang sekretaris Warek II tempat gw ngasih surat buat ditandatangan. Ternyata.... suratnya masih utuh dan bersih. Demi deadline, gw ke bu Warek II dan ngejelasin duduk perkaranya, dan ttd pun didapat. Belom selesai, gw masih harus ke Rektor karena ttd perjanjiannya harus sama Rektor. Pak Rektornya udah masuk ruang rapat aaaakkk. Alhamdulillahnya sekretarisnya mau nyusulin ke ruang rapat karena gw bilang ini urgent. See? Allah ngasih kemudahan dan pertolongan bertubi-tubi setelah sebelumnya gw ngurus surat lewat Kaprodi, Wadek, dan berjenjang-jenjang di SDM yang juga walaupun bolak-balik berkali-kali, dibantu oleh orang-orang baik yang Allah kasih.

Oke tinggal TPA yang harus gw ambil sesegera mungkin besok. Bismillah..

17 Juli 2014
Setelah sekian lama, ini adalah salah satu hal yang pengin banget gw dapet. Kaya kata Siti pas ngerjain TA 2012 lalu "Ini hal pertama yang Iti pengen banget capai setelah dulu pengin masuk jurusan blabla (lupa) abis lulus SMA, karena setelah lulus kuliah ini Ti boleh nikah." Everyone has their own reason to do things, and I strongly believe when we start from the WHY, what we do next will be more directive. 

Nongkrong jam 5.30 di Baraya Surapati nungguin travel jam 6.15 sendirian sambil ngutak-utik hape yang aslinya ngga diapa-apain dan berakhir baca Al Ma'tsurat karena berharap mendapat berkah dan kemudahan dengan mengawali hari dengan sesuatu yang baik, mengingat Allah.

Gw udah search Google maps tentang lokasi Jl Proklamasi, ternyata ngga jauh dari Cikini, trayek travel yang gw ambil. Cikininya dimana dan ke OTO naik apa? Mari kita pikirin nanti :3 Daripada baca peta, gw lebih milih nanya orang, yaa dengan risiko nyasar-nyasar sih. You know, I really really am bad on reading maps *sigh.

Berbekal petunjuk dari ibu-ibu sebelah gw di travel, jam 9.30 gw turun di perempatan antah berantah dan jalan kaki karena katanya deket. Eh taunya salah arah, harusnya lurus gw malah belok kiri. Untung ada tukang ojek baik hati yang mau nunjukin jalan walaupun gw ngga naik ojeknya. Yak... jalan kaki berlanjut, setelah 500an meter dan tiga kali salah masuk gedung, akhirnya gw sampai ke gedung Yarnati tempat OTO Bappenas berada. Hasil diambil, dan keluar lagi. Yaampun proses ngambil hasil ini ngga nyampe 5 menit lah. Lalu gw melesat ngadang bajaj di depan gedung, berharap bisa lebih hemat daripada taksi.

Bajaj tak kunjung datang ngg ngg... Gw melambai NO NO NO ke taksi Blue Bird yang udah berhenti di deket gw, sambil ngebatin dengan geer "Wih si taksi tau aja gw butuh angkutan, tapi gak ah mihil." Ngga taunya taksinya bukan nungguin gw tapi lagi ngeliatin orang yang (kayanya) nyetop duluan. Sakitnya tuh...di siniiiiiiiiiiiiiiiiiii :(

Hah sekarang ngga boleh geer-geer lagi. Maluk. Akhirnya gw nyetop bajaj yang jalan pelan-pelan, gw jelasin gw harus kemana. Akhirnya setelah agak bingung sama alamat yang gw kasih, gw pun nyampe di pool Baraya. Bajajnya baikkkkk dan helpful banget. Pertolongan Allah datang bertubi-tubi. Gw pesen travel tercepat yang ternyata jam 10.15 dengan supir yang sama dengan yang nyetirin travel berangkat barusan. 
"Loh teh, udah mau ke Bandung lagi?" tanya si supir dengan ekspresi kaget.

And leksgooooo! Gw duduk selonjoran di belakang karena kosong, harap-harap cemas sambil berhitung perkiraan waktu. Kenyataan berkata lain, jam 13.00 posisi masih di Bekasi. Ya Allah toloooong :""" Gw sampe nangis di jalan karena bingung dan kuatir keburu tutup. Setelah dzikir Allahumma yassir wa latu'asiir sepanjang jalan, jam 14.50 travel keluar tol Pasteur. Ya, it was Baraya day! 9 jam naik travel rasanya bener-bener mual pengin muntah dan cenut-cenut.

