Quantcast
Channel: Angsa Jenius
Viewing all 170 articles
Browse latest View live

Sukses Sapih dalam 3 Hari Tanpa Drama

$
0
0
Assalamu'alaykum! 😊

Apa kabar selepas Ramadhan? Ibu-ibu yang hamil dan nyusuin sehingga banyak bolongnya, udah pada bayar fidyah kan? Jangan ditunda nanti-nanti, umur orang siapa yang tahu kan. Masa iya mau mati bawa hutang 😓

Kabarkuuu....... em in case you want to ask me back, bahagia! Termasuk bahagia karena akhrinya bisa buka laptop lagi setelah hampir dua bulan dianggurin. Nah kali ini aku bakal cerita tentang salah satu achievement keluarga pak Gheza, yaitu sapih tanpa drama cuma dalam 3 hari. Kalau kamu baru ini baca angsajenius, mungkin kamu penasaran, emang siapa pak Gheza? Ya siapa lagi kalo bukan suami aku 😂



Kapan mulai sapih?

Sebenernya kalo ngikutin kalender Masehi, 2 tahunnya Afiqa itu akhir Juli. Kalo hitungan kalender Hijriah, 2 tahunnya tu akhir Syawal. Nah mempertimbangkan hal itu, mulai Maret aku udah sounding-sounding dengan kalimat ajaib yang nanti aku kasih tahu detailnya di bawah 😉 Trus kapan aku mulai sapih? Minggu terakhir Ramadhan. Soalnya suami aku libur kerja mulai Senin kaya PNS, huahaha enak yaa padahal bukan PNS, dan extend cuti setelah lebaran Kamis-Jumat. Artinya suami aku bakal full di rumah selama dua minggu. DUA MINGGU! Kapan lagi yakan ada libur sepanjang itu, akhirnya aku memutuskan sapih Afiqa akan dimulai ketika ayahnya mulai libur.

Kenapa?
Karena aku butuh bala bantuan buibuuk. Sapih ini bukan cuma tugas ibu, tapi tugas seluruh anggota keluarga untuk mengkondisikan anak lepas mimik ASI. Kalau ternyata Afiqa minta gendong sebelum bobo, ada ayahnya. Kalau dia bangun tengah malem jejeritan, aku bisa bangunin ayahnya buat ikut ngeronda tanpa merasa bersalah karena besok dia kerja 😛 Oiya soal gendong ini aku beneran butuh bantuan ayahnya soalnya aku lagi hamil 4 bulan dan sama dokter masih dilarang gendong-gendong kakaknya.

Nah.. Jadi timing untuk sapih silakan ditentukan sendiri, kapan paling nyaman, biar semua bisa siap-siap. Ibu siap, anak siap, bapaknya juga siap.

Persiapan sapih

Yang pertama harus banget disiapkan adalah mental ibu. Siap mental denger anaknya nangis, siap mental denger anaknya memelas "Buk mimik aja." sambil nahan air mata. Siap untuk nahan emosi kalau anak bangun tengah malem dan ngga tidur-tidur sementara mata kita udah aduhaaai kaya dilem pake alteco lengketnya. Siap kalau anak ngga tidur-tidur sampe malem melebihi jam tidur biasanya. Siap kalau minta makanan tengah malam sementara pantat kita rasanya sudah menyatu dengan kasur! Dan tentu saja, buat yang tinggalnya bareng orangtua atau mertua, kalau ternyata orangtua dan mertua suka komentar, berarti harus siap pasang tameng anti baper denger komentar "Kenapa anaknya nangis terus? Kok jadi cengeng? Kok ini kok itu?!" Hempaskan buuk. Dengar, telan lalu hempaskan. Bilang baik-baik kalau lagi sapih jadi minta pengertian kakek-neneknya untuk sabar-sabar ya denger cucunya nangis.

Kedua, siapkan mental anak. Gengs, ini sungguh berat dan merupakan perubahan drastis bagi anak. Mimik, hal pertama yang dikenali sebelum wajah ibunya, harus direlakan untuk berpisah. Masih inget ngga waktu anak kita baru lahir, dengan matanya yang masih terpejam, kepalanya geleng-geleng mencari sumber ASI dengan mengandalkan indera penciumannya. Selain kebutuhan gizi, mimik itu memberi ketenangan buat anak. Obat stres anti galau paling mujarab buat bayi yang udah menemani selama dua tahun penuh. Bayangkan betapa beratnya hal ini buat anak. 

