Quantcast
Channel: Angsa Jenius
Viewing all 170 articles
Browse latest View live

Sabar Tak Semudah Itu, Nona

$
0
0
Enambelas bulan menjadi ibu, enambelas bulan itu juga hidup gw berubah. So it’s true, people saying that motherhood changes your life, it’s true.


This cheerful little fella is the one who change my life. Dan satu hal yang paling paling paling gw sadari berubah dalam diri gw adalah kadar sabar. Iya sabar. Bersama gadis kecil ini, gw menjelma menjadi Rahma-versi-tersabar. If you know me for years, you will easily notice that I’m not that patient, that’s obvious. Maka, gw harus menggolongkannya sebagai prestasi.

Sungguh nona, bersabar tidak semudah yang kau baca dalam goresan tinta.
Bersabar ketika ia makan sambil berlarian.
Bersabar ketika ia merengek seharian karena sakit.
Bersabar ketika hasil eksperimen dapur berjam-jam dilepeh sempurna.
Bersabar ketika puting lecet lantaran digigit saat menyusui.
Bersabar ketika kerapian rumah tak bisa bertahan lama.
Bersabar ketika makanannya tumpah di bagian depan kerudung kita.
Bersabar ketika ia tantrum karena keinginannya tak kita penuhi.
Bersabar ketika ia memaksa minta nonton tv.
Bersabar ketika handphone ia lempar keras ke lantai.
Bersabar ketika DIY mainan untuknya rusak dalam hitungan menit.

Oh sungguh nona, bersabar tidak semudah itu.

Berkali-kali gw harus mengambil nafas panjang, geregetan sendiri, dan akhirnya tertawa sendiri agar ngga jadi merepet panjang yang orang sebut sebagai ngomel. Setelah jadi ibu, barulah gw sadari kenapa banyak ibu-ibu suka ngomel dibanding bapak-bapak. Dan sekali lagi nona, menahan untuk tidak ngomel tak semudah itu.

Tapi hidup adalah sekumpulan proses bukan?
Dalam berkali-kali ambil nafas panjang, geregetan sendiri dan tertawa sendiri itu, pelan-pelan gw belajar meningkatkan kadar toleransi gw. Bahwa ngga semua hal bisa kita kendalikan. Prioritas menyelesaikan pekerjaan bisa kita atur, tapi kapan anak eek ngga bisa kita jadwalkan. Iya kan?

Gw meningkatkan batas toleransi diri gw bahwa kerapian, hasrat dan target gw, semuanya harus disesuaikan dengan anak kecil ini, kesayangan Allah yang Ia titipkan ke gw dan suami. Kami yang memohon supaya dititipi anak kecil ini, lalu Allah kabulkan, trus gw masih mau ngga sabar gitu? 

Bahwa ia adalah prioritas. Menjaganya adalah prioritas. Mendidiknya sesuai fitrah adalah prioritas. Menjadikannya solehah adalah prioritas. Maka udah seharusnya gw sabar ketika hal lain, prioritas kedua dan seterusnya, harus mengalah sementara waktu. Maka Ya Allah, mohon mampukan kami, mohon selalu sabarkan kami.

Ditulis sebagai challenge Rumbel Menulis IIP Bogor November 2017.

Belajar Matematika dari Nguleg Bawang

$
0
0
Matematika bukan sekedar hitungan, matematika tersebar di sekitar kita. Kalimat pembuka challenge bunda sayang IIP kali ini bikin gw sumringah. Buat sebagian besar orang, pengertian matematika hanya seputar tambah kurang kali bagi, yang efeknya anak-anak mereka yang masih bayi udah dijejali calistung.

Is that bad? I don’t know, haven’t did any research yet. Tapi menurut hemat gw, akibatnya adalah anak bisa berhitung tapi ngga suka berhitung. Dari materi kali ini, gw diingetin lagi bahwa matematika itu juga soal ngajarin konsep banyak-sedikit, tinggi-rendah, besar-kecil, bentuk benda-benda sebagai dasar geometri. Ah gw jadi inget kata MomC di bukunya Montessori di Rumah, bahwa anak harus paham dulu konsep kosong, sedikit, banyak, sebelum mereka belajar penjumlahan. Make sense, sehingga penjumlahan bukan lagi hal abstrak buat anak.

Hari pertama ini pas banget sebenernya sama agenda homeedu Afiqa, bikin sate dari kotak dan segitiga kecil pake sumpit. DIY mainan ini gw bikin sebelum materi bulan ini rilis. Tapiii... eng ing eng, anaknya belom tertarik 😂 malah sumpitnya buat stick xylophone. 

Nah yang gw suka banget dari materi bulan ini, Temukan Matematika di Sekitarmu, adalah kita literally disuruh nemuin sisi matematis dari kehidupan sehari-hari, bukannya mengada-ada bebikinan dulu. Dan tadi siang, anak gw.............


mau ikut masak, nguleg bawang buat bikin sop. And then I was like “aha!” 😂😂😂 ini nih matik nih!

Naak, Afiqa lagi nguleg bawang ya? Bawangnya ada berapa sayang? Sa? Saaa? 
anaknya asik nguleg, ga jawab emaknya
Saaa....tuuuuu (sambil nunjuk satu jari).

Trus ini namanya cooo-bek. Apa sayang? Cobek. Cooo?
ditengok doang 
bek. Cobek. Bentuknya lingkaran tuh nak sama ya ama piring, tu namanya lingkaran sayang.

Ya emang ngga dijawab sih pertanyaan gw, anaknya juga memang belum lancar bicara. Tapi gw yakin Afiqa nangkep 😎 soalnya anak ini terbukti paham omongan ibuknya walaupun kesannya dia ngga merhatiin. Hebat ya anak-anak bisa kaya gitu, kalo gw kuliah kesannya ga merhatiin sih ya emang ga nangkep 😢☹️

Jadi hari ini Afiqa udah menyapa lingkaran dan angka satu lewat nguleg bawang. Kalo anak kalian, nemuin matematika apa dari aktivitas hari ini? 

#IIP
#KuliahBunsay
#ILoveMath
#MathAroundUs


Belajar Logika dari DIY Magnetic Fishing

$
0
0
Haiii jumpa lagi dengan ibuk Afiqa di siniii 😆😆

Hari kedua buat nemuin ada matematika apa yang bisa diajarin ke Afiqa dari kegiatan hari ini, daaan it was sho much fun! Afiqa lagi ceriaaaaaa banget. Bangun pagi ngga nangis, main ceria dan enerjik, maem lahap tanpa drama, dibacain buku antusias banget, bobo lama sehingga gw bisa baca puluhan halaman buku, ampe tidur lagi juga moodnya bahagia di atas awan. Buat ibu-ibu, mendapati anaknya cerah ceria tanpa mendung seharian itu sungguh surgaaaa ❤️

Agenda home edu Afiqa hari ini adalah mancing maniaa mantap! 😂 Pas banget deh sama challenge bunsay buat nemuin matematika di sekitar kita, jadi bisa beririsan pelajarannya. Hari ini gw ngajak Afiqa DIY main magnetic fishing toy yang gw bikin tadi malem, ada enam ikan dengan tiga macem warna. Gw juga bikin DIY sorting paper biru dan merah. Tapi kegiatan memilah atau basic sorting ini belom bisa Afiqa ikutin, jadi gw coba lagi matematika lain yang lebih gampang (menurut gw).



Btw postingan igstory DIY magnetic fishing toy ini banyak diketawain temen-temen 😂 Yes I know they’re ugly hahaha. Tapiii gw baca somewhere, lupa deh dimana, anak itu ngga butuh bagus-bagus amat loh. Karena imajinasi mereka masih sangaaaatt bebas. Bikinin aja mainan DIY yang lagi dia suka, mau jelek kaya apa juga, anak bakal seneng banget. 

See? We learn from our children to value something not by their looks, but their intention.

DIY magnetic fishing ini gw bikin karena Afiqa sukaaa banget sama ikan, jadi gw mikir wah kayanya lagi fase kritis belajar soal ikan nih. Nah selain ngomong berulang-ulang bahwa ikan itu hidup di air, ikan itu ciptaan Allah, dari mainan ini kita bisa ngajarin anak tentang:
  • Sebab akibat. Ketika ujung tali pancing dideketin ke ikan, ikannya nempel. Sebab akibat ini penting banget dipahami anak, ngga cuma buat matematika tapi juga buat logisnya sehari-hari. Anak harus paham jika A diginiin maka jadi A1, jika digituin maka jadi A2. Jika ujung pancing deket ke ikan, ikan nempel. Jika jauh, ikan ngga nempel.
  • Sorting. Oh ini ikan warna merah, ini biru, ini hijau. Sorting atau memilah berdasarkan karakteristik ini belom bisa Afiqa ikutin sih, but that’s totally okay. My daughter is 16m anyway ❤️
  • Berhitung. Ini sih gw aja yang ngulang-ngulang “Ikannya ada berapa naak? Yuk hitung sambil kita ambil dari pancing. Satuu duaaa tigaa. Ooh tiga yaa wahh.” Afiqanya cuek-cuek aja sambil mainin ikan yang nempel ke pancing.
Yuk buk ibuk lebih peka sama aktivitas kita membersamai anak, karena dari sana bisa kita tumbuhkan kecintaannya pada ilmu matematika 🙂


Belajar Maju dan Stop dari Mobil Elektrik

$
0
0
Weekend kemana kitaaa? Emooollll! 😂



Setelah mudik tiga minggu, menghayati kehidupan di Purworejo yang jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan, minggu lalu gw dan Afiqa kembali ke Bogor. Kembali ke rutinitas bermain kami. Kembali gw harus rajin nyiapin bahan mainan buat home edu Afiqa. Dan sebagai manusia biasa, gw juga kangen sama rutinitas “pengin-jalan-tapi-gatau-kemana-yaudah-makan-enak-aja”, yak dimana lagi kalo bukaaaann....... emol 😂😂




Hari ini keluarga bapak Ghazali malem mingguan di Lippo Ekalokasari, yang lebih sepi dibanding Botani Square ah you olang semua paham kan betapa padetnya Boqer tiap wiken 😷  Dan untuk pertama kalinya Afiqa naik mobil elektrik kaya gini. Tadi yang dinaikin muter sih Lillo, tapi pas udah kelar naik Lillo anaknya minta duduk di mobil-mobilan ini.

Dari naik Lillo didampingi yayah, apa coba yang bisa kita ajarin ke anak? Buanyak! Tapi yang paling jelas adalah konsep jalan dan berhenti.

Tadi ayahnya Afiqa yang pegang kendali setir Lillo, jadi naiknya bisa berhenti kapan aja dan jalan kapan yang dimau. Ketika gw minta berhenti karena mau difoto gw bilang “Yak stop stopppp!” Dan ketika udah selesai foto, gw bilang “Oke jalaan!”