Gw berhitung cepat, kalo ikut sampe pool Surapati lalu ambil motor lalu ke ITB, ngga akan kekejar. Akhirnya gw turun di Pasteur dan nawar ojek ke orang yang ternyata bukan tukang ojek. Maygadd dodol kok ya ngga abis-abis. Lalu bertemulah gw dengan tukang ojek asli yang gw pesenin kalo gw butuh ngebut. Ternyataaaa... beneran ngebutnya ngga main-main, gw merinding sendiri duh duh duh. Alhamdulillah, loket emang udah tutup tapi bapak Annex yang baik hati masih ngebolehin gw nyerahin berkasnya. Berkas diserahkan, dan gw minta dianter ke pool Baraya buat ambil motor, kali ini pelan-pelan aja ngga usah pake ngebut. But yes, the good thing is, kalo ojeknya ngga beneran ngebut, ntah bapak petugas Annex udah pulang atau belum. Lagi, Allah menunjukkan kuasaNya.

Buat gw, dapet beasiswa ini seperti bukan pilihan tapi keharusan, atau semacem pilihan yang harus berhasil. Gimana engga, adek gw masuk UI tahun ini dan uang semesternya juga ngga murah, udah segede ini masa masih mau minta mulu buat bayar kuliah. Selain, siapa tahu Allah kasih rejeki jodoh sebelum lulus, in syaa Allah adanya beasiswa ngga akan memberatkan beliau walaupun beliau bisa jadi udah tahu risiko nikah sama anak kuliahan. Aih, beliaaaau :3 :3 :3

In life, kita sering banget dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang bikin kita hampiiiirr aja memilih buat nyerah. Gw sendiri percaya, barangsiapa menyerah ia kalah. Usahakan dulu, kalaupun hasilnya belum sesuai harapan, kita bisa mundur dengan terhormat tanpa ada penyesalan. Gw selalu diajarin Bapak buat ngga berandai-andai ah coba dulu gini, coba waktu itu gitu dsb. Coba, kalo gagal yaudah, gw ngga akan nyesel karena belom nyoba. Gw juga percaya banget sama janji Allah Mudahkan urusan orang lain maka Allah akan memudahkan urusanmu. Bener-bener, Allah sesuai prasangka hambaNya :)

Usaha sudah dimaksimalkan, tinggal tawakal apapun hasilnya nanti. Masa depan, seperti apapun hasilnya nanti, selalu layak untuk diperjuangkan. Ngga lupa, makasih buat semua pihak yang bersedia direpotin. Allah Maha pemberi balasan terbaik :)

Salam, 
Rahma Angsajenius

Betapa Bedanya Nilai Uang, Di Sana dan Di Sini

$
0
0
Mau kemana mbah?
Mau jual ayam bu. Kemaren anak saya nelpon bilang 'Mbok, uangnya masih ngga? Kalo habis aku transfer nanti' trus ya saya jawab "Masih, nggak usah tranper tranper sekarang, nanti aja pas lebaran.
Lalu ayam betina itu terjual seharga limapuluh ribu.

Tinggal  di kota berbekal pengalaman tumbuh di desa bikin gw mikir, nilai uang di kota bener-bener dihargai sedemikian murah. Parkir aja ngga mau dikasih seribu, mintanya dua ribu. Pengemis di perempatan kalo dikasih receh limaratusan suka ngomel-ngomel bilang kurang. Mahasiswa, sekali makan pasti ngga kurang dari lima ribu. Makan pake ayam, udah habis duabelas ribu. Ngga cuma sampe di situ, setelah kerja, gw menyaksikan gaya hidup temen-temen kuliah banyak yang berubah. Sebentar-sebentar jajan di cafe yang sekali duduk selembar seratus ribuan melenggang. Seminggu sekali ke mall yang ngga mungkin ngga ngeluarin sepuluh ribu doang. Yang ongkos parkir mallnya kalo dibawa ke kampung gw udah bisa buat makan satu keluarga seharian. Lima puluh ribuan melayang dengan cepetnya. Ah, ngga heran, cara dapet uangnya mungkin memang lebih gampang dibanding orang-orang kampung gw.

Di sini, desa yang mayoritas petani, untuk bisa bertahan hidup dengan dapur mengepul adalah hal yang diusahakan setiap anggota keluarga. Buruh tani cuma dibayar ngga lebih dari limapuluh ribu sehari, dengan jam kerja dari pagi sampe sore, belepotan lumpur dan dijemur di bawah matahari. Lalu limapuluh ribu itu akan dipakai untuk alokasi kebutuhan beberapa hari. Mbah yang jual ayam tadi, karena tinggal sendiri, mungkin cukup dengan membeli bayam seikat dan tempe tiga biji seharga seribu untuk buka dan sahur. 

life is not always that easy
Temen gw pernah bilang "Ini lah Mak bedanya kerja pake otak sama pake otot." dan gw mengangguk setuju. But the point is, uang dihargai sedemikian murahnya di kota, padahal di desa, uang seribu pun sangat berarti. 

Gw pernah ngerasain sendiri, pas kuliah, saat kebutuhan bulanan membengkak lantaran ngerjain TA, dan tabungan habis, uang bulanan pun sama nasibnya. Tipis. Gw cuma beli nasi tigaribuan buat sarapan, dan gw doreng ikan asin sendiri. Sorenya, gw mengulang hal yang sama atau memilih beli gorengan dua ribu untuk bertahan sampe paginya. No, gw memilih untuk ngga minjem uang temen. Bilang ke orangtua jelas sebuah pilihan menggiurkan, tapi gw ngga mau. Gw harus bertanggungjawab dengan jatah bulanan yang sudah dianggarkan, walaupun harus makan ikan asin sampai awal bulan tiba lima hari kemudian.