Jadi, gimana dong caranya menyiapkan mental anak? Sounding. Dari dua bulan sebelumnya bilang bahwa nanti mimiknya berhenti ya, soalnya udah 2 tahun udah besar. Biasanya kalimat ini bakal direspon dengan penolakan atau tangisan, Afiqa sih gitu 😁 Langsung bad mood gitu deh si anak. Tapi jangan berhenti, tetep sounding dan jelaskan alasannya kenapa harus stop mimik ASI.

Ketiga, kesiapan support system. Be it your husband or your family, or the availibility of toddler's favorite snack and drink; semua harus tersedia. Suami harus siap kalau istrinya minta bantuan boboin anak, atau gantian pegang sementara istrinya atur nafas karena hampir habis sumbu kesabarannya. Suami dan semua anggota keluarga yang serumah harus siap kalau anak jadi caper, atau nangis melebihi biasanya. Dan yang ngga kalah penting, cemilan kesukaan si anak harus tersedia, termasuk pengganti ASI, yang sebagian ibu memilih susu formula dan sebagian lain memilih UHT. Jangan sampe out of stock, bisa berguncang nanti dunia 😅

Cara sapih step by step

Btw udah kaya tutorial make up aja ya step by step 😂 Awkay, kita mulai! Ohya, ini adalah cara sapih yang aku lakukan dan alhamdulillah sukses dalam 3 hari Afiqa udah ngga minta mimik sama sekali, ritme tidur juga udah normal dan aku stress-free.
  1. Sounding dari April, berarti sekitar 2 bulan sebelum waktu yang aku tentukan untuk sapih. Kalimat ajaib yang aku pake adalah:
    "Sayang sebentar lagi mimiknya udahan ya berhenti ya.", tapi to be honest aku ngga rajin juga sih sounding, seingetnya aja. Biasanya sebelum tidur, itu pun kalau aku ngga pengin Afiqa bad mood trus nangis ya aku ngga sounding. Karena tiap kubilang gitu, pasti nangis. Pasti bad mood.
    Nah memasuki bulan Ramadhan, sounding makin intens buibuk. Aku lakukan tiap hari dengan parameter yang jelas.
    "Sayang sekarang kan bulan puasa, nah nanti pas puasanya mau selesai, mimiknya udahan ya stop ya. Habis buat Afiqa, udah 2 tahun."
    "Ada, mimik ada."
    "Iya ada tapi jatah Afiqa udah habis, kan sudah 2 tahun. Allah suruh berhenti nak."
    "Aaaaa adaaaaa mau mimik ajaaa!" trus nangis.

    Gimana aku ngga jiper di awal yakan, tiap sounding masih gitu aja responnya 😥 Kadang-kadang kalimatku diiyakan, tapi pas aku clarify lagi dia berubah pikiran dan jawaban. Dari iya mimiknya udahan, ganti jadi mau mimik aja. Meeehhhh.................
  2. Pilih timing yang tepat, Yang suami paling available buat bantu, minimal bantu pijitin kita *loh 😂 Makanya aku ambil waktu pas suami libur lama buat sapih.
  3. Kasih susu pengganti supaya anak kenalan dulu. Aku pake Ultra Mimi, yang setelah aku observasi Afiqa paling doyan rasa stroberi. Jadinya aku nyetok itu aja, ngga galau lagi mau susu apa. Ada yang nyuruh buat naroh susu UHT ke dot, yang aku tolak mentah-mentah. Nanti sukses sapih ibu tapi masih harus sapih dot dong aah ku tak mauuu. Selain itu juga karena aku penganut dot bisa merusak tatanan gigi, dan bikin gigi bolong ngga sih ngedot malem-malem sambil dibawa tidur. Apalagi kan kandungan gulanya banyak ya di sufor sama UHT, dibanding ASI nih. Aaah ku tak mau gigi anakku geripis item-item 😫
  4. Berdoa. Minta Allah bantu, minta Allah kuatkan kita dan anak kita. Ini step yang sering manusia lupa, merasa ah sapih doang maah tinggal cas cis cus go! Ngga perlu doa. Padahal siapa yang ngasih ijin sapihnya sukses? Siapa yang bikin hati anak ikhlas buat lepas dari best friend sejak 2 tahun pertama kehidupannya? Asli deh, step ini semua kurasa ngga akan sukses kalau aja aku skip bagian doa. Jadi, gelar sajadah, angkat tangan menengadah, sambil hati pasrah, doa sama Allah. Doa yang kenceng. Allah dengar semuanya, dan semoga jadi jalan mudahnya proses sapih ini.