Respon Afiqa? Doi ketawa-tawa sambil lompat-lompat excited karena lihat ada kereta jalan di depannya. Memang gw belom bisa clarify bahwa anak ini nangkep apa yang gw omongin soal jalan dan berhenti, tapi gw yakin dengan beberapa repetisi, anak ini akan sangat paham konsep jalan dan berhenti. Buktinya, kalo Afiqa jalan atau lari-larian trus gw bilang “Afiqa stop 🛑!” kadang Afiqa bakal berhenti, ya kadang tetep aja lanjoooottt jalan atau larinya 😂 Dan ketika dia berdiri lalu gw kasih instruksi untuk jalan, dia bakal jalan.

Artinyaaa pemirsa, anak 16 bulan ini udah paham konsep dirinya sendiri jalan dan berhenti, tapi entah konsep benda lain jalan dan berhenti udah dia pahami atau belum. It’s okay ya sayang, learning takes time. And that’s not so important how long as long as you enjoy the process ❤️

Anyway konsep jalan dan stop ini deket banget sama matematika. Kalau kita paham konsep jalan dan berhenti, logika kita bakal lancar kaya jalan tol weekday tengah malam ketika dapet instruksi penunjuk arah, atau menjadikannya biner 1 0 yang puenting banget buat anak informatika, atau buat tahu pola pake deret bilangan misalnya maju delapan tambah satu maju delapan tambah satu (?). 

Mengikat makna, mengikat ilmu. Selalu ada pelajaran dari tiap kejadian, dan selalu ada sisi matematis dari rentetan kegiatan. Jadi, udah belajar apa hari ini?

Kondangan Butuh Matematika

$
0
0
Apa yang kebayang dari kondangan? Ketemu temen si manten yang jadi raja ratu sehari, ketemu temen-temen lama, makan enak, foto cakep yang instagramable.

Tapi apa jadinya kalo kondangan bawa toddler 16 bulan? Pas mau makan, yang satu ngider ambil, yang satu duduk mangku bocah sambil disuapin. Pas lagi disuapin eh sendoknya kesenggol, saosnya tumpah lah di kerudung. Sambil nunggu antara jeda akad dan resepsi, lari kejar-kejaran sama bocah yang aktifnya luar biasa. Dan tentu saja hiasan kerudung yang ditarik-tarik baeee. Seru? Seruuuu!

Nah hari ini kami kondangan ke tempat temen kontrakan abang pas kuliah dulu. Dateng sejak akad bikin kami punya banyak jeda selagi tempat belum rame.



Afiqa tentu saja ngga mau anteng. Berkali-kali dia lelarian muterin tiang bunga sambil cilukba. Berkali-kali dia minta naik turun tangga. Berkali-kali dia minta lihat bunga dan angsa. Apalagi si anak extrovert ini ketemu abang Kredo & Fendou, anaknya Tito & Siti, makin semangat lah dia mainnya. 

Lama-lama, capek kapten, istirahat dulu kita 😌

Menjelang tengah malam gini, gw pikir-pikir lagi, ternyata kondangan juga butuh matematika. Kok bisa?

Untuk Afiqa lari muterin tiang bunga sambil cilukba, Afiqa belajar arah. Jalan ke suatu arah tapi bertahan nempel ke tiang, duh ini apa sih bahasa gw udah error jelang jam 24 😂

Untuk ngelilingin tiang, Afiqa harus bertahan jalan di track berbentuk lingkaran, dan ini matematika 😗 
Untuk naik turun tangga, Afiqa mendengar kata naik dan turun, dan ini penting buat matematika di real life kelak 😗
Ketika Afiqa pegang makanannya sendiri, dia selalu pengin minta sekaligus banyak dan kami akan berkali-kali bilang “satu satu nak, habiskan dulu baru ibuk kasih lagi”. Mendengar kata satu dan memahami konteksnya satu makanan dihabiskan dulu baru dikasih lagi satu, adalah matematika 😗

See? Belajar matematika ngga selalu harus disengaja 🙂

Why Kids Need Puzzle

$
0
0
Siapa yang suka main puzzle? Oh I do! Floor puzzle yang ratusan pieces sungguh menantang, seperti halnya main sudoku atau isi TTS. Buat anak usia dini, main puzzle juga bisa bikin mereka anteng plus dapet banyak manfaat. Apa aja?

Niihhh ya manfaat main puzzle buat anak usia dini:
  • Melatih koordinasi mata dan tangan saat harus naroh potongan puzzlenya
  • Melatih kognitif karena kudu mencocokkan dan mengingat potongan ini di mana yaaa~
  • Melatih kesabaran karena pasti, pasti, pasti ada banyak kesalahan awalnya
  • Mengasah motorik halus si anak
Nah Afiqa hari ini main sound puzzle vehicles-nya Melissa & Doug, yang bisa bunyi kalo kita bener naroh puzzlenya. Seru ya? Afiqa jadi tahu suara ambulans, pemadam kebakaran, kapal api dan kendaraan lainnya. Anaknya belom bisa selalu pas sih naroh puzzlenya, but she tried it. Dan mainan ini belom terlalu bikin Afiqa anteng, it’s okay gw jadi tahu bahwa sekarang emang belom fase kritisnya bermain puzzle.


Dan tentu saja ada sisi matematis dari main puzzle yaituuuu.... anak mencocokkan gambar pada potongan puzzle dengan gambar pada boad. Ini termasuk kemampuan dasar untuk nanti memilah berdasarkan karakteristik alias sorting. Karena buat sorting, kita harus tahu dulu mana yang karakteristiknya sama dan masuk dalam satu grup.

Bermainlah anak ibuk, bagi seorang muslim, hikmah adalah harta yang terserak. Maka ambillah dimanapun kau menemukannya 🙂


Berjalan dan Berhenti

$
0
0
Apa yang terjadi seandainya kita ngga paham konsep berjalan, bergerak, berpindah tempat? Mungkin akan kacau dunia karena tingginya angka kecelakaan, termasuk tabrakan ketika berjalan kaki. Gw masih inget jelas ketika awal SD, naik motor ditutup jas hujan. Pandangan gw hanya ke bawah, hanya rumput yang tampak sementara motor melesat. Saat itu, gw inget jelas banget, gw berpikir rumputnya bergerak ke arah belakang, padahal sebenernya gw yang bergerak.

Maka jelas penting banget buat anak memahami konsep berjalan, bergerak, berpindah tempat. Semuanya akan jadi bekal memahami kecepatan, termasuk aplikasinya ketika harus menaiki kendaraan sendiri kelak. 


Hari ini Afiqa main sepeda di garasi luar. Kakinya memang belum cukup panjang buat menjejak pedal, tapi keseimbangannya bisa didapat cuma lewat kendali tangan. Karena garasi yang agak miring, gw hanya perlu mendorong sedikit dan sepeda yang Afiqa naiki akan meluncur perlahan menuju pagar. Beberapa kali berhenti karena stang miring, dan beberapa kali juga Afiqa goyang-goyangin badannya supaya sepeda maju.

Hari ini Afiqa belajar lagi soal berjalan dan berhenti, dengan dia dan sepeda sebagai objeknya. Berjalan dan berhenti ini bisa gw kategorikan ke dalam matematika soalnya pemahaman akan hal ini dibutuhkan buat paham tentang kecepatan, termasuk hitung-hitungannya. 

Sederhana ya? 

Basic Sorting: Bawang

$
0
0
Anak mana yang ngga suka buka kulkas? Oh yes they love it to the level that everything inside has been touched hundreds times. Lebay? Iya sedikit 😛 tapi begitulah adanya, setiap benda di dalam kulkas dipegang beeeeeerrrrkali-kali “ni, ni, nii, ni, ho nii, niiiiii”

Karena banyak ranjau seperti kuah gule dan cabe giling, gw harus ekstra gercep narik tangan Afiqa sebelum keduluan dia colek sehingga tumpah kemana-mana. Lalu jarinya narik sebuah kotak transparan, dimintanya gw membuka, lalu dia keluarkan isinya satu-satu.

Daun bawaaang nak
Laos, laaa ooosss
Cabe, lom boook huh haah huh hahh
Baaawang merah

Selesai dikeluarkan, dimasukkanlah lagi semuanya ke kotak. Akhirnya gw kepikiran buat minta Afiqa ngeluarin bawang aja. Satu bawang, dua bawang, tiga....laos 😂 lah!

Tapi yang penting bocah 16 bulan ini tahu mana bawang dan bisa ngambil bawang dengan bener ga cuma sekali. Mungkin fokusnya aja yang kurang, atau sengaja buat bikin ibuknya ketawa makanya diselingi laos 😋

Every Mom Has Their Own Battle

$
0
0
Yes they do, so don't judge. Every mom is facing battle of their own, so don't judge. Anyway, who are you to judge?

Ada ibu yang berjuang dalam kecamuk perasaannya karena bekerja sehingga harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama rekan kerja dibanding anaknya. Ada ibu yang berjuang menghadapi komentar dan saran dari orang tua dan mertuanya yang selalu bersilang arah. Ada ibu yang berjuang untuk tetap waras mendidik anak di saat suaminya memilih wanita lain. Ada ibu yang mati-matian mengumpulkan semangat yang terserak demi buah cintanya, saat separuh jiwanya, suaminya, mendahuluinya menghadap Sang Kuasa. Dan ada ibu, yang berjuang menyelesaikan tesisnya di saat anak pertama sedang lucu-lucunya.

Gw, Rahma Djati Kusuma, adalah satu dari ribuan ibu di dunia, yang pernah melalui medan perang yang terakhir. 

Menikah dalam kondisi sedang kuliah memang penuh konsekuensi, ibu gw berkali-kali mengingatkan hal ini sebelum gw mantap meminta dinikahkan. Berkali-kali juga gw jawab "Iya buk, udah tahu. Insyaa Allah siap." Tapi ternyata, pada prakteknya, berkali-kali gw jatuh bangun mengumpulkan serak demi serak semangat yang berhamburan entah di mana, konsentrasi yang terpecah berbagai rupa dan ilmu kuliah yang juga menguap ke angkasa. 

Baydewey, serius amat si? 😝

Ya, gw pernah menjadi mamaksiswa. Menjadi mahasiswa di saat perut makin besar dan berat lantaran hamil, tesis yang tak kunjung selesai, dan lab riset dosen pembimbing yang ada di lantai 4 dengan lift gedung yang sering mati. 


Sehabis menikah sampai hamil delapan bulan, gw masih ngekos dengan sangat bahagia di Gg. Winata jalan Paledang, daerah ini adeeemmm luar biasa, suasana dan kondisi rumah yang gw kos-in bener-bener nyaman. Semilir angin sejuk khas Bandung tiap hari, cuit burung peliharaan bapak kos, dan lotek emak yang enaknya juara! Betaaaahhh banget ngekos di rumah aki walaupun ngga ada anak kosan lain, gw sendiri aja, karena satu-satunya anak kos, Tari, udah pindah rumah sendiri semenjak nikah. Oh and anyway rumah aki ini bukan kos-kosan jadi gw menempati lantai dua rumah aki, dan aki sekeluarga ada di lantai satu. Dari loteng alias tempat jemuran, tampak jelas menara masjid agung Bandung. Artinya, gw bisa ke alun-alun dengan jalan kaki. Termasuk ke Asia Afrika, dekeeett! Makanya rute jogging gw dulu adalah keliling Lengkong, dari Lengkong Kecil nembus ke Lengkong Besar trus masuk Paledang sehabis subuh.