Ngga salah kan menikmati hasil kerja sampe lembur-lembur gini? Sama sekali ngga salah. Tapi, di luar sana banyak orang yang sangat bersyukur hanya dengan mempunyai uang lima ribu di dompetnya untuk sekeluarga seharian. Salah kalau kita ngga bersyukur. Bukankah kepala kita akan tengengen kalau selalu mendongak?

Tengengen = leher pegel karena terlalu lama melihat ke satu arah saja. 
e pertama dan kedua dibaca seperti dalam teh, e ketiga dibaca seperti dalam kangen.

Lebaran di Purworejo

$
0
0

Purworejo, 1 Agustus 2014

Ibu hamil ngidam bakso urat

Abis beli langsung dimakan

Biarpun lebaran udah lewat

Salah dan khilaf mohon dimaafkan



Sebelum gw bercerita lebih banyak, gw mau memohon maaf dulu ah atas segala salah, yang sengaja atau engga. Yang ketahuan atau engga. Yang sadar atau engga. Yang besar atau kecil. Semoga semua orang-orang yang merasa pernah kesel rela membuka hati untuk memaafkan kesalahan bocah yang sebentar lagi menginjak angka 23 tahun bernama Rahma Djati Kusuma ini.


Lebaran di Purworejo selalu berkesan banget buat gw. Karena memang belom pernah sih ngerasain lebaran di tempat lain :3 Keluarga Bapak dan Ibuk yang dua-duanya berasal dari kecamatan yang sama di Purworejo ini membuat keluarga gw ngga perlu mudik jauh-jauh. Mbah uti dari bapak cuma terpisah halaman sama rumah gw. Maka perjalanan dari Bandung ke Purworejo-lah yang lalu gw definisikan sebagai mudik.


Dan kali ini, gw akan menceritakan tradisi lebaran di Purworejo yang mungkin berbeda dengan lebaran di kota. Laporan eksklusif ini hanya bisa Anda simak di channel angsajenius, Rahma Djati melaporkan *pegang mic
disunahkan mengambil jalan yang berbeda antara berangkat dan pulang shalat Idul Fitri. Beres shalat Id gw jadi kecil ya :p


Ngga beda sama lebaran di tempat lain, hari raya Idul Fitri diawali dengan shalat Id. Di kampung gw, shalat dilaksanakan di masjid dan pelatarannya. Orang-orang memakai baju terbaik mereka, ada yang baru, ngga sedikit juga yang pake baju (yang terlihat) lama. But that’s no matter, yang penting mengusahakan penampilan yang terbaik di awal bulan baik. Beda sama di kota, di sini orang-orang ngga ribet dengan make up. Remaja dan ibu-ibu cukup dipoles bedak tipis dan lipstik apa adanya. Bisa diitung jari yang full make up ala kondangan jedar-jedar. 
Di desa, kesederhanaan pun mempesona.
Selepas shalat Id, di keluarga gw ada tradisi sungkeman. Sungkeman ini adalah bentuk formal dari ucapan “Selamat idul fitri mohon maaf lahir dan batin” yang dalam bahasa Jawa versi singkatnya adalah “Ngaturaken sugeng riyadi, sedaya lepat lan klenta-klentu kulo nyuwun pangapunten.” Dan tentu saja banyak versi lainnya, biasanya diselipin doa semoga kita sama-sama mendapat berkah, sehat selalu dsb. Ngga cuman salaman aja, posisinya persis kaya sungkeman nikahan. Orangtua duduk di kursi dan kita yang minta maaf musti salaman sambil jongkok, tapi ada juga yang sama-sama duduk di kursi. Malah kalo adek gw sungkemannya sama gw selalu sambil sama-sama berdiri dan senyam-senyum tanpa ngucap apa-apa _-_
sungkeman tiga tahun lalu, saat mbah kakung masih sehat

Setelah ituuuu... keliliiing yeey! Buat anak SD, bawa kantong wajib hukumnya, soalnya hampir tiap rumah ngasih uang. Namanya bukan angpau, bukan THR, namanya sangu. Besarnya bergantung pada kemurahhatian tuan rumah dan kondisi ekonomi keluarga serta kedekatan antara bocah tamu dengan tuan rumah. Yak betul, ada tiga variabel yang mempengaruhi besarnya sangu. Tahun 2014 ini udah ngga ada yang ngasih 1000, minimal 2000. Kalo sesama tetangga maksimal 5000. Kalo sodara kisarannya mulai dari 10000 sampai 50000, tergantung tiga variabel tadi. Dari keliling kampung, satu anak SD bisa dapet sampe 100.000 hahaha. Lumayaann panen bisa buat nabung piknik sekolah :p