    Lalu hari H pun datang.........................
  5. Pas jam bobo biasanya, ajak ke kamar. Jangan skip rutinitas jelang tidur, karena anak butuh sesuatu yang teratur dan predictable. Gosok giginya, tawarkan air putih, dsb. Matikan lampu. Anak pasti minta mimik, ingatkan bahwa hari ini kita mulai sapih ya, jatah mimiknya habis udah 2 tahun. Aku anti bohong sih, makanya kutambah kata jatah. Ya karena ASInya masih ada, cuma jatah anak aja yang habis yakan buibuk. Dan, Afiqa nangis kejer!

    "Enggaaa engga engga, mau mik ajaa!"
    Lalu aku tawarkan, mau gendong apa baca cerita?
    Masih nangis.
    Baca cerita mau? Mau gajah Abrahah apa semut nabi Sulaiman? Dua ini kupilih karena anak aku sukanya cerita binatang. Afiqa pilih gajah. Mulailah aku cerita mengandalkan daya ingat yang pas-pasan, sambil garuk punggungnya. Setelah 3 kali repetisi cerita yang sama, Afiqa bobo. Waw!

    Kenapa cerita? Karena anak nangisnya diem kalau kita cerita bisik-bisik. Kalau digendong, anak masih ada kemungkinan nangis kejer kan, sedangkan kalau aku cerita dia harus diem supaya bisa mendengar apa yang aku ucapkan. Ohya jangan pake buku dan nyalain lampu ya, makin terang benderang nanti si anak. Cerita aja, salah-salah nggapapa 😂
  6. Hari kedua, dengan tangis yang sama mintanya mimik aja, aku tawarin cerita atau shalawat, Afiqa milih shalawat. Akhirnya aku ulang entah berapa puluh kali shalatullah salamullah 'ala thoha Rasulillah..... sambil garuk punggung dan voila! Anaknya bobo pules.
  7. Hari ketiga, menolak bobo. mau main aja. Tapi karena udah jam bobo maka lampu kumatikan dan tawaran-tawaran bertebaran. Mendadak ada sinden nyanyi taklelo lelo lelo ledhung di kamar kami. Bukan horor! Aku yang jadi sindennya. Awalnya bukan bobo tapi Afiqa malah ikutan nyanyi "iyoo yo dung", tapi lama-lama hilang suaranya. Terpejam matanya.
  8. Tengah malem gimana? Alhamdulillah aman. Kebangun minta mimik tapi pas kuingetin "kan sekarang mimiknya ganti air putih", Afiqa mau minum air putih aja. Boboinnya sekali harus pake cerita, sisanya merem dengan sendirinya.
  9. Lepas 3 hari, Afiqa sama sekali ngga minta atau nyebut mimik. Jam tidur pun kembali normal jam 9an. Ohiya dari bayi banget emang ngga kami biasakan begadang main tengah malam, jadi misal Afiqa masih ngajak main tapi udah jam lewat jam 9, ya aku bawa ke kamar, matiin lampu. Nangis pasti, tapi ini salah satu upaya kami ngajarin disiplin.
  10. Setelah 10an hari aku sama sekali ngga nyebut mimik, iseng lah pas lebaran aku tanya Afiqa mau mimik ngga, dan katanya mau 😂😂 Enak mana mimik sama susu sapi? Pertanyaan ini sengaja naroh susu sapi di belakang karena Afiqa masih cenderung jawab dengan opsi terakhir, misalnya daging apa ikan? ikan. Ikan apa daging? daging. Nah ternyata jawabannya enakan mimik 😂😂 Dijawab sambil senyam-senyum dan pasang pose pura-pura mimik, tanpa nangis. Oh so cute!
Begitu buibuuk, Kemaren banyak yang watsap dan nanya di instagram gimana sapihnya kok bisa tanpa drama sukses cepet gitu, nah itu cara yang aku lakukan. Standar banget kan ngga ada yang spesial, tapi satu kunci yang aku yakin bikin semua lancar dan mudah dan stress free adalah part DOA. 