Ah tu kaaan gw baper kalo ngomongin Bandung 😓😓😓😓😓😓😓😓😓😓😓😓😓

Dan medan perang bermula saat hamil makin besar, badan makin bengkak, jalan kampus ITB yaagitudeh tahu sendiri kan, ngga datar kaya IT Telkom. Rasanya musuh gw makin gencar ngajak perang saat kehamilan masuk usia tujuh bulan. Kamis hari itu, jelas banget gw ingat, seminggu jelang ramadhan. Gw tumbang ngga bisa apa-apa, jalan pun ngga sanggup, seharian cuma di kasur nangis bolak-balik telpon ibuk dan suami. Sebabnya adalah hari sebelumnya, setelah subuh gw udah meluncur ke kampus buat persiapan testing program di Jatinangor bareng temen-temen segrup riset. Tak dinyana, seting ini itu, instal dan konfigurasinya belom beres sampe jam 8 malem. Dan gw baru mendarat di kosan jam 11 malem, motoran sendiri dari Baltos tempat turun travel. Setelah cek dan ricek di dokter spesialis obsgyn langganan gw, dr. Giana Hanum, ternyata gw abcess bartholin. Dan satu-satunya jalan penyembuhan adalah operasi. 

Hamil 7 bulan, dan harus operasi itu eennngggg..... 
Duh ya ini amandel sejak SD aja gw diemin karena ga berani operasi, eh ini katanya kudu operasi segera sebelum hamil makin gede. And there I was, nangis semaleman sebelum opname di RS karena ketakutan, dan suami yang jawab "jangan gitu dong aku jadi takut juga", sampe akhirnya operasi ditunda karena Hb gw cuma 7, transfusi dua kantong, dan masuk ruang operasi yang dingin. Biusnya bius lokal, disuntik di punggung. Kata orang yang caesar, bius kaya gini suakiiiittt buangeett. Ah ga tuh, ya sakit tapi biasa aja. Eh ini jujur loh, karena daya tahan sakit gw rendah banget. Banget banget. Sakit dikit aja ngeluhnya ga selesai-selesai kaya orang paling merana sedunia. Padahal cuma sakit kegigit anak, misalnya. Hft.

Karena sakit dan operasi itu, gw break dari kesibukan pertesisan. Padahal udah mau kelar programnya 😫 Yang sebelumnya super rajin tiap hari ke lab buat residensi, baru pulang jam 8 malem, terakhir pulang mulu ampe labtek VIII rasanya begitu mencekam, akhirnya total ngaso. Karena break inilah semangat gw merosooooottt kaya seluncuran di waterboom. 

Pasca operasi, gw yang toleransi sakitnya rendah ini, susah payah bisa buat duduk dan jalan. Jahitan operasi perih amaaattt duh biyuuung. Berkali-kali itulah gw dinasehatin bunda, mertua gw, buat lebih strong! Nanti abis lahiran lebih sakit lagi tapi harus ngurus anak, bersihin popok dll dll, Trus gw yang jalannya kaya pinguin karena luka jahitan sakit luar biasa kalo kegesek, disuruh jalan normal seperti sedia kala. Bisa ga? Enggak permirsah 😅 ga quwadh gw.

Selang 2 bulan, gw lahiran dan harus caesar karena ketuban udah ijo dan pembukaan stuck di 3. Setelah caesar ini barulah gw tahu, luka jahitannya lebih sakit pas bartholin daripada caesar. Jauuuhhh lebih sakit bartholin 😖

Dan berubahlah Rahma si mahasiswa yang aktif motoran kemana-mana sampe hamil delapan bulan perut mentok stang, jadi Rahma si ibu beranak satu yang babyblues mulu. Di saat yang sama, jarum jam terus berputar menandakan waktu gw sebagai mahasiswa juga akan segera berakhir. Juli gw lahiran, dan wisuda Oktober yang gw idam-idamkan babay sudah lantaran gw berkali-kali terjeda ngga bisa kemana-mana.

Apakah setelah punya anak ngerjain tesis jadi makin ringan? Oooo tentu tidaakk!

Gw baru bisa on track nesis pas Afiqa umur 3,5 bulan. Butuh dua minggu untuk gw buka laptop dan bengong ngga ngapa-ngapain, bolak-balik catatan bimbingan, bolak-balik resume paper referensi, bacain bab I, ngebuka program yang gw pelototin doang karena ngga tahu mau diapain, dan step konfig yang udah lupa sama sekali. Oh I was so lost!

Karena ngga ada progres sama sekali, akhirnya gw ngadep dosen pembimbing gw, pak Yusep Rosmansyah, dengan tangan kosong. Bermodal wajah ceria dan semangat seperti dulu sambil cerita apa yang terjadi selama gw absen. Saya sudah melahirkan pak, sekarang saya tinggal di Bogor pak, saya gabisa residensi pak, saya bimbingan seminggu sekali boleh pak? Saya bolak-balik pagi dari Bogor nanti selesai bimbingan saya langsung pulang pak, saya baca referensi dan draft buku tesis saya tapi belum bisa connect pak, saya mau melanjutkan tapi bingung pak, saya harus mulai darimana pak. Akhirnyaaa......... gw dikasih tema baru Eng ing eng 😁😁 Game yang gw bikin, berubah target usernya, berubah kontennya. Artinyaaa got a lot works to do! 

Seminggu sekali bolak-balik, berangkat habis subuh dan baru sampe rumah jam 9 malem. Ninggalin bayi 4 bulan dengan beberapa botol ASIP. Ngerjainnya? Jelas siang gw ngga bisa buka laptop. Tak ada solusi selain begadang hampir tiap malem, berteman kopi dan playlist berbagai rupa supaya semangat tak kendur kaya tali jemuran. Mulai dari ost Yeh Jawaani Hai Diwani, ost Moana, Disney songs, ost Kal Ho Na Ho, kadang tausiyah tapi jadinya ngga fokus antara dengerin atau nesis, kadang Al-Qur'an tapi malah seringnya ngantuk. Gw baru matiin laptop jam 4 jelang subuh, dan tidur nanti ketika anak gw tidur pagi. 

It was not easy, it was never been easy. Beasiswa yang habis masanya sehingga gw dengan sangat ngga enak hati, harus minta suami bayarin 2x uang kuliah, mana sembilan setengah jutak pula uang kuliah itebeh. Ditambah laptop gw ngga kuat nge-run game yang gw bikin sehingga bluescreen mulu sehingga harus beli laptop baru.


Maka sebelum gw bisa tersenyum saat memegang map berisi ijazah magister, ada tangis di sana, ada dua kali operasi di sana, ada kaki bengkak yang dipaksa naik lantai empat, ada anak yang terpaksa ditinggal bersama inyiknya (kakeknya) tiap kali gw ke Bandung, ada tabungan suami yang berkali-kali terkuras, ada jam tidur yang dipangkas habis-habisan, dan ada deg-degan hampir disuruh sidang ulang.


Setiap ibu berjuang di medan perangnya masing-masing. Maka menanglah dengan elegan.

Angsajenius Berubah

$
0
0
Seperti halnya setiap elemen di bumi, kita semua tengah beranjak menua. Dan seperti halnya semua hal yang tumbuh, berkembang dan menua, setiap elemen di bumi mengalami perubahan. Karena konten di blog ini, seperti halnya diri si empunya, juga menua mengikuti fase hidup Rahma Djati Kusuma, maka keputusan besar dibuat.


Setelah ini akan ada penyesuaian penyebutan diri sendiri, dari gaya mahasiswa karena emang isinya seputar kehidupan mahasiswa beserta problematikanya, menjadi gaya ibu muda beranak satu. Cailah.

Doakan makin produktif, doakan makin berkah, doakan bisa memberi manfaat.

Terima kasih, salam.
Angsajenius

Review PSPA (Program Sekolah Pengasuhan Anak) Abah Ihsan

$
0
0
Hai!

Hari ini timeline media sosial isinya aksi #indonesia4palestine semua, ehm ngga literally semua sih tapi mostly. Masyaa Allah semoga berkah tercurah pada semua yang hadir di monas, yang mendukung, yang mendoakan dari jauh, dan tentu saja yang didukung dan didoakan, saudara kita di Palestina. Tapi kali ini aku ngga akan ngebahas soal aksi yang lagi hot menuhin sosmed itu, karena akuuu mau cerita tentaangggg Pe-Es-Pe-Aaaa!! 



Seminggu lalu aku dan abang ikutan PSPA Abah Ihsan, program sekolah pengasuhan anak yang fasilitatornya abah Ihsan. PSPA ini udah keliling Indonesia bahkan beberapa negara dari Malaysia sampe Swiss, pas banget awal 2017 kemaren aku dapet info kalo Desember bakal diadain di Bogor. Daftar sejak Februari karena tahun lalu pas mau daftar udah kehabisan kuota. Dahsyat ya! Btw ini adalah "seminar" parenting kedua yang aku ikutin bareng abang, pertama pas wisuda IIP ada bu Septi dan pak Dodik, kedua PSPA ini. How could I not be excited?

Buat yang pernah sekelas sama aku pasti paham betul betapa aku................ gampang banget tidur di kelas 😴. Sama pak Suwono, dosen Statistik paling legendaris se-STT Telkom aja bisa ketiduran, apalagi dosen lain. Di ITB juga udah paham banget temen-temen kalo aku tukang tidur. Duduk di depan, nunduk pura-pura nulis, abis itu catetan belepotan karena aku ketiduran. Praktikum aja ketiduran, padahal sambil ngemut permen kopi. Dah lah separah itu level ngantuk aku kalo di kelas atau seminar-seminar.

Dan...
PSPA dua hari full jam 7.30 sampe maghrib...
Aku ngga ketiduran sama sekali! Wow ajaib! 
Padahal yang ngomong cuma satu orang abah Ihsan doang, bukan gonta-ganti pembicara. Kalo cuma ngandelin konten bagus, ngga akan aku melek begitu. Nah jadi kenapa bisa aku ngga ketiduran? Simak jawabannya setelah ini 😝Baydewey apakah ada coffee break? Hahahaha ngga ada sodarah, aku udah bayangin ngopi gitu biar seger yakan taunya snack-nya dikotakin dibagi di awal masuk, minumnya juga air mineral cuma segelas huhu ku haus 😰

Nah biar enak dibaca, review PSPA akan aku bagi jadi tiga bagian, tentang konten materinya, pematerinya, dan after effect di aku dan abang.