Agenda wajib tahunan adalah silaturahim ke rumah saudara, dari yang dekeettt hubungan darahnya sampe yang jauuuhh gw ngga tahu namanya dan hubungannya apa :3


Tahun ini, karena (kayanya) udah dianggap dewasa, bapak dan ibuk makin menekankan pentingnya menjaga silaturahim. Yang dikunjungi rutin tiap tahun adalah pakde bude om dan bulik (sodara-sodara kandung bapak dan ibuk), mbahde dan mbahlik (kakak dan adik mbah uti & mbah kakung), sepupunya mbah uti dan mbah kakung, sepupunya ibuk dan bapak, besannya mbah uti dan mbah kakung daaaann masih banyak lagi. Rasulullah aja pernah bilang kalo barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rejekinya hendaknya ia menjaga silaturahim. Naaahh..


Di keluarga gw, walaupun udah ketemu sama semua sodara-sodara kandung bapak ibuk di rumah mbah uti, tetep aja kita harus saling berkunjung. Keluarga yang lebih muda mengunjungi keluarga yang lebih tua sebagai bentuk hormat. Keluarga yang lebih tua mengunjungi keluarga yang lebih muda sebagai bentuk sayang. Kenapa harus? Bayangkan kalau pertemuan hanya dilakukan di satu tempat di rumah mbah uti, apa kita tahu kondisi rumah sodara kita itu? Kondisi rumah ngga sebatas kondisi atap dan lantai tapi juga kondisi di balik layar. Saat pertemuan keluarga, ada kecenderungan yang ditampakkan adalah yang indah-indah, pake baju bagus, bawa makanan banyak, pake sepatu cantik dsb. Padahal bisa jadi di rumah lagi kerepotan ngebenerin dapur. Atau kondisi keuangannya lagi kurang bagus. Tanpa berkunjung, cuma simpati yang bisa diberi. Sulit untuk memberi empati. Selain tentu saja efek jangka panjangnya adalah kita jadi tahu rumah sodara dimana-mana aja sehingga pas kita tua nanti, ngga susah buat nyari-nyari buat bersilaturahim.

Sebagai tuan rumah, seneeengg rasanya kedatengan sodara. Biarpun jadi berantakan. Biarpun masak jadi agak kerepotan. Tapi ini soal rasa. Rasa yang ngga bisa dibeli dengan pertemuan keluarga di satu tempat aja.

Kemaren gw sekeluarga juga berkunjung ke rumah sahabat mbah kakung almarhum. Ternyata beliau seneeeenggg banget tiba-tiba anak cucu mbah kakung dateng. Ah gw jadi inget, salah satu cara memuliakan orang yang sudah meninggal adalah dengan menyambungkan silaturahimnya.


“Pak tapi ada yang responnya ngga bagus. Aku ngga nyambung ngobrol sama dia, ditanya jawab tok terus ngga nanya balik. Kan bingung jadinya. Nanti tua gimana ya ini.”, pertanyaan gw lontarkan dalam perjalanan pulang.

“Ndakpapa, yang penting kita ngga memutus duluan. Pokoknya sebisa mungkin dijaga silaturahimnya.”

Waaahh in syaa Allah. 


Indah ya. Menyambung tak harus menunggu terputus, karena menjaga agar tak putus sejatinya jauh lebih indah. Yuk! :)



Jersey? No No No *Geleng-Geleng*

$
0
0
Lebaran kemaren, banyak perempuan berubah, dari yang biasanya rambutnya dihias-hias dicakep-cakepin jadi tertutup kerudung. Banyak perempuan yang juga jumlah baju barunya sama dengan jumlah hari mudik karena akan diterapkan sistem tiap hari ganti baju yang berbeda selama lebaran. Kabar bahagia kalo baju-baju baru itu adalah baju panjang yang nutup aurat, yang semoga bisa kepake tiap hari walaupun udah ngga lebaran.

Nah tapi nih tapi tapi, dari pengamatan selama beberapa waktu terakhir ini, gw menyimpulkan kalo lagi hitz dan trend yang namanya jilbab syar’i, demikian namanya di sista-sista online shop. Jilbab syar’i ini sejajar dengan kerudung hana ala Dewi Sandra di CHSI, dan jenis-jenis baju yang ngga gw hapal saking banyaknya. Jilbab syar’i yang dijual di pasaran ini didefinisikan sebagai pakaian satu set top to toe, gamis simple lengkap sama kerudungnya yang warnanya biasanya sama. Ngga banyak hiasan, cuma sedikit renda atau sedikit paduan warna yang mempermanis. Berdasarkan pengamatan gw juga, bahan buat bikin baju ini adalah jersey atau spandex. Ehem, ini yang musti banget di-highlight.