Tapi kata orang, sapih bakal lebih gampang kalo ibunya hamil. Mungkin bener ya, karena sekarang Afiqa sering bilang mimiknya buat adek. Tapi di masa sounding dan sapih aku ngga nyebut mimiknya mau buat adek sehingga Afiqa harus stop. Aku takut yang ketangkep adalah "gara-gara adek, aku ngga boleh mimik lagi, aku ngga suka sama adek!" makanya aku bener-bener memisahkan perihal punya adek dengan sapih, tapi ternyata anaknya paham sendiri 😆

Sebenernya aku udah nyiapin back up plan sih, kalo ngga sukses WWL aku mau oles daun pepaya diperes trus dioles-oles biar pahit 😅 tapi alhamdulillah cara ekstrim ini ngga harus dipake. Ya apa lagi kalo bukan karena Allah mudahkan.
 
Demikian, selamat memulai sounding dan proses sapih! 😊




Question Mark (?)

$
0
0
Ada banyak kesempatan dalam hidup, dimana kita mempertanyakan diri kita sendiri. Dan akan ada lebih banyak kesempatan mempertanyakan diri sendiri, jika kita membebani diri dengan pertanyaan orang lain.

Tanda tanya.
Satu karakter yang memberi arti berbeda.

Suamiku bahagia menikah denganku.
Aku memilih cara pengasuhan yang benar.
Aku ibu yang galak dan pemarah.
Memutuskan tidak bekerja di ranah publik adalah keputusan yang tepat.

Suamiku bahagia menikah denganku?
Aku memilih cara pengasuhan yang benar?
Aku ibu yang galak dan pemarah?
Memutuskan tidak bekerja di ranah publik adalah keputusan yang tepat?

Seringkali mempertanyakan diri sendiri memberikan ruang untuk perbaikan, tapi tak jarang ia justru bersifat destruktif bukannya konstruktif. Tanda tanya memberimu kesempatan untuk ragu-ragu namun dalam satu waktu juga memberimu waktu untuk menyusun rencana agar menjadi lebih baik.


Article 0

$
0
0
Hai!
Aku lagi buka-buka draft lama di laptop, dan aku menemukan cerita singkat, not to call it cerpen karena ya gitu doang, dan wow aku blushing bacanya 😂 Membaca cerita orang yang sedang jatuh cinta memang beda ya 😂

***

Dia datang begitu saja dan ingin pergi begitu saja, tanpa tahu betapa sulit menghapus bayangannya di setiap sudut kampus. (Baca selengkapnya di sini)

***

Empat tahun kemudian…
Kampus masih tampak sama sekilas. Pohon-pohon masih tegak di tanah tempatnya menyerap nutrisi, gedung-gedung masih kokoh dan tampan dari kejauhan. Lorong-lorong, yang kata orang seperti lorong rumah sakit, masih sama misteriusnya. Semua masih sama kecuali dua hal, pertama bahwa aku bukan lagi mahasiswa dan kedua adalah bahwa orang-orang berseragam putih biru yang kutemui kini asing. Aku masih dikenal, disapa banyak orang, walaupun dengan sapaan ‘kak’ bukan lagi namaku seperti dulu. Aku tak lagi menemui sebayaku, orang-orang yang bisa dengan bebas kuteriaki dari jarak belasan meter. Aku tak bisa sebebas dulu berjalan berjingkat-jingkat sambil sesekali melompat mencoba meraih kayu-kayu di atap lorong kampus. Saat ini ada predikat yang harus kujaga. Aku adalah dosen muda yang baru diangkat di kampus tempatku mendapatkan gelar sarjana.

Jumat, 23 Desember 2017. Matahari Bandung bersinar terik, menyengat setiap penghuni Bandung pinggiran yang sering disebut Bandung coret. Dayeuhkolot tak terkecuali. Siang ini aku berjalan melewati lapangan futsal. Senyap. Hanya ada beberapa rompi seragam dijemur, didiamkan begitu saja di lantai lapangan yang memantulkan panas terik.

Mataku menoleh ke satu sudut lapangan yang begitu familiar. Ada sesosok bayangan disana, tengah duduk memegang botol minum, menoleh dan tersenyum. Ia mengerjap, bayangan itu hilang dalam kedipan mata. Ini bukan kali pertama. Dulu aku percaya bayangan seperti ini adalah hantu, tapi belakangan aku sadar ini rindu.

Aku terus berjalan, berharap apa yang baru saja kulihat adalah nyata.

Berjalan menyusur lorong sendirian melemparkan ingatanku pada empat tahun lalu. Orang-orang dengan seragam yang sama tapi dengan cerita yang berbeda. Dari ribuan mahasiswa kampus ini, yang tiap hari berseragam putih dengan rok atau celana biru dongker, ada satu orang yang selalu berhasil menangkap mataku. Ada satu orang yang setiap sapaannya ingin aku rekam untuk diputar berulang. Ada satu orang yang hanya dengan senyumnya saja rasanya masalah terselesaikan. Satu orang yang tatapannya saat menyimak cerita seperti memberi solusi.