Materi PSPA
Tahu ngga kenapa orang tua jaman now kudu belajar? Padahal orangtua jaman old, angkatan bapak ibu dan kakek nenek kita, ngga pake belajar parenting-parentingan, ikutan kulwap sana sini, toh anaknya "jadi" dan sukses aja kan? Kenapa coba? Kalo kata abah Ihsan, ada 3 alesan kenapa orang tua jaman sekarang kudu banget belajar.
  1. Allah suruh belajar. IQRA!
    Apa ayat pertama yang turun ke Rasululullah shalallahu 'alayhi wassallam? Al-'Alaq 1-5, dan bunyi ayat pertama itu iqra, bacalah. Apakah itu perintah? Ya. Untuk apakah kita baca? Belajar. Sejatinya membaca adalah belajar.
  2. Jaman dulu orang tua kita ngga punya kompetitor dalam mendidik kita.
    TV ditonton, aman. Paling banter juga TVRI, pas kita mulai SD ada channel swasta macem Indosiar, RCTI, TPI, Lativi tapi kontennya mostly aman ditonton bocah. Internet belum ada, ya boro-boro internet sih, wartel aja masih bertebaran.
    Tapi jaman now, orang tua punya kompetitor yang bisa ngajarin anak apa aja. Ada internet, ada youtube, ada facebook, ada instagram, serta ada TV beserta tayangan dan iklannya yang ngga ramah anak. Kalo orang tua ngga belajar, bisa kalah kita sama kompetitor ini. Bisa-bisa bukan kita yang nginstal software kebaikan di diri anak, melainkan kompetitor ini yang nginstal software keburukan di diri anak.
  3. Agar orang tua punya peta dan GPS
    Agar kita tahu kemana anak-anak akan diarahkan, dan gimana caranya sampai ke tujuan. Kalo ngga punya peta dan GPS, mungkin nyampe juga sih tapi pake nyasar-nyasar dulu dan pasti lebih lama, takes more effort, so yes we need to learn!
Kalo kita ngga belajar, akhirnya kita pake dua senjata pengasuhan orang tua tanpa ilmu. Satu, trial and error. Dua, pake warisan alias metode pengasuhan orang tua kita dulu, padahal jaman udah berubah sist. Anak dulu dimarahin dibentak pun tetep nurut sama orang tuanya, lah anak sekarang dibentak dikit langsung lebay deh, mulai dari makin membangkang, update sosmed sampe lapor KPAI 😪

Alasan kita harus belajar ini cuma setengah halaman pertama dari buku catetanku, padahal ini satu notes hampir penuh bolak-balik. Oh bayangkan betapa kaya materi PSPA! Dan btw aku ngga akan cerita semua ya hahahaha kata abah nanti PSPAnya ngga laku kalo alumni nyeritain semua hasil PSPA 😝 Tapi serius deh, beda rasanya baca buku apalagi kulwap, dibanding ikut langsung, soalnya ada sensasi kesetrum semangat fasilitator dan temen-temen seruangan yakan yadong. 

Gengs. Coba jawab dalam hati.
Pelaku mutilasi, sebelum melakukan mutilasi lebih banyak ngomong apa lebih banyak diam?
Penjahat pembunuhan massal, sebelum melakukan pembunuhan massal lebih banyak ngomong apa lebih banyak diam?
Orang-orang berbahaya dunia, sebelumnya lebih banyak ngomong apa lebih banyak diam?
Orang gila, sebelum gila lebih banyak ngomong apa lebih banyak diam?

Iya, lebih banyak diam. Kebanyakan, kalo ditilik jauh, mereka bermasalah dengan keluarga atau dengan masa kecilnya. Maka hati-hati kalo anak kita pendiam, karena kita ngga tahu apa yang ada di pikirannya, apa yang terjadi sama dia. 

Tapi kenapa banyak anak ngga suka cerita sama orang tuanya? Karena orang tua sukanya ngomongin anak bukan ngomong sama anak. Nih kukasih ilustrasi.

1 👉"Sayang kamu kok ngga mau main sama adik sih, kamu kan udah besar harusnya bisa momong adik dong. Adik kan pengin ikut main, masa gitu aja ngga mau."
2 👉"Sayang kenapa ngga mau main sama adik?" kemudian mendengarkan alasan anak.

Yang pertama itu contoh ngomongin, yang kedua ngomong sama anak. Ngomongin anak itu searah, ngomong sama anak itu dua arah. Ngomongin anak itu isinya ngga jauh-jauh dari petuah, ngomong sama anak itu melibatkan diskusi dan mendengar apa yang anak rasakan. Komunikasi yang baik sama anak itu super penting, super uber duper penting!

Kalo enggaa... coba bayangin anak kita umur 5 tahun nanya gini sepulang sekolah, "Buk, aku asalnya darimana sih?" dan mulailah kita berfilosofi.
Dari Allah nak.
Allah itu siapa buk?
Yang menciptakan kamu, menciptakan ayah, ibuk.
Kok bisa gimana caranya buk?
(( mikir keras caranya jelasin konsep penciptaan ke anak 5 tahun ))
Trus buk?
Ah udah ah nanya terus, sana main tuh ditungguin sama kompor masak-masakan.

atau dijawab dengan:
Dari perut ibuk nak.
Kok bisa aku ada di perut ibuk?
(( mikir keras caranya jelasin reproduksi ke anak 5 tahun ))
Kok bisa buk?
Ah udah ah nanya terus, sana main tuh ditungguin sama kompor masak-masakan.

eh setelah dijawab sampe keringetan sambil mengais-ngais ingatan jaman SMA, taunya si anak jawab gini, "Bukaaan, maksud aku, Tono kan dari Semarang nah kalo aku darimana buuk? Tadi bu guru nanya di sekolah, aku ngga tahu asalku dari mana trus sama bu guru disuruh tanya ibuk."

Nah coba dari awal kita udah klarifikasi, maksud asal yang ditanya anak tu apa, pasti ngga usah pake salah jawab sampe bingung jawaban apa yang bikin anak berhenti nanya. Inilah pentingnya ngomong sama anak. Kalo kasusnya kaya di atas, berarti skill ngomong sama anak kita buruk!

Padahal, ngasuh anak itu nikmat. Niqmad (tuh pake dua qalqalah biar mantep). Asal punya skill. Kalo ngga punya skill, anak ngerengek sedikit aja udah stress, pusing, emosi, pengin meledak.

Udah ah segitu aja review materinya 😝 Kalo semua ditulis di sini bisa sepanjang tinjauan pustaka tugas akhir nanti, itu aja aku cuma ambil dari satu lembar catetan jadi sepanjang jalan kenangan kita saling bergandeng tangan. Nah kalo mau lengkap mah ya ikutan aja PSPAnya 😆

Review Pemateri a.k.a. abah Ihsan
Pernah nonton stand up comedy? Nah ini rasanya aku kaya nonton stand up comedy full dua hari. Ngga paham lagi sama energi dan totalitas abah. Katanya, materi sengaja dikemas dalam format banyak lucu-lucunya karena otak manusia akan menerima informasi dengan optimal ketika bahagia. Dulu PSPA banyak nangis-nangisnya, tapi setelah diteliti justru kurang berdampak positif. Nangisnya adaaa, tapi banyakan ketawanya sampe rahang pegel.

"Bapak-bapak yang jaim itu kuno! Yang jaim selama PSPA saya jamin tersiksa pak, karena mau ketawa jadi ditahan-tahan.", gitu salah satu kalimat abah di awal sesi.

Nah inilah yang bikin aku ngga ketiduran. Ya gimana bisa ketiduran sih kalo yang pegang mic ngelawak mulu. Tapi oh sungguh setiap kalimat dan lawakannya jleb jleb jleeebb! Menusuk sampe hati paling dalam 😛 

Nih kukasih foto pas sesi couple, tadinya duduk kursi gitu dipisah perempuan ama laki, tapi di akhir ada sesi couple. Yang lain nangis, yang dibintangin (hahaha norak banget ya editnya cuma pake paint buat ngasihtau dimana aku) ketika suaminya ngomong puitis sesuai instruksi abah, malah gabisa nahan senyam senyum. Ketika disuruh pelukan sambil elus punggung, bapak ini malah usek-usek setengah mijit. Ah yagitu deh yang lain nangis, yang ini jauh dari air mata 😅





After Effect PSPA buat aku dan abang
Materi PSPA emang didesain sangat aplikatif, ngga kebanyakan teori. Emang ngga menjawab semua permasalahan pengasuhan, tapi rasanya setelah PSPA aku jadi punya panduan aku harus gimana kalo nemuin masalah begini begitu ini dan itu. Dan ini penting. Kita ngga dijejalin sama teori tapi kita diajak berpikir sama abah. 

Bahwa anak bukanlah orang dewasa mini yang langsung ngerti ketika dikasihtahu lewat lisan, dan bahwa eksplorasi pake semua inderanya memang udah kodratnya. Dari sini, aku jadi lebih semangat ngajak Afiqa aktivitas fisik, lebih santai kalo Afiqa berantakin barang, lebih paham apa maunya anakku.

Bahwa tantrum memang ada masanya, abah ngasih metode ngadepin bermacam-macam tantrum. Dari sini, aku jadi jauuuuuh lebih santai kalo Afiqa ngerengek, nangis sambil naroh kepala ke lantai kaya orang paling sedih sedunia. Jadinya lucu aja bawaannya ngeliat Afiqa begitu. Sebelumnya, wah macem-macem respon aku. Kadang turutin maunya, kadang ikut sebel, kadang sabar, kadang aku cuekin. Sekarang aku jadi tahu mana yang bener.

Bahwa hape, TV dan game ini racun banget. Kecanduan gadget bisa menyebabkan kerusakan yang sama parahnya sama pornografi, merusak prefrontal cortex. Bahkan gadget udah disebut sebagai digital drugs, sama bahayanya ama narkoba. Waw. Kata abah, ngga harus diikutin, tapi riset berkata gadget lebih banyak dampak buruknya ke anak. Dari awalnya nonton video yang udah didownload, lama-lama bosen trus ganti video lain, lama-lama jadi ke youtube langsung, dan blaaaarrrr!! Konten pornografi bisa diakses dalam sekali klik, aliran sesat dan detail kriminal bisa ditonton cuma modal jempol. Because admit it, pasti bosen kan kalo nonton video yang sama terus-terusan? Anak pun sama.

Trus abah ngasih PR buat 1821, yaitu jam 18-21 sebagai waktu kumpul keluarga dengan kondisi ayah udah pulang kerja sampai anak tidur, beraktivitas apa aja boleh asal ngga sambil main hape, nonton TV atau main game. Kecuali buat belajar, misal nonton 10 menit sisanya diskusi. Kalo nontonnya 2 jam sih judulnya nonton bukan family time. 