*ambil bakpia, isi energi dulu*

Tahukah Anda, bahan jersey dan spandex adalah bahan yang super nyeplak badan? Bahan ini mampu menampakkan bentuk asli secara sempurna atas apa yang ditutup menggunakan dua bahan ini. Ngga percaya? Coba eksperimen berikut! :D

1.       Pakai gelang atau benda yang menonjol di pergelangan tangan, atau bisa juga gunakan cincin di jari. Ngga perlu jari manis tangan kanan, jempol aja juga boleh :3
2.       Letakkan bahan jersey atau spandex di atas pergelangan tangan atau jari tersebut.
3.       Amati tiap lekuk yang tampak setelah ditutup kain jersey atau spandex.

Voila! Sekarang mengerti kan apa yang gw maksud?

Pernah dalam sebuah acara, ada perempuan berpakaian demikian rapet dan tertutup. Doi berjalan di depan gw. Yang tadinya gw terpesona sama lemah lebutnya doi, tiba-tiba gw pindah fokus ke bagian belakang badannya, to make it short, punggungnya. Astaghfirullah, kenapa ada garis yang membentuk sesuatu yang sangat gw kenal _-_ Kerudungnya, yang berbahan jersey itu justru bikin nyeplok apa yang seharusnya tertutupi. Malu sendiri gw lihatnya _-_

Sayang banget ya, kalau apa yang seharusnya ditutup tanpa kelihatan bentuknya malah jadi ketutup tapi kelihatan bentuknya. Sayang banget ya kalo sesuatu yang diniatkan baik, menutup aurat, menjaga yang tidak seharusnya terlihat, justru jelas bentuknya sampe ke garis-garis underwear kita. Makanya, berpakaian juga ada ilmunya. Ngga cuma ilmu dapet-barang-bagus-dengan-harga-murah tapi juga ilmu bahan-apa-yang-enak-dipake-tanpa-nyeplok-badan.

Ah selamat membongkar lemari dan ngecek bahan baju! :)

You Know I Miss You

$
0
0
Bongkar-bongkar isi laptop, dan menemukan ini, file dua tahun yang lalu. Nanda, you know I miss you. Ke Bandung lah sinih.

 

Belajar dari PMB (IT) Telkom

$
0
0
Buat sebagian orang, mengingat masa lalu sering terasa kelam. Buat sebagian lagi, ia memberi pelajaran.

Yep, this is Rahma speaking and I will tell you a secret.

Sekarang ini lagi masa-masa penerimaan mahasiswa baru di kampus gw tercintah, ex-IT Telkom yang udah gabung sama semua kampus di bawah ex-Yayasan Pendidikan Telkom (Telfon, Telkom Foundation) dan berubah nama jadi Telkom University. Masa-masa PMB, masanya anak-anak baru berdatangan bareng orangtuanya, mengikuti sederet prosedur daftar ulang dan persiapan ospek yang dulunya PDKT dan sekarang sadly berubah nama jadi OMB (Orientasi Mahasiswa Baru).

Buat gw, PMB selalu menyisakan cerita.
  • 2008, gw jadi peserta PMB dengan seragam OSIS SMA.
  • 2009, gw jualan perlengkapan PDKT di stand BEM.
  • 2010, gw jualan perlengkapan PDKT di stand BEM.
  • 2011, gw jualan perlengkapan PDKT di stand BEM.
  • 2012, gw jadi petugas PMB bareng panitia PDKT 2012.

See? Anak BEM ngga selalu identic sama politik, gw dulu buta dan cenderung cuek sama politik dan birokrasi dan sebagainya. Berkecimpung di departemen wirausaha bikin gw belajar banyak, dan dari PMB gw belajar lebih banyak lagi.
Dan ini adalah rahasia yang gw janjikan, pelajaran dari PMB.
PMB 2009 

PMB 2011, atas sebelum badai, bawah setelah badai dan ngitungin administrasi dan keuangan

Untuk sukses, jadilah berbeda
Dulu, seorang temen pernah bilang “Kalo mau diinget sama dosen Ma, ada tiga caranya. Pinter banget, bodoh banget atau usil banget. Nah kalo pinter banget si buat gw udah ngga mungkin, jadi daripada jadi bodoh banget mendingan gw pilih yang usil banget.” Berhasilkah temen gw? Ya.

Di PMB, ada puluhan stand yang menjual barang-barang yang relatif sama. Malah ada yang sama persis karena ngambil di supplier yang sama. Harga yang dipasang tentu saja beragam untuk jenis barang yang sama. Ukuran stand pun beda-beda, ada yang guedeee ada yang cuma satu petak. Kalo mau sukses, jadilah berbeda. Selama gw tiga tahun jualan, stand BEM selalu bukan stand terbesar atau terlengkap. Harga kami juga bukan yang termurah. Tapi laris *uhuk batuk-batuk*, kenapa? Because we were trying to be different.
Caranya? Tarik perhatian dengan promosi di depan stand (BEM dan stand orang lain) dengan suara kenceng. Tanggalkan rasa malu untuk beberapa hari, toh kemungkinan ketemu lagi sama orangtua mahasiswa baru ini kan kecil banget mehehe. Efek sampingnya, orang-orang akan ngelihat ke arah lo, but that’s a good sign. Switch segera ke mode lembut dan baik hati begitu ada orangtua atau maba ngeliatin lo, tawarkan secara personal. It works.