Ia teringat kutipan Kahlil Gibran dalam bukunya Almustafa, “Dan selalu saja cinta menyadari kedalamannya ketika perpisahan tiba.” Ah… Selalu pula, rindu menemukan pemiliknya ketika jarak menjadi sesuatu yang bisa diukur.

Banyak orang memilih jujur ketika rindu, aku jelas bukan salah satunya. Cukuplah mengirim kode-kode yang hanya kupahami sendiri. Menyapanya dalam dialog dengan Tuhanku.

Ia berakhir di depan gedung tempatnya mengenal laki-laki itu, mahasiswa yang selalu berhasil menangkap matanya. Rindunya menemukan pemiliknya. Rahmad.


Anti Ditolak, Seninya Menyuruh Anak: be Playful

$
0
0

Pernah nggak sih, nyuruh anak melakukan sesuatu trus anaknya malah melakukan kebalikannya? Exactly the opposites! Kaya bilang nak sampahnya dibuang ke bak sampah ya, trus sampahnya dilempar tepat di hadapan kita. Atau nyuruh pakai sepatu, tapi anaknya malah lari sambil nyeker. Atau nyuruh ak buat suap makanan tapi anaknya malah tutup mulut lalu ngeloyor pergi.

Kukira kaya gitu cuma ada di cerita, ternyata sekarang aku mengalaminya. Kepedean banget ya kalo berekspektasi everything will go smoothly. Masalahnya memang kita tuh siap sukses tapi nggak siap gagal. Ekspektasi kita cuma yang indah-indah aja, yang jelek-jeleknya blas nggak dipikirin atau diantisipasi.


Nah sekarang aku lagi baca buku yang bagus bangeeettt astagah sebagus itu! Tapi mungkin kalian ada yang ngga sempet baca karena bukunya bahasa Inggris dan 409 halaman gengs, size bukunya A5 ya bukan pocket book kaya Happiness Project gitu. Judulnya How to Talk so Little Kids Will Listen. Pas baca foreword-nya aja aku udah merasa "wow wow wow aku butuh nih, wow aku begini nih" Jadiii, tenang, aku akan bikinin resume (cailah) dan testimoni setelah aku praktekin. Anyway resume chapter satu udah ada ya di highlight instagram aku @rahmadjati yang judulnya How to Talk. 

Kalau chapter satu isinya tentang handle emosi anak, di chapter dua ini yang dibahas adalah gimana nyuruh anak melakukan sesuatu, atau kebalikannya, nyruh anak supaya ngga melakukan sesuatu alias melarang. 

Kalau dipikir-pikir, sehari-hari kita sebagai ibu isinya nyuruh sama melarang anak, ya nggak sih? hahaha. Kenapa kita menyuruh dan melarang? Karena kita bertanggung jawab atas mereka dan kita ingin yang terbaik buat mereka, kita ingin melindungi mereka dari bahaya dan memastikan mereka ngga kurang gizi, stunting, punya gigi bolong, dan lain-lain, bener nggak? 

Kita terus-terusan menyuruh dan melarang, sementara anak terus-terusan disuruh dan dilarang, DAN MEREKA HARUS NURUT. 

Masalahnya adalah, nggak ada orang yang suka disuruh-suruh. Kita aja sering kan mendadak ngga mood ngerjain sesuatu cuma gara-gara ada yang nyuruh? Padahal sebelumnya udah berapi-api. Atau ketika ada tulisan "Jangan Dipegang", pasti ada rasa penasaran aduh kaya apa ya kalau dipegang, atau di buku yang ditempel notes "Jangan Dibuka", wah makin penasaran tuh kita pengin buka dan ngecek ada rahasia apa di dalamnya. Ya kaaaan? Human nature, akui saja. Direct orders provoke direct oppositions.

Perintah kaya apa yang sehari-hari kita ucapkan ratusan kali? Ada banyak jenisnya nih, aku kasih contohnya ya supaya lebih jelas.

Commands
Ambil tasnya.
Jangan berisik ya.
Matikan TVnya nak.
Jangan pegang kompor, itu panas.

Blamming and accusing 
Kalau tadi kamu pelan-pelan ambil gelas kan ngga tumpah ini susunya.