Karena aku ikut bareng sama abang, rasanya pulang-pulang kami udah satu frekuensi. Aku ngga harus jelasin panjang lebar seperti halnya abis baca buku atau ikut kulwap parenting. Dan masalah sebelumnya kenapa abis kulwap atau baca buku suka galau sendiri, adalah karena informasinya sepotong-sepotong. Kata teori A begini, ikut begini. Kata teori B begitu, praktek begitu. Lalu baca teori C, loh kok beda sama A dan B, harus gimana ini wawawaaaa. Nah PSPA ngga kaya gitu, PSPA menyeluruh. Pantesan full dua hari. 

Investasinya 600 ribu satu orang, kayanya mahal ya, hahaha aku pun mikir gitu awalnya. Tapi setelah PSPA selesai, trust me, it's totally worth the price. 

Yang jelas, selepas PSPA, aku dan abang jadi lebih paham ke arah mana kami harus berjalan, ngikutin GPS yang mana, dan yang jelas kami jadi lebih terlecut buat jadi orang tua shalih sebelum menuntut anak kami shalih.

Info PSPA dan tulisan abah Ihsan bisa didapat di:

Kalo ada yang mau ditanya ke aku terkait PSPA, just drop your comment 😋

Teman Bertepuk Sebelah Tangan

$
0
0
Kau tahu apa yang menjadikan tepuk tangan berbunyi?
Karena kedua tangan bertepuk

Ada kalanya kanan melambai sendirian, atau kiri menepis angin
Masing-masing dari kita pernah melambai sendirian
atau menepis angin tanpa balasan
Sahabat, teman berbagi setiap ruang, kisah berbunga-bunga dan patah hatimu, hanya mengangguk pelan, tak memberi balasan

Maka kau akan menemukan tanganmu melambai sendirian, atau menepis angin tanpa balasan

Sahabat, tempatmu berbagi keluh, meriuhkan tawa, mengusap air mata, meretas gundah, berbagi pengisi perut, sekarang ada di dimensi ruang dan waktu yang berbeda meski kalian masih kerap bertukar sapa
Ajakan makan tak lagi dibalas antusias
Ungkapan rindu sudah lelah menunggu
dan curhatmu tak disambut seantusias dulu

Sebagian berujar,
waktu berlalu, manusia berubah, perasaan memudar
Siapa hendak kau salahkan?
Karena nyatanya, teman sudah bertepuk sebelah tangan

Baju Syar'i Trend Belaka

$
0
0
Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik 
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu
Sering membaca atau mendengar doa itu? Atau malah udah rutin baca usai tahiyat akhir tiap shalat? Karena, tentu saja, isi hati manusia sangat rentan berubah, sekarang A satu jam kemudian jadi Z. Ngga ada yang bisa jamin kan?

Beberapa hari yang lalu, aku seneeengggg banget pas scroll instagram dan liat postingan Arie Untung yang cerita istrinya berhenti jadi host Insert. Dan bener prediksiku, besoknya dia ngepost foto istrinya udah pake kerudung. Big deal, man. Ya padahal ngga kenal, siapa lo siapa gue yakan. Ya padahal ngga pernah ketemu juga. Ya padahal ngga ada untungnya buat aku kalo sis Fenita pake kerudung. Tapi kenapa aku seneng?

Karena melihat satu orang lagi yang hijrah, menuju kebaikan, menuju yang Allah perintahkan. 

Masih asing sama istilah hijrah? Let me help you a bit.
Kata KBBI arti hijrah ada tiga
  1. n perpindahan Nabi Muhammad saw. bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke Medinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy, Mekah
  2. v berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya): dia -- ke Jepang untuk melanjutkan pendidikannya
  3. n perubahan (sikap, tingkah laku, dan sebagainya) ke arah yang lebih baik

Dalam hijrah ada perpindahan, ada perubahan. Termasuk berpindah dan berubah dari hal-hal yang Allah ngga suka, ke hal-hal yang Allah suka. Macem-macem jalan orang hijrah, ada yang bermula dengan mengucap syahadat, ada yang awalnya terpaksa, ada yang diawali dengan resign kerja karena sadar tempat kerjanya haram atau syubhat (ngga jelas halal atau haram alias abu-abu), ada yang diawali dengan mulai shalat fardhu/shalat wajib, ada yang diawali dengan memakai jilbab. Hidayah Allah turun dalam berbagai rupa 💖

Apa hubungannya hijrah sama jilbab?

Hubungannya baik-baik aja 😅 👈 jawaban orang yang kebanyakan ikut quiz igstory ala Waktu Indonesia Bercanda. Nah hubungannya adalah, banyak muslimah yang hijrahnya diawali dengan memakai jilbab. Menutup aurat. Sepele? Buat sebagian orang mungkin mudah, tapi buat sebagian lainnya ini sungguh berat. 

Ada yang sekedar rambutnya tertutup, biarlah celana ketat dan baju berlengan 3/4 jadi outfit sehari-hari.
Ada yang kerudungnya menutup dada tapi masih memakai celana panjang kemana-mana.
Ada yang berkerudung panjang dan gamis beli di olshop instagram seharga duaratusribuan.
Dan ada yang bercadar berpakaian hitam tanpa campuran warna.

Rupa-rupa rupanya jalan hijrah setiap wanita. Tak apa, selama ada semangat belajar dan memperbaiki diri, semoga perlahan kerudung memanjang dan yang ketat melonggar. Bukan, bukan aku yang minta, tapi Allah yang perintahkan.

Kita bisa menyebut pakaian dengan ciri-ciri tertentu sebagai baju syar'i, berarti kita tahu definisi baju syar'i. Syar'i, sesuai tuntunan syariat Islam. Semoga yang masih enggan, Allah bukakan jalan pelan-pelan.

Dan yang bikin hatiku makin hangat, selain berita satu per satu public figure berhijrah, adalah banyaknya sist-sist olshop menjual pakaian syar'i, dan banyaknya orang-orang memakai kerudung instan panjang. 

Trend jilbab syar'i?

Biarlah sebagian menyebutnya trend bahwa jilbab sekarang udah jadi trend, bahwa baju syar'i sekarang udah jadi trend, bahwa kenyataan muslimah pada pake kerudung panjang cuma ikut-ikutan trend. Nggakpapa ada yang bilang begitu, mungkin memang begitu adanya. Tapi coba deh kita flashback sebentar....

Lima tahun lalu, kerudung panjang cuma dipakai akhwat-akhwat militan, ya ngga? Kalo ngga aktivis dakwah, ya ibu-ibu pengajian. Sekarang, ibu yang minta-minta di pinggir jalan aja kerudungnya panjang! Ibu penjual buah kerudungnya panjang! Mbak-mbak periksa dokter di RS kerudungnya panjang! Beberapa toko pakaian muslim seragam pegawainya gamis dan kerudung panjang! Wow ngga?

Pake kerudung panjang is a big deal loh. Karena dengan kerudung panjang, payetan baju yang dijahit cantik di leher dan dada ngga akan kelihatan, padahal payet itulah yang bikin harga baju jadi mahal. Dengan kerudung panjang, model baju aneh-aneh ngga akan kelihatan. Karena kerudung panjang, kita ngga akan kelihatan langsing. Ketika pake kerudung panjang, kita bakal kelihatan lebih tua dewasa dari umur sebenarnya, beberapa curhat dibilang ibu-ibu banget. Aku ngga akan bahas gamisnya atau celana jeansnya, kerudungnya dulu aja. Ketika pake kerudung panjang, udah banyak sisi estetika yang dikorbankan. 

Jadi, ini banyak dipake karena lagi trend?
Bisa jadi. Dan yang kurasakan, trend ini juga dipengaruhi oleh gerakan komunitas yang gencar ngajak muslimah lebih melek sama perintah berjilbab.


Akun twitter ini. Peduli Jilbab. Sekarang memang udah ngga banyak orang twitteran, tapi di masa keemasannya, tweet akun ini banyak jadi perantara hidayah. 

Menurut analisis kualitatif amatiranku, yang tentu saja ngga pake statistik hahaha, gerakan komunitas inilah salah satu faktor munculnya trend set pakaian syar'i mulai dari harga seratusribuan sampe jutaan. 

Dulu, kalo bukan akhwat aktivis, jarang yang mau pake kerudung panjang. Ketika harus pake bergo pun, bergonya pendek sebahu aja. Sekarang, wanita yang sehari-hari kerudungnya dililit mepet leher pun, pas harus pake bergo,  banyak yang pakenya bergo panjang. Dan wanita-wanita yang mungkin belum paham kenapa kerudung harus nutup dada, banyak juga yang pakenya bergo panjang. Kenapa? Karena kerudung panjang sekarang banyak dijual dimana-mana, dari pasar kecamatan sampe olshop instagram yang modelnya selebgram.

Allah gerakkan hati produsen, penjual dan pembeli untuk bergerak bersama menjadikan pakaian syar'i sebagai trend. Can't you see that?

Aku jadi inget kata ustad Adi Hidayat, bahwa hidayah Allah menyapa kita tiap hari, berkali-kali. 
Ketika kita jalan lewat masjid, pas adzan dan kita lihat orang-orang pada masuk masjid, saat itu hidayah menyapa. 
Ketika kita yang belum berkerudung lagi jalan di pasar, ada toko baju muslimah lalu kita nengok, saat itu hidayah menyapa. 
Ketika kita duduk di halte nunggu bus, sebelah kita nunggu sambil tilawah, saat itu hidayah menyapa. 
Ketika kita di lampu merah, ada ambulans membunyikan sirine melaju cepat, saat itu hidayah menyapa. 
Ketika kamu baca tulisan ini, hidayah pun tengah menyapa. 
Sekarang tinggal kitanya, mau ngambil ngga tu hidayah.

Biarlah sebagian menyebut jilbab syar'i ini trend belaka. Tak tahu rupanya mereka, bahwa Allah sedang menggerakkan hati ummatnya menjadikan yang haq sebagai trend, dan bahwa ini adalah pertanda Islam sedang berjalan menuju kemenangan.


Salam,
Rahma yang berusaha memegang hidayah hingga titik darah penghabisan

Asah Konsep Diri Anak dengan Melihat Binar Matanya

$
0
0


Setiap anak adalah bintang. Setiap anak adalah pribadi unik. Mereka punya sejuta hal yang belum dikuasai, tapi mereka juga punya jutaan kelebihan dan keunikan tersendiri. And anyway, it’s okay belum bisa melakukan sejuta hal, karena mereka punya lebih dari sejuta jam untuk belajar.

Kita, orangtuanya, percaya setiap anak adalah bintang, dengan bakat dan kelebihannya masing-masing. Tapi ngga jarang juga di tengah perjalanan menjadi orangtua, kita terdistraksi oleh lingkungan, oleh media sosial dan gempuran image anak idaman di televisi sehingga kita menganggap anak kita kurang ini kurang itu. Bukannya bersyukur, kita justru membandingkan dan mulai ngga puas sama “kualitas” anak kita. Oh sedihnya 😢

Materi kelas Bunda Sayang IIP kali ini temanya setiap anak adalah bintang. Dari situ, orangtua ditugasi menjadikan rumah sebagai tempat anak bisa bersinar. 