Prinsipnya sama kaya bikin promosi yang disebar ke luar, ditujukan untuk umum, dan begitu ada yang tampak potensial, lakukan pendekatan personal.

Jemput bola, jangan nunggu dikasih bola
Jemput bola ini adalah taktik untuk ngedapetin customer,karena stand BEM dulu terletak di tempat yang kurang strategis, plus jualannya ngga sebanyak dan selengkap di stand-stand gede. Sekali lagi, tanggalkan dulu rasa malu. Lo bisa memakai papan kertas yang digantung di bagian depan dan belakang badan lo, kasih informasi promo zepezial yang ditawarkan stand lo. Lalu berjalanlah mencari customer, sapa secara personal, ajak ngobrol tentang anaknya dan persiapan kuliah anaknya, baru tanya soal perlengkapan kuliahnya. Bomnya tentu saja, ajak jalan ke stand hihihi. Inget, jangan ujug-ujug tawarin apa yang kita jual.

Orang cenderung senang ditanya tentang sesuatu yang excites them, nah apalagi orangtua yang anaknya baru masuk kuliah, pasti langsung antusias kalo ditanya-tanya.

Optimalkan sumber daya yang ada, jangan cuma dimaksimalkan
Musti cerdas ngatur strategi. Kalo ada yang bermuka di atas rata-rata, tugaskan dia buat narik massa buat dateng ke stand. Jangan cuma kerja keras, musti kerja cerdas.

Jalin kerjasama itu penting
The good point punya stand kecil adalah gw dan temen-temen jadi bisa kerjasama dengan stand lain buat narik massa. Nah untuk kerjasama ini, pastikan ngga cuma menguntungkan sebelah pihak. Satu lidi sulit untuk bersihin halaman, seratus lidi bisa dipake untuk bersihin halaman. Begitu lah kira-kira prinsipnya.

Make it fun!
Terakhir, no matter what happen, make it fun! Jangan karena kelebihan ngasih kembalian, ada anggota yang dimarahin. Jangan karena kelebihan ngasih diskon sehingga ngga untung, ada yang kesel-keselan. Jangan karena stand sepi, jadi pada pundung. Hadirkan tawa, hadirkan suasana ceria. Nothing to lose, untung ya Alhamdulillah, untung sedikit ya Alhamdulillah bisa ngumpul sama temen-temen. Di PMB 2010, karena lokasi stand yang sangat ngga strategis dan temen-temen yang ngurus semuanya geladi di luar Bandung, BEM sangat kurang persiapan. Rame? Ya enggak lah. Sepiii. Akhirnya pada main Uno dan ketawa-tawa ceceritaan. Di PMB 2010 juga, ada badai yang bikin stand pada roboh. Kerobohan stand, keguyur air dari atap stand, dagangan basah, but we did make it fun. PMB 2011 juga ada badai, tapi stand gw ngga roboh. Berbekal pengalaman tahun lalu, barang segera diamankan. Setelah itu jualan berantakan, barang pada basah kena ujan plus stand jadi tergenang air. Tapi selalu ada cara untuk menyiasati asal ada kemauan. Masih di PMB 2011, dari sekian luas tanah di kampus, kok ya ada burung eek sembarangan tepat di bahu gw. Eeeewh banget kan? Tapi kaya gw bilang sebelumnya, selalu ada cara untuk menyiasati.

Nulis ini semua bener-bener bikin gw sadar waktu berlalu begitu cepet. Rasanya baru kemaren gw daftar ulang jadi mahasiswa IT Telkom. Rasanya, jualan bareng BEM di PMB juga masih kemaren banget. Dan sekarang, gw yang daftar ulang, bukan di Telkom University tapi di ITB. Hah, akhirnya ya Rahma ngerasain PMB sebagai peserta, bukan tukang jualan kemeja Gwardo, kaos kaki dan iket pinggang.

*switch suara jadi suara MC protokoler*
Akhirnya, angsajenius mengucapkan selamat datang di Telkom University untuk seluruh mahasiswa baru 2014.
Cheers!

Mall, Hati-Hati!

$
0
0
Pada siang yang terik, segerombol wanita memasuki pintu dingin ber-AC yang semerbak wangi parfum kue. Ya, mall. Shizuka, Jaiko dan Dorami berjalan pelan sambil mengobrol santai, memandang outlet-outlet yang memajang barang terbaiknya lengkap dengan promo lebaran yang ditawarkan. Tentu saja tiga wanita ini tergiur karena mereka memang sedang mencari perlengkapan lebaran, mukena, baju muslim dan rok kembar tiga yang ingin mereka pakai dalam rangka reuni TK.

bisa kali ya jadi ilustrasi bertiga itu :3 taun 2011 dulu gw pernah kurus, sekarang roknya udah ngga muat aakk :3

Melewati BreadLoveLove, Jaiko mendadak antusias “Eh eh es krim green tea di sini teh enaaakk pisan. Pengen ih. Nanti beli atuh yuk.”