Name calling
Sini bantu ibu beres-beres yuk. Kamu kan yang main, jadi harus bantu bereskan. Jangan malas.
Itu teman kamu mau loh meminjamkan mainan, kamu juga dong pinjemin. Tidak boleh egois.

Warnings
Hati-hati, nanti jatuh!
Nanti sakit loh kalau main hujan-hujanan.
Lihat gelasnya nak nanti pecah.

Sarcasms
Tasnya ketinggalan di lapangan? Baguus.

Rethorical questions
Kenapa kok adiknya dipukul?
Kok bolanya dilempar ke kompor sih, kan ibu baru saja bilang tidak boleh main bola dekat dapur.

Lectures
Tidak boleh merebut. Kamu juga nggak suka kan kalau mainannya direbut teman? Makanya tidak boleh merebut punya teman. Kalau mau pinjam, bilang minta ijin pinjam. Trus tunggu, ya?

Threats
Kalau mainannya tidak dirapikan, nanti ibu buang.
Mau pakai baju nggak? Kalau enggak, ibu mau makan nih, kamu pakai sendiri.

Wow. Rasa-rasanya semua yang kita bilang ke anak salah ya? Hahaha. Sama! Aduh mau tos tapi kok sedih. Jadi semua di atas itu nggak boleh? Ya boleh-boleh aja sih, yang nggak boleh itu kalau nggak shalat. Tapi, judul bukunya kan gimana caranya ngomong sama anak supaya anak mau dengar, jadi kalau ada cara yang lebih baik, tanpa marah-marah dan efektif buat bikin anak mau melakukan sesuatu, ya kenapa masih pakai cara lama. Ya nggak?

Mak, kok contohnya kasar banget sih. Aku kalo ngomong sama anak lembut kok. Coba-coba, lembut itu yang gimana sih? Pakai please gitu ya? Atau kalau bahasa Indonesia ya ditambahin tolong dan ya.
   Ambil tasnya.
   Tolong ambil tasnya ya.
Gitu kan? 

Kalau cara itu berhasil, pakailah. Tapi kalau anak berontak, melakukan kebalikannya, ada tips bagus yang bisa kita pakai nih. By the way aku baru baca sampai tips pertama, jadi aku cuma akan highlight tips pertama ya. Dan yang aku tulis ini juga udah aku praktekin, jadi aku bisa ngasih honest review whether it's a yes or a no go.

BE PLAYFUL

Anak mana yang nggak suka bermain? Anak mana yang nggak suka berimajinasi? Nah jadikan itu celah untuk memberi instruksi. Buat objek berbicara. Misalnya, kita mau menyuruh anak pakai sepatu. Bikinlah suara cempreng sepatu "Aaaa mana kaki Afiqaa, aku kedinginaan, aku mau dipakaiiii.", atau ketika kita menyuruh anak merapikan mainan, buat suara bernada rendah "Hoh hoh hoh aku adalah kotak mainan, kenapa aku kosong? Mana mainanku Afiqaaa.."

Atau buat perlombaan, misalnya "Afiqa, bobok siang yuk. Kita balapan ke kasur tapi lompat-lompat, oke?" atau "Itu ada sampah, aaah ibu duluan nih yang buang sampah nih." sambil lari ke arah sampah. Yang ini sudah aku praktekkan sejak Afiqa 1,5an tahun dan super ampuh memang. Cuma ya kadang aku nggak mood aja ngajak balapan, moodnya nyuruh-nyuruh. Fyuh.

Tapi, cara ini nggak bisa dipakai di semua kondisi. Karena ya kita ngga selalu mood untuk playful. Iya kan? 

Tadi sore, aku cobain cara objek berbicara pas nyuapin Afiqa. Jadi aku pegang sendok, dia pegang garpu buat ayam. "Aku nasiii, mana perut, aku mau ke perut, lewat mana nih? Ooo lewat mulut." dan wow Afiqa mangap lebar, ngunyah cepat. Makanan habis nggak sampai 15 menit, sisa dua suap padahal dia baru aja makan wingko dan popsicle kacang ijo. Dalam kondisi biasa, butuh 30 menit lah minimal, atau yaa habis setengah aja udah syukur kalau baru aja ngemil gitu. Itu pun disambi main atau dia lari-larian, aku harus teriak manggil-manggil supaya dia datang nyamperin sendok. Kali ini dia duduk, full di depan piring tanpa main apapun, apapun gengs, buku pun enggak. Wow. Dan aku nggak perlu nyuruh-nyuruh nih nih mangap aakkk. Wow.