Caranya?
Kami disuruh mengeksporasi empat ranah potensi anak:
  1. Ranah hubungan intrapersonal
  2. Ranah hubungan interpersonal
  3. Ranah hubungan dengan change factor (melek perubahan)
  4. Ranah hubungan dengan Tuhannya (melek spiritual)
Kamu ngga ngerti maksud empat ranah tersebut? Sama! 😂 Makanya aku ngga akan jelasin sekarang, tapi in syaa Allah akan ketemu penjelasannya dari hasil eksplorasi dan postingan angsajenius seri setiap anak adalah bintang. Jadi boleh banget dibookmark trus nanti dibaca lagi dari awal sampe akhir hahaha loh si Rahma malah promote blog 🤭

Awrite.
Pengamatan pertama akan ku mulai dari hubungan intrapersonal. Konsep diri. Apa itu konsep diri?

Konsep diri pada anak adalah suatu persepsi tentang diri dan kemampuan anak yang merupakan suatu kenyataan bagaimana mereka memandang dan menilai diri mereka sendiri.
Hal ini akan berpengaruh pada sikap yang mereka tampilkan.
Konsep diri anak terbentuk melalui perasaan anak tentang dirinya sendiri sebagai hasil dari:
  1. Interaksi dan pengalaman dengan lingkungan terdekat.
  2. Kualitas hubungan yang signifikan dengan orangtua dan keluarga terdekat.
  3. Atribut yang diberikan lingkungan terhadap dirinya.
Kalo orangtua sering nyebut anak nakal, mereka akan membentuk konsep diri “oh aku nakal”, dan itu yang akan terwujud dalam keseharian. Kalo orangtua sering nyebut anak cengeng, mereka akan jadi cengeng beneran. Kalo orangtua sering nyebut anak gampang marah, mereka akan jadi gampang marah beneran. Negative labelling, pak buk, adalah salah satu hal paling dilarang dalam pengasuhan ❌

Menjadikannya bintang dimulai dari rumah

Rumah adalah panggung setiap anak. Di rumah, ada orangtua yang mengajarinya hidup sebagai manusia, termasuk membaca potensi mereka kemudian memfasilitasinya. Far from easy, but there’s nothing such an impossible. Yakan? 🙃

Nah dalam rangka menjadikan anak sebagai bintang di rumahnya sendiri, observasi bisa dimulai dengan melihat aktivitas apa yang bikin mata anak berbinar-binar. Udah nemu? Abis itu amati poin kekuatan anak dalam aktivitas tersebut, trus bikin project deehhh berkaitan sama aktivitas yang bikin anak berbinar tersebut.

Observasi kegiatan yang bikin anak berbinar-binar
⬇️
Catat strength anak di aktivitas tersebut
⬇️
Buat project terkait aktivitas tersebut

Singkatnya begitu pemirsa 👏🏻

Gimana sama Afiqa?

Setelah pengamatan panjang dari Afiqa umur setaun sampe sekarang mau 1,5 tahun, aku dan abang sampai pada kesimpulan bahwa anak kami adalah seorang extrovert. Dia seneng ketemu orang, ngga mau sendirian, gampang bosen, suka keramaian, ramah sama orang baru, dan yang paling jelas adalah seneng jadi center of attention. Yes she is. Kaya siapaaaaa? Kaya ibuknyaaaa 😂

Matanya berbinar ketika ketemu orang baru, baik itu temenku, temen abang, sesama anak-anak, ibu-ibu di masjid, mbak-mbak petugas bandara, ibu warung, tetangga. Lah semuanya😂 Awalnya aku ngga sadar, sampai titik di mana anak ini sering rengek-rengek kalo ditinggal ngobrol dewasa alias dicuekin walaupun aku di sampingnya, dan Afiqa seneng disapa orang, seneng salim ampe berkali-kali ke tamu. Dari situ kami lihat-lihat lagi, dan sampailah kami pada kesimpulan Afiqa ini extrovert.

Trus apa aktivitas yang bikin matanya berbinar?
Ketemu orang baru, disapa sama orang dan di”tanggap”. Apa ya bahasa Indonesianya, semacam nanggap wayang dimana wayang jadi pusat perhatian dan tontonan orang. Nah Afiqa ini seneng ditanggap, suka tampil dan jadi center of attention.

Poin strength apa yang Afiqa punya dari aktivitas tersebut?
Let me make a list.
  • Berani, tidak pemalu
  • Sadar dirinya punya kemampuan/kelebihan yang menjadikan orang lain betah menjadikannya center of attention
  • Ramah, murah senyum
  • Cepat beradatasi
  • Cepat memahami instruksi

Hubungannya aktivitas berbinar, strength sama konsep diri apa dong?

Analisis strength dari aktivitas ini ternyata berhubungan banget sama konsep diri anak. How come? 

Dari aktivitas yang bikin anak berbinar, kita tahu apa hal yang bikin anak excited. Di sini bisa jadi ada potensi anak, makanya kita harus catat apa poin kekuatan anak pada aktivitas tersebut. Karena strength ini bakal sangat pengaruh ke gimana anak memandang dan menilai dirinya sendiri, kemudian berdampak kepada sikapnya ke dunia luar. 

Gituuuu. Ah observasi day 1 is done! ✅  Doakan aku istiqomah share di blog yaaa soalnya lagi mudik nih berdua doang ama si bocah cilik. Selamat mengobservasi aktivitas anak! 😆

Ada Kilat Cahaya pada Sebuah Jeruk

$
0
0


Hi folks!
Postingan kali ini masih dalam rangka observasi semua anak adalah bintang. Daaan kali ini aku akan cerita soal hal lain yang bikin Afiqa berbinar-binar. Lebih tepatnya makanan apa yang bikin Afiqa, si bocah cilik 17 bulan, berbinar 🤩

Setiap anak punya preferensi makanan sendiri. Anak aku, ngga pernah biasa aja setiap liat jeruk. Kilat excitement-nya ngga bisa disembunyikan. Kalo di supermarket lewat bagian jeruk nih, dia pasti teriak-teriak minta ambil trus dimakan di tempat, lah nak bayar juga belom 🙊

Jeruk di kulkas selalu jadi incarannya. Jeruk asem, jeruk manis, jeruk agak pahit, semua doyan. Dan sampe sekarang, jeruk masih jadi ada di top chart buah kesukaan Afiqa. Hari ini aja, udah 3 buah jeruk besar dimakannya, stop karena emang jeruknya habis.

Strength points apa dari aktivitas makan jeruk?
Ah kan cuma makan jeruk, apa spesialnya? Tu lah, jadi ibu kudu banyak husnudzon sama anak makanya, biar bisa ngga take everything for granted 🙃 karena dari makan jeruk si buah favorit aja nih, ternyata aku menemukan strength points berikut:
  • Mandiri, karena bisa ngupas kulit jeruk sendiri per hari ini.
  • Cepat memahami instruksi. Baru tadi kuajarin cara kupas jeruk, dan Afiqa langsung bisa ohwaw.
  • Ngga picky eater, terbukti bahwa 3 jeruk yang dimakannya hari ini rasanya super asem dan agak pahit 😐 tapi semua dihabiskannya.
  • Fokus. Ketika ngupas jeruk, nengok pun engga. Kuajak ngomong, liat aku pun engga.
Emmm jadii sampe hari ini aku nemu dua hal yang bikin matanya berbinar. Ketemu & interaksi sama orang, dan makan jeruk. Let’s see what we get tomorrow!

Kusuka Halaman!

$
0
0
Hai teman-temannya ibuk dan pembaca blognya ibuk 😄




Seperti semua anak di seluruh dunia, aku suka main di luar rumah. Lari-larian, muter-muter sampai jatuh, memegang setiap benda yang kulihat, mencoba merekam sebanyak mungkin informasi dari suatu benda dengan semua indera yang kupunya, dan tentu saja bernyanyi sembari bermain di halaman, taman atau lapangan.

Namaku Afiqa, aku anaknya ibuk Rahma yang sampai sekarang kupanggil dengan nama “mimik” karena lidahku belum bisa mengucap ibuk.

Tapiii...
Kadang aku sedih kalau orang dewasa yang kuajak main di halaman, ngga mau. Panas ya? Enak di dalam rumah duduk di sofa atau tiduran di kasur ya?

Padahal, aku suka bermain di luar rumah. Dengan itu, kata ibukku motorik kasarku akan terasah, keseimbangan juga, baik buat mataku juga soalnya banyak hijau-hijau. 

Aku pantang menyerah, jatuh dan lecet pun aku akan kembali berlari. Aku suka aktivitas fisik, rasanya aku jadi bahagia seketika.

Kira-kira, nanti ibuk mau bikinin project apa yaa buatku 🤫


Rahasia Anak Doyan Makan dengan Disiplin

$
0
0
Haaaaiiii!!

Gimana gimana ada kabar apa di bulan Januari ini gengs? Aku super excited karena bulan ini vocab Afiqa meningkat pesat menukik bagai burung elang hendak terbang melesat. Lah lebay. Dari yang tadinya baru bisa bilang:
mimik, yayah, nyik (kakek), mam, bebek, cak (cicak), em apalagi ya aku sampe lupa hahaha.. sekarang udah nambah buanyaakkkk!! Dan most importantly dia udah bisa bilang Allah dengan pronounciation Awoh dan buk (sambil agak nyembur) untuk manggil aku. Big improvement banget, dan anaknya makin bisa diajak komunikasi dua arah. Tentang ini akan aku tulis nanti, in syaa Allah.

Nah selain improvement dalam bahasa, Afiqa juga menunjukkan akselerasi dalam kemandirian, and yeeesss kali ini aku bakal bahas soal MAKAN. Hal yang buat sebagian ibu jadi nightmare. Yang bakal aku ceritain ini 100% based on true story, pengalaman pribadi.

Anakku ini, Afiqa, sekarang tepat 1,5 tahun hitungan Masehi. Emm mulai darimana ya 😅





Tips Perkenalan Makan/MPASI Pertama

Sejak baca teori-teori makan anak, aku memutuskan untuk ngga saklek-saklek amat. Ada aliran WHO, aliran BLW, ada yang spoonfeed ada yang kombinasi, ada yang menu tunggal 2 minggu baru masuk 4*, macem-macem. Awalnya I was overwhelmed, banyak banget teori, ngga tahu mau mulai dari mana. Alat ada banyak banget, rasanya semua pengen dibeli. Lucky me, sebelum memutuskan harus beli yang mana, aku konsul (cailah) ke grup-grup emak-emak. Dan nasihat paling oye yang bikin aku langsung "Siap komandan laksanakan!" adalah:
Jangan mupengan. Beli aja dulu saringan kawat, parutan keju sama panci kukus; kalo udah punya ngga usah beli lagi gapapa. Kalo setelah jalan dirasa perlu, baru beli.
And there I was, memulai mpasi tanpa blender, slow cooker, food processor, apalah you name it. Tradisional, hemat. Dan ternyata bener, setelah jalan aku ngga ngerasa butuh alat-alat canggih yang mahal-mahal itu. Mupeng ngga? Ya jangan ditanya sih, jelas mupeng lah! Apalagi lihat temen-temen cerita pake food processor merk ini, slow cooker kaya gini, blender begini begitu, aaah lama-lama merk sendok juga mupeng nih jangan-jangan. Tapi alhamdulillah hanya sebatas mupeng belaka, karena kalo sampe beli dan teronggok ngga kepake, hampir bisa dipastikan pak Ghazali melirik tajam dan proposal bebelian selanjutnya bakal lebih ketat interviewnya.