“Masa sih? Lebih enak dari JBool? Kabita ih, nanti yuk.” Dorami menyahut.

Shizuka diam, hanya dia memperhatikan dengan cermat merk yang baru disebut dua sahabatnya itu. BreadLoveLove. Sigap, dia mengambil handphone dan mengetikkan sesuatu. Sejenak Shizuka diam menatap layar handphonenya, lalu dia melirik lagi pada banner besar bergambar es krim berwarna hijau yang sejujurnya emang bikin kabita alias kepengen banget.

Lewat dari BreadLoveLove, niat naik escalator terhambat karena mereka melihat tulisan besar “40% OFF” dari outlet kosmetik terkenal yang harga lipstiknya aja 300 ribuan. Body Market namanya. Mereka bertiga dengan antusiasme yang sama langsung menuju ke kosmetik dan perawatan badan yang menarik perhatian masing-masing. Body butter, lotion, mascara, eye liner, lipstick, parfume semua mereka cek besar diskonnya. Akhirnya masing-masing keluar dengan tentengan tas kecil bertuliskan Body Market.

“Liat liat, ada bazar Ramadhan gini. Liat dulu yuk, di sini aja kalo bagus mah beli rok kembarannya.” Jaiko kembali antusias. Mereka bertiga lalu berbelok ke bazar, setelah setengah jam lebih, Jaiko dan Dorami bertambah jumlah tentengannya.

Hal yang sama berulang di Ice Hardware, karena konon menurut teori neneknya Jaiko “Perempuan itu ngga kuat liat barang lucu, gampang kepincut (suka lalu pengin).”

***

 Ha, ngerasa pernah ngalamin atau menyaksikan suasana di atas? Emang harus gw akui bahwa teori neneknya Jaiko itu bener, perempuan paling ngga kuat liat yang lucu-lucu, gampang kepincut. Makanya hati-hati ya kalo punya temen laki-laki yang lucu, nanti kepincut *lah :3

Mall, tempat paling tepat untuk menghabiskan uang tabungan untuk sesuatu yang sebenernya ngga kita perlu tapi akhirnya kita beli hanya karena kabita ataupun laper mata. Nyatanya, kalo ke mall, barang-barang yang ngga diperlukan, atau udah punya, mendadak bisa tampak menarik. Rasanya tuh mbak-mbak SPGnya kaya pegang tali yang siap menjerat perempuan yang lewat untuk mampir ke outletnya. Awalnya sih niatnya liat-liat, lama-lama pengen terus diliat di rumah. Beli deh. Tanpa rencana, that spontaneous. Men, ini bahaya.

Sama bahayanya dengan makan lotek cabenya duapuluh!


Yang lebih bahaya lagi sebenernya masih ada, ini jauh lebih bahaya. Apakah itu? Makanan! How come? Oke, masih inget apa yang Shizuka lakukan pas diajak beli green tea ice cream BreadLoveLove itu? Dia buka hapenya lalu mengetik sesuatu dan tampak serius beberapa saat. Sebenernya yang dia lakukan adalah googling dengan keyword “BreadLoveLove halal”. Untuk apa? Mengecek apakah makanan yang akan dia beli itu terjamin halal atau engga. Sekarang ini, banyaaakkk makanan yang meragukan. Ada yang pernah punya label halal MUI tapi sekarang udah ngga ada lagi, ada yang jelas-jelas ngga ada yang di sosmed rame dengan alesan sengaja ngga mau ngurus, ada juga yang jelas terpampang nyata label halalnya. Nah merk-merk yang ngga ada label halal ini yang musti dan wajib banget kita hati-hati. Pertanyaan yang biasanya muncul adalah “Why? Bisa nanya langsung sama pegawainya keleus.” Iyes, I know. Gw pernah kok nyoba sendiri nanya ke sebuah merk crepes yang enak banget dan wanginya bener-bener menggoda itu.

Mas, ini ada label halalnya ngga?
Ngga ada mbak.
Tapi halal kan?
Halal kok.
Pake rhum ngga?
Iya mbak, pake.
Oke mas, makasih. *lalu pergi*

See? Ada gap knowledge di sini. Karena setahu gw rhum itu haram, maka makanan yang dibikin dengan campuran rhum jelas dong ya apa statusnya. Pernah juga iseng nanya, pertanyaan yang sama, di outlet yang berbeda, dan jawaban masnya adalah “Rhum itu apa ya mbak?”

Jangan sampe kalah dengan makan sesuatu yang samar-samar cuma karena pengen. Sok mangga search akibatnya apa kalo masuk makanan haram ke tubuh. Ngeri kan? We-o-we wow!