Dan sadly, Afiqa udah nggak mau duduk di highchair hahahaha 😭😭 

Gimana, udah dicoba? Atau udah pernah makai trik playful ini? Cerita ya di kolom komentar 😉


Agar Anak Tidak Penakut

$
0
0
Tahu nggak kenapa anak satu setengah tahun lompat dari kursi tinggi? Atau kenapa mereka suka eksperimen masukin jarinya ke colokan listrik? Atau kenapa mereka mau lihat anjing tetangga yang dikurung dalam pagar dengan tulisan "Awas Anjing Galak" dari dekat? Karena anak-anak nggak kenal rasa takut. Bayi terlahir hanya dengan dua rasa takut alami. Satu, takut dijatuhkan; dua takut suara

Menjaga Harga Diri Anak bagian 1

$
0
0
Aku habis baca instastory Jouska, eh tahu kan Jouska? Itu loh financial adviser yang lagi hits karena konten instagramnya kece dan edukatif banget. Nah tadi dia upload dongeng tentang keuangan keluarga yang tadinya stabil mendadak runtuh gara-gara anaknya yang SMA bermasalah. Dia depresi dan pake narkoba sampai harus pindah sekolah empat kali. Berat? Pasti lah! Bahkan sampai

Toilet Training Uni (Bonus Printable Alur Pipis)

$
0
0
Toilet training..... Fyuuhhh.. lebih susah daripada sapih dan GTM ya? Sini kita pelukan dulu 😇 Nggak cuma kalian kok, banyak ibu-ibu lain merasakan hal yang sama. Uni, anak pertama aku, sekarang hampir tiga tahun dan belom lama ini bisa kubilang tuntas toilet training. Sebelumnya udah pernah bisa pipis di kamar mandi, tapi karena pergi-pergi terus dan tiap pergi dipakein pospak (popok

Gelisah

$
0
0
Ada suatu masa di mana kita berada di persimpangan. Tiba-tiba kita meragukan banyak keputusan yang sudah kita ambil. "Apakah aku melakukan hal yang benar?" karena tiba-tiba konsekuensi dari keputusan tersebut terasa tidak memuaskan. Ada suatu masa di mana kita hanya menjalankan hal-hal rutin. Tujuan yang pernah kita tetapkan menjadi samar. Tidak ada hal besar yang sedang ingin dicapai,

Ternyata Suami Nggak Paham

$
0
0
Seringkali, hal yang penting menurut kita adalah hal yang tidak penting menurut pasangan kita. Mungkin beda urgensi, tapi yang jelas pasti beda sudut pandang, dan semuanya bisa diselesaikan dengan komunikasi. Di hari pernikahan kami yang ketiga tahun, 2018 lalu, aku terang-terangan minta dikasih hadiah cincin. Iya terang-terangan, karena bang Gheza nggak mempan dikode-kode 😒 Ternyata,

Drama Suami Awet Muda

$
0
0
Assalamu'alaykum! 😁 Apa kabar weekend ini? Udah Juli aja yaaa, 6 bulan lagi udah 2020 loh nggak kerasa kan. Padahal kayanya baru kemaren banget adaptasi sama penulisan tahun 2019. Bulan ini bang Gheza dan Afiqa nambah hitungan usianya. Ulang tahun ya namanya? 😛 Aku nggak mau pake istilah ulang tahun karena keluarga kami nggak merayakan ulang tahun, jadi ngasih hadiah pun ya nggak pakai

Memberi Rekomendasi, Perlu Nggak Sih?

$
0
0
Assalamu’alaykum! 🙂 Beberapa hari yang lalu aku buka question box di Instagram untuk ngumpulin data dokter dan bidan yang direkomendasikan menurut netizen buat membantu lahiran VBAC (vaginal birth after caesarean) alias lahiran normal setelah anak sebelumnya caesar. Tujuannya tentu saja buat membantu ibu-ibu yang pengin VBAC tapi bingung nyari nakes yang bisa dan mau bantu VBAC, karena

Potensi Patuh Seorang Istri

$
0
0
Pagi ini sembari makan bakso ramai-ramai, aku, bunda (ketika kusebut bunda berarti itu adalah mertuaku), teteh yang bantu di rumah bunda dan teteh yang bantu di rumahku terlibat pembicaraan hahahihi yang pada akhirnya bikin aku berpikir dalam-dalam. Apa yang kita cari dari sosok seorang istri? ya atau menantu perempuan. Sebutlah rupa yang jelita, tapi ini akan habis dikikis