Alat makannya gimana?
Kalo beberapa ibu-ibu bebelian piring sendok botol dengan merk terkemuka harga mempesona, aku cukup dengan set alat makan pigeon seharga 0 rupiah karena kadoan. Thank you! Pigeon ini udah dabest deh menurutku, sendoknya kecil pas sama ukuran mulut bayi, piringnya juga memenuhi fungsinya dengan baik. Warnanya putih bikin kelihatan kalo kurang bersih nyucinya.

Nah, the only babygear I bought yang termahal adalaaahhh.. highcair (hc). Aku merasa hc ini krusial banget untuk membentuk pola makan yang baik dan disiplin. Akhirnya beli lah warna orange yang bisa dibongkar jadi kursi dan meja, yang waktu itu argumenku adalah bisa dipake buat meja belajar Afiqa jadi ngga usah beli-beli lagi. Kenapa hc, bukannya booster seat (kursi makan yang pendek, setinggi orang dewasa duduk di lantai gitu aja)? Karena di sini ada meja makan, aku ngga pengin anakku makan terpisah karena dia rendah kursinya.

Pro tip: kalo kamu biasanya makan lesehan di lantai, mending beli booster seat daripada hc. Toh booster seat juga bisa diikat ke kursi makan kok kalau sewaktu-waktu butuh tinggi.

Nah balik lagi ke teori, aku memilih aliran WHO yang spoonfeed tapi tetep ngikutin insting ibu (maksudnya instingku 😂), ngga saklek sama teori.


Trus, gimana mpasi pertamanya?
Aku pake menu tunggal selama 5 hari, ada yang bilang harus 2 minggu untuk ngelihat ada alergi atau engga, ada yang harus buah dulu, ada yang boleh langsung protein hewani. Aku? Campur. Di 5 hari menu tunggal itu aku berkesimpulan Afiqa ngga ada alergi. Dilepeh, disembur, buang muka, ditampel sendoknya, ditumpahin isi mangkoknya, sudah biasaaa 😂 kuat-kuat aja deh. Kesel pernah, marah pernah, ngerasa cape banget pernah juga. Tapi sekesel-keselnya kita, ya tetep aja kudu ngurusin makan anak yakan, ngga mungkin disuruh go-food aja 😂

Lalu...
Detik berlalu, hari berganti, tahu-tahu udah 1,5 tahun aja si bocah cilik ini 😳 
Tepat 1,5 tahun ini, jam makan udah ngga jadi nightmare buat aku. Setiap kubilang kita mau maem dan dia setuju, maka Afiqa bakal lari geal-geol ke hc, sambil teriak "mam mam!". Udah bisa makan sendiri walaupun ngga sampe habis karena udah hilang fokus biasanya; makan pake tangan dan pake sendok udah lancar alhamdulillah, dan kalo aku masak sop dia pasti ngga sabar pengen minum kuahnya dari mangkok alias diuyup. Piring habis bersih ngga bersisa, kecuali aku masak yang dia ngga suka atau emang masih kenyang karena ngemil sebelum makan.

Nah mari kita urai satu per satu. Btw semuanya berdasarkan pengalaman pribadi ya, jadi kalau cocok silakan dicoba, kalau engga ya nggausah karena tiap anak itu unik dan punya kesukaan masing-masing.


Kenapa anak malas makan?

Terlepas dari anaknya "bule gamau makan nasi" kaya yang dibilang mbak Sarra Risman, biasanya anak ngga mau makan karena alasan ini:
  1. Masih kenyang. Kalau satu jam sebelum jam makan anak ngemil berat, minum susu atau ngemil dikit-dikit tapi terus yang akhirnya jadi banyak, pasti kan anak masih kenyang. Yang ini sih hampir pasti anak ngga mau makan.
  2. Habis ngemil makanan yang rasanya tajem. Misalnya kue, coklat, atau keripik yang tajem rasanya, bisa jadi anak hilang selera makan. Kaya kita aja kan, ada yang habis ngemil keripik jadi males makan, tapi ada juga yang habis ngemil keripik kerupuk coklat dan biskuit masih makan nasi.
  3. Ngga suka sama makanannya. Anak juga manusia, punya preferensi rasa. Coba dilihat pola tingkat kelahapannya deh, biar ketahuan apa yang disukai dan apa yang ngga disukai. Penting juga buat nyatet menu anti-lepeh buat masa darurat kalau segala makanan ditolak. Menu anti lepeh ini adalah menu yang dijamin anak makan dengan lahap, ngga pernah ditolak dan habis hingga tetes kuah terakhir. 
  4. Sakit. Common sense lah ya bahwa ketika sakit, selera makan ikut menguap. Aku pernah curhat ke dsa Afiqa pas dia diare dan maunya cuma minum sama mimik asi aja. Kata dokter, diare selalu datang sepaket sama hilangnya nafsu makan. Don't worry, habis gelap terbitlah terang, beres sakit nafsu makan melenggang. 
  5. Trauma makan. Pernah ngga baca atau denger cerita orang dulu yang ngasih makannya maksa? Anak dibikin nangis, pas itu kan anak mangap lalu disuaplah makanan dan digelontor air biar ketelen. Man, bahaya sekali! Selain resiko tersedak karena makan saat nangis, anak makan tanpa sadar akan proses makan itu sendiri, ini juga bisa bikin anak trauma loh. Bisa-bisa, anak lihat sendok aja udah ketakutan. 
  6. Lagi ngga mau makan aja, ngga ada alasannya. Mungkin, anak juga ngerasain ini. Maunya ngemil aja gamau makan berat. Tapi kalau berlangsung sampe beberapa hari sih harus diobservasi lebih jeli deh mungkin anak sakit atau ada sesuatu yang tersembunyi (?)
  7. Anak jijikan. Aku pernah dapet materi di suatu kulwapp yang aku lupa judulnya apa dan siapa pematerinya, tapi yang aku inget jelas adalah ternyata makan ada hubungannya sama stimulasi sensory. Ada anak yang jijikan ngga mau main kotor, lembek-lembek, finger paint; atau anak ngga mau jalan di rumput tanpa alas kaki, nah ternyata ini mempengaruhi nafsu makan juga. Jadi tetep pantau perkembangan anak ya apakah sesuai milestone apa engga, untuk meminimalisasi ngga mau makan karena alasan ini. 
Naahh.. jadi faktor-faktor di atas bisa dieliminasi deh biar anak ngga males makan. Sekarang aku bakal nge-list apa aja yang berhasil bikin Afiqa doyan makan dengan disiplin. Apa sajakah ituuuu?

Tips anak mau makan tanpa drama

  1. Masak sesuai preferensi rasa anak. Aku ngga pinter masak, wong nyontek resep aja masih gagal huft, tapi aku tahu apa yang Afiqa suka. So yes, masaknya itu-itu aja. 
  2. Duduk di hc. Oh really, I can't imagine my life without hc! Sekarang, Afiqa langsung lari sambil teriak "mam mam!" trus duduk di hc tanpa diminta, sabar nunggu aku pasang bib dan meja hc-nya, mau nyendok dan nyuap sendiri walaupun ngga sampe selesai, dan yang penting anak fokus dan sadar bahwa dia lagi makan. Soal hc ini panjang deh ceritanya, jadi aku bikin segmen terpisah di bawah yaa 😊
  3. Biarkan anak belajar memegang makanannya sendiri, menyendok sendiri, menyuap sendiri. Berantakan itu pasti, ngga ada rumah dengan anak kecil yang ngga pernah berantakan. Kalau kata abang "Jangan dibantu, tapi dibikin bisa sendiri."
  4. Bikin anak lapar, jangan kasih cemilan atau susu 2 jam sebelum makan.
  5. Sediakan buku atau mainan yang bisa dimainin sambil makan, andalanku sih activity book dan flashcards ketika Afiqa udah bosan nyuap sendiri.
  6. Briefing. Aku percaya banget the power of briefing. Jadi jangan males deh ngasih tahu anak nanti begini begini, boleh ini tidak boleh itu dan sebagainya.
  7. Jangan stress, karena mamak stres akan berujung pada anak makin ngga mau makan.
Trus, gimana caranya bikin anak mau makan di hc?

Agar anak mau makan di highchair



  1. Latih anak untuk makan sambil duduk di hc. Kalau dimulai sejak awal mpasi, biasanya masi gampang karena anak belum banyak eksplor sana sini. Tapi akan datang masanya anak bisa manjat berdiri di hc meskipun udah dipasang seatbelt. Atau anak meronta minta turun. Parahnya, lihat hc aja udah nangis.
    Afiqa sempat mengalami semuanya. Yang kulakukan waktu itu adalah stop pake hc yang berujung pada kejar-kejaran karena makan sambil lari kesana kemari. Oh sungguh lelaahh, bonusnya makanan belepot di ujung-ujung rumah. Akhirnya aku sadar ini salah, dan mulailah pendisiplinan duduk di hc. Makan sampai nangis ngga betah di hc aja, jadi kalau baru habis setengah trus minta turun gamau duduk di hc lagi, yaudah berarti sesi makan sudah selesai. Yang ini butuh mental baja deh karena makannya jadi sedikit-sedikit huhuu kusedih. Kalau kaya gitu, tawarin makan lagi 3 jam setelah jam makan untuk menjaga asupan nutrisinya supaya ngga kurang.
  2. Jangan kejar kalau anak makan sambil lari. Salah banget dulu aku turutin ngejar-ngejar, akhirnya tiap makan maunya sambil mainan lari-larian. Ketika aku sadar dan aku berhenti ngejar, lama-lama Afiqa paham bahwa aturan makan harus duduk, kalau lari ibuk ngga akan ngejar buat nyuapin. Iya, anak dibiarkan selesai makan sebelum kenyang sih, tapi dari situ Afiqa belajar aturan makan yang ibunya berlakukan.
  3. Sedia buku, mainan atau flashcards yang bisa dimainkan saat duduk di hc. Kalau anak cuma duduk diem nunggu disuapin, ya mana betaaahhhh.. Namanya juga anak-anak, fasenya eksplorasi konkret, harus pegang, harus cium, harus gigit, mana betah duduk bengong. Nah mainan, buku atau flashcards ini bisa dimainin sambil kita suapin. Biasanya Afiqa nyuap sendiri di awal makan, tapi ngga pernah sampe selesai karena udah jenuh, setelah itu tugas nyuapin ada di tangan ibunya, si bocah cilik baca buku atau main aja sambil tetep duduk di hc.
  4. Nyanyi. Anak akuuu suka banget kalau sambil makan ibunya ini nyanyi-nyanyi, nanti dia bakal ikut goyang-goyang sambil tetep ngunyah.
Panjang ya soal makan doang. Melibatkan air mata dan emosi juga pas udah masak cape-cape eh dilepeh sempurna *lambai tangan ke cctv*

Eits, tapii jangan sedih wahai ibu, lelahmu berbuah surga insyaa Allah. Karena dari makanan yang ibu masak, anak tumbuh fisiknya, tambah pula cerdasnya. Dengan fisik yang sehat, ia melakukan banyak kebaikan. Dengan otak yang cerdas, ia jadi insan yang berguna. Dan semuanya, ada andil tiap butir nasi yang kita suapkan. Dari situ, ada pahala kebaikan yang terus mengalir. 

Dalam proses belajar makan itu, anak memahami bahwa makan harus sambil duduk karena Rasul contohkan demikian. Termasuk menggunakan tangan kanan, membaca doa dan mengapresiasi makanan. Dari situ, ada keteladanan manusia terbaik yang kita tanamkan.

Salam,
Ibuk si bocah cilik Afiqa yang lagi doyan banget makan pake teri nasi digoreng kriuk, telor rebus dan brokoli rebus.


...

$
0
0

Mengapa mengharap penilaian manusia?
Padahal kau tahu berharap pada manusia adalah sumber kecewa
Berkarya saja, Allah tak pernah luput melihatnya
Bukankah begitu?




.

Aurat Gue Bukan Urusan Lo!

$
0
0

fe.mi.nis.me /fèminismê/

  • n gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki (KBBI online)

Gerakan ini muncul dan berawal di Eropa karena wanita di sana direndahkan, diperjualbelikan, makanya muncul gerakan buat membela hak-hak wanita. Wanita setara dengan pria, pria ngga berhak mengatur wanita karena keduanya punya hak yang sama. Eits kan dari sini aja aku udah super ngga sreg, kamu wahai muslim sedunia juga pasti ngga sreg yakan yadong. Masih inget kan sama ayat arrijaalu qowwamuna 'alannisa, laki-laki adalah pemimpin rumah tangga bagi wanita, udah gitu kalo diinget satu-satu, wanita dalam Islam udah super dimuliakan jadi ngga perlu lagi tuh koar-koar soal minta dianggap setara. Tapi oh tapi, aku ngga akan bahas soal gender equality ini kok kisanak, mari kita scroll saja 😇

Women's March, pernah denger?
Dari kemaren lagi heboh banget ya soal women's march, ngga cuma di Jakarta tapi juga di Jogja dan kota-kota lainnya. Heboh banget, di instastory pada bahas itu, di TL instagram juga sama. Rame banget, sampe bikin aku ikut gemes juga. 

Apa itu Women's March?

Buat kamu yang ngga ngikutin sama sekali atau ngga lihat berita soal ini di timeline media sosial, selamat! 😝 Seenggaknya kamu ngga ikut geregetan ngelihat poster-poster yang bertebaran. Jadi women's march ini diadakan dalam rangka memperingati hari perempuan internasional. Kamu ngga tahu tanggal berapa? Sama! Bahkan sebelumnya aku ngga tahu kalo ada hari perempuan internasional. 

Aksi damai itu bertajuk #LawanBersama buat nyuarain 8 aspirasi. Aku ngga akan cerita panjang lebar soal apa tuntutannya, karena aku mau ngomongin soal apa yang bikin aku geregetan. Ngga cuma aku, tapi juga temen-temen di Peduli Jilbab.

Isu Jilbab di Women's March

Nah salah satu sub-isu yang diangkat di aksi kemaren adalah soal pelecehan seksual yang korbannya wanita berjilbab. Ini yang super uber duper bikin gemes deh aaahhh. Yang digembar-gemborkan ngga jauh-jauh dari:

Badan-badan gue, ngga usah ngatur kudu diapain
Jangan ajari kami berpakaian
Jangan salahkan wanita/korban kalo ada pelecehan seksual, salahin pelakunya
Benerin aja isi otak laki biar ngga ngeres, ngga usah ribet ama aurat orang

Hmmm, bayyyqq.
Mari kita breakdown satu-satu.

Sebelum bahas soal betapa gemesnya aku sama sub-isu di atas, aku merasa di balik aksi damai ini, ada yang kepanasan karena sekarang artis banyak yang hijrah. Makin banyak artis yang berjilbab, makin banyak artis yang ikut kajian bahkan promote kajian, makin banyak artis yang deket dan cinta ulama, makin banyak artis yang konten sosmednya menyuarakan kebenaran dan kebaikan. Inget, yang bener pasti baik tapi yang baik belom tentu bener. Padahal dulu, dunia artis identik sama pergaulan bebas tak pandang batasan apalagi aurat, pola pikirnya juga bebas lepas melayang ku melayang jaauh *loh kok nyanyi.

Ditambah lagi, dampak dari aksi Gerakan Menutup Aurat yang gaungnya sampai ke pelosok, yang dampaknya menyentuh banyak hati untuk mulai menutup aurat, yang beritanya ngga cuma berakhir di lokasi event aja melainkan masuk media massa. Sepertinya ada yang gerah sama fenomena ini makanya bikin aksi tandingan untuk counter attack soal menutup aurat dikaitkan sama pelecehan seksual yang korbannya justru wanita-wanita berjilbab.






Gemes ya 😝

Padahal kalau kita mau pake pola pikir awam aja nih, mana yang bikin orang mikir ngeres, nonton film yang artisnya pake bikini atau yang artisnya jilbaban? Adegannya standar deh sama-sama makan di restoran, gesturenya sama persis, bedanya cuma di pakaian. Yang mana? Bayq, kayanya aku bisa baca pikiran kalian 😆

Terus sekarang, kalau ada pelecehan seksual yang korbannya rapet pake jilbab bahkan kaki aja ketutup karena pake kaos kaki, yang salah wanitanya? Oke bukan ya, yang salah jelas pelakunya. Aku setuju. Lalu, yang harus kita luruskan dan urusin adalah pelakunya? Pola pikir pelakunya? Ngehukum pelakunya?

Dimana-mana, kalau mau tuntas ngerjain sesuatu, ya harus dimulai dari sebabnya, akarnya, bukan akibatnya. Metode cari solusi dari akar masalah ini ilmiah loh, di kuliah pun aku diajarin kok, ehem. Nah ya jadi otak ngeres itu akibat pertama, sebelum akibat kedua yaitu pelecehan seksual. Jadi super ngga relevan deh kalau masih ada yang gembar-gembor suruh ngurusin pelakunya aja. Kalau sekarang banyak kejadian wanita berjilbab jadi korban, ngana mau ngasih solusi apa? Suruh perempuan pada pake bikini? 😪



Menyikapi isu aurat feminisme

Jadi, aku harus gimana kak?
Yang pertama, dik, jangan cuekin hidayah. Banyak yang bilang nunggu dapet hidayah, semoga dapet hidayah, tapi pas hidayah mampir malah cuek-cuek aja kaya lihat nyamuk terbang. Nyamuk aja ditepok, ngga dicuekin, ini hidayah datang malah adem ayem kaya ngga ada apa-apa. Kaya apa emang bentuk hidayah? Nih ya kukasih contohnya.

  1. Kamu jalan, papasan sama mbak-mbak jilbaban, itu benih hidayah. Jangan dicuekin, coba mikir kenapa ya mbaknya jilbaban dan aku engga. Satu pertanyaan ini aja, kalau direnungi, jawabannya pasti panjang.
  2. Kamu lagi naik motor lewat masjid, eh pas adzan, itu benih hidayah. Lihat orang-orang pada jalan ke masjid, itu benih hidayah.
  3. Kamu baca ini, mungkin juga ini benih hidayah. Coba follow instagram @pedulijilbab kalau masih galau, insyaa Allah banyak mbak-mbak baik hati yang siap membantu tanpa menghakimi.
Kedua. Dik, kamu muslim, malulah kalau ikutan gembar-gembor auratku bukan urusanmu. Kamu muslim, artinya kamu percaya bahwa isi Al-Qur'an itu benar, coba dibuka lagi Qur'annya, dibaca artinya, cari ayat tentang aurat. Gimana? Bener nih auratmu bukan urusanku? Kalau masih bingung, ngaji dik. Cari pak ustad atau bu ustad, tanya dik. Jangan nanya ke orang yang salah, jangan cuma nanya ke google. Dateng kajian dik, tanyalah sama ustadnya.

Ketiga. Jadilah agen Islam yang baik, dik. Jadi muslim yang ramah sama siapa aja tanpa pandang agama, yang ngga jorok, yang ngga cuek sama bau badan atau bau rambut di balik kerudung, yang rajin sikat gigi, yang ngga pelit, yang ngga suka gosip. Tunjukkan keagungan agama kita pada dunia lewat akhlakmu, dik. Dakwah itu ngga selalu pake pengeras suara kok, terkadang dakwah hanya butuh sikap yang tampak oleh mata.

Sekian, dan selamat menyambut Senin.
Dari Rahma Djati yang inget ada draft tentang feminisme sejak seminggu lalu yang didiiemin begitu aja.

The Day You Know You're Pregnant

$
0
0
Finding out that your testpack has two strips is an amazing feeling. Your heart beats faster, you couldn't stop smiling, you say alhamduliLlah a lot, you're just too excited to spread the news to the world. But wait, do the world really need to know?

Yes, your world, I mean your husband, definitely needs to know. And I'm sure no woman want to keep her pregnancy as a secret since she needs the world to support her. Because the day she knows she's pregnant, her world change. Her priority shifts. 

Awal Maret, badan serasa remek ngga karuan. Pegel disana-sini, kaya PMS tapi ngga berkesudahan. It has been two weeks, bayangkanlah pegel PMS dua minggu 😓 Makin yakin itu PMS karena mood naik turun. Kenapa mendadak aku baperan, abang nanya. Lagi PMS bang sabar ya, jawabku. Sampai akhirnya lewat dua hari dari jadwal haid di aplikasi Flo, pembalut di bungkus masih aman aja belum tersentuh. Lalu pas mau mandiin sore Afiqa, aku tespek. Tespeknya darimana, kok mendadak punya? Nyetok doong aaah 😂 

Dan....




garisnya dua. Jelas banget. Wah aku excited luar biasa, yatapi ngga kaget sih karena emang ini sudah diharapkan. Kalau kata @mimikayy di UPJ, emang berharap apa kalo bukan anak? kan ngga mungkin munculnya TV plasma. Hm bayq. Afiqa bingung ibuknya ketawa