Karena memang nyatanya, banyak perempuan berjilbab yang makan di resto atau café yang juga jualan wine atau pork. Lo bisa bilang kalo itu kan tergantung milih makanannya apa, tinggal pilih yang ngga pake wine or pork or such. Kan sama aja, di luar negeri susah cari makanan halal, di sana juga beli dari tempat makan yang sama tinggal kitanya aja pinter-pinter milih. Cerdas! Makanya jawaban dari ‘pinter milih’ adalah milih makan di resto yang udah jelas statusnya gimana. Di Negara kita, ngga susah nyari makanan yang terjamin halal. Yaaa.. kalo ada yang gampang, kenapa nyari yang sulit? Kalo ada yang jelas, kenapa milih yang samar-samar?

Gw inget adegan di sinetron CHSI favorit Ibuk di rumah, pas mas Bram dapet uang komisi dari Karin, Hana bilang “Mas, yang halal itu jelas. Yang haram itu jelas. Yang samar-samar di tengah-tengah, itu ngga jelas. Allah akan memuliakan hambaNya yang menghindari samar-samar itu mas. Aku in syaa Allah percaya sama mas, sama uang komisi ini. Tapi mas coba tanya sama hati nurani mas, apakah mas siap bertanggung jawab sama Allah kalau uang ini ternyata bukan uang yang halal?”

Yaa gitu deh, emang manusia aja yang bisa jadi professor dan penemu hebat? Setan juga bisa kali. Mereka juga ada pendidikan dan sekolahnya kali makanya mereka makin pinter aja cari cara dan celah buat ngajak kita ngikutin mereka. Makanan salah satunya. Fufufu.

Sejak SD, Ibuk menekankan banget yang namanya skala prioritas ke gw dan adek. Kalo ngga penting banget, ya tahan dulu. Ibuk juga selalu cerita pengeluaran bulanan keluarga ke dua anaknya ini, apa yang ditekan, belanja ini ambil dari uang apa, uang bonus dialokasikan kemana dan sebagainya. Dari sin gw belajar banget untuk bisa ngerem. Kata Bapak juga hawa nafsu itu kalo diikutin ngga akan ada habisnya. Susye emang, tapi kalo ngga dimulai ya kapan bisanya? Yegak?

Jadi, kalo mau hemat, jangan ke mall. Mending tabung buat ikut seminar atau workshop atau liburan daripada sekedar beli baju dan sepatu-sepatu lucuk.

Karena sejatinya, membeli barang akan memperkaya kepemilikan sedangkan membeli pengalaman akan memperkaya kepribadian.

Salam,
Angsajenius, Shizuka, Dorami dan Jaiko

p.s. cerita dan ilustrasi tidak dimaksudkan untuk menyebut merk tertentu dengan sengaja.


Berada di Lingkungan Tukang Gosip (1)

$
0
0
Jreeengg.. 
Naik pohon pake tangga
Tangganya punya tetangga
Ada surat dari Hasina
Yang mau bantu jawab silakan mangga

Hai kak, kenalin aku Hasina. Aku mau cerita, semoga kakak bisa ngasih solusi atau sudut pandang yang berbeda atas apa yang akan aku ceritain. 

Sama seperti kakak, aku pun belum lama ini ingin mendalami nilai-nilai Islam, aku baru berjilbab setelah lulus kuliah dan Alhamdulillah sekarang aku udah kerja. Di kampus dulu, aku punya banyak temen-temen yang nggak tahu kenapa rasanya nyamaan banget bareng-bareng mereka. Jarang banget ngomongin jeleknya orang, rasanya tuh ya kak, tiap ngumpul adaaa aja hal positif yang bisa aku dapet. Adaaa aja pelajaran baru yang aku tangkep. Aku kaget begitu masuk kerja kak.

Di sini aku satu tim dengan lima perempuan, dua ibu-ibu dan tiga mbak-mbak usia 30an. Kerja mereka bagus kak, cekatan dan responsive. Tapi yang bikin aku berkali-kali pengin resign adalah di sini banyak banget yang suka bergosip kak. Tiap hari adaaaaaa aja yang digosipin. Ngomongin jeleknya tim sebelah lah, berasa kesaingan sama tim sebelah lah, pokoknya banyak kak. Bener-bener risih rasanya. Sekuat-kuatnya berusaha nggak gabung ngegosip, tetep aja minimal ikut denger kak. Aku merasa ‘teracuni’ karena aku jadi tahu jelek-jeleknya orang lain yang dibahas itu. Mau berusaha berpikir positif pun jadi susah kak karena pikiranku jadi terpengaruh juga. Aku pikir… aku nggak mau kerja ngumpulin uang, berusaha mencari rezeki tapi di waktu yang sama nabung dosa juga.

Trus juga banyak yang suka mengeluh kak di kantor aku ini. Tim aku memang cekatan dan responsive kak, tapi kalau soal mengeluh pun juara. Adaaa aja yang dikeluhkan. Tanpa bermaksud membandingkan personality, mereka benar-benar berbeda sama temen-temen kuliah aku dulu.

Seandainya kakak ada di posisiku, gimana kakak akan bersikap?

Makasih banyak ya kak kalau kakak bersedia merespon. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih banyak.

Hasina

(bersambung)


Viewing all 170 articles
Browse latest View live