Persepsi Anak tentang Barang Branded

$
0
0
Siapa sih yang nggak suka barang branded? Kalaupun ada yang nggak suka, pasti masih lebih banyak yang suka. Dan kalaupun nggak suka barang branded, pasti ada alasannya. Misal sayang uang karena dengan harga semahal itu bisa dapat banyak barang dengan fungsi sama, tapi harga jauuh di bawahnya. Tapi, kalau nih, berkhayal dulu lah ya sebentar siang bolong gini, kamu punya akses dana tidak terbatas

Sedikit Oleh-Oleh Kajian Pendidikan Seks dalam Islam

$
0
0
Lagi rame Dua Garis Biru yaaa di mana-mana. Aku jelas belum nonton lah karena aku nggak bisa ke bioskop. Lebih tepatnya banggez nggak akan ngasih ijin ninggalin anak buat nonton doang. Dulu aku sedih banget pas nggak dikasih ijin kaya begini, beberapa kali sampai nangis saking kepenginnya nonton huhuhu. Tapi sekarang tidak lagiiii. Ya sabar aja lah nunggu filmnya ada di iflix atau hooq. Ehem.

NEW! Cerita Afiqa #1 Berdoa sama Allah

$
0
0
Assalamu'alaikuum! Wah seneng ya udah mau weekend lagi, meski rasanya waktu kok cepat amat berjalan. Tahu-tahu udah weekend lagi, tahu-tahu udah akhir bulan, tahu-tahu suami gajian. Oops. Di bulan Agustus ini, aku mau bikin tajuk baru di angsajenius yaitu Cerita Afiqa. Isinya nggak jauh-jauh dari Afiqa tentu saja. Rasanya, membayangkan beberapa tahun lagi dia baca tulisan ini tuh.... indah

Agar Melarang Tidak Menjadi Drama

$
0
0
Assalamu'alaykuum 😄 Kalau ditanya apa yang paling susah dari punya anak usia tiga tahun, salah satu jawabannya adalah kalau dia nggak mau dengar apa yang kubilang. Semakin dilarang, semakin drama. Nangis sampai kedengaran ke ujung jalan yang artinya tiga rumah ke samping, wow, atau justru semakin dilarang semakin semangat larangan itu dilakukan. Tapi memang benar sih, pada akhirnya

Cerita Afiqa #2 Jilat Jari

$
0
0
Salah satu hal paling menakjubkan dari memiliki anak adalah menyaksikan mereka belajar hal baru dengan begitu cepat. Lihat dan dengar satu kali, hap! serap semuanya tanpa cela. Seperti tadi sore sehabis makan sama-sama, Afiqa yang selesai duluan menuju tempat cuci tangan. Afiqa: Buk, habis makan tuh sunnahnya tangannya dijilat ya buk *bernada ngasih tahu Wow, inyik dan ucinya

Bukan Cuma Parenting, Kita Juga Harus Belajar Childrening

$
0
0
We learn about parenting, we learn about how to be a good parent. But, do we learn about childrening? Well maybe that's not even a word. Do we learn about how to be a good child to our parents and in laws? Do you? Trend Ibu Milenial, Belajar Parenting Banyak yang menyebutnya sebagai kebutuhan, which I agree. Tapi makin ke sini belajar parenting nggak cuma jadi kebutuhan melainkan

#KolaboRabu with Amalia @hebadaragema: Jerat Laki-Laki Soleh Virtual

$
0
0
Instagram, panggung di mana semua orang bebas menampilkan apa yang mereka mau. Telah tersedia jutaan pemirsa, kita hanya perlu memutuskan memilih pemirsa mana yang berpotensi tertarik pada postingan kita. Dan bagi sebagian orang, instagram benar-benar topeng yang sempurna. Kali ini aku menghadirkan segmen baru di angsajenius, #KolaboRabu, kolaborasi dengan orang-orang yang punya ilmu lebih

Apresiasi Ibu Rumah Tangga

$
0
0
Ada hal-hal yang tampak oleh khalayak, sehingga bisa mendapat banyak apresiasi. Ada juga hal-hal yang diselesaikan dalam hening, tidak banyak yang tahu, cukuplah dirinya sendiri dan beberapa orang dalam hitungan jari yang mengapresiasi. Di rumah, menjadi ibu, menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak kenal kata selesai, mengurus mengasuh dan mendidik anak; adalah satu dari banyak hal
Viewing all 170 articles
Browse latest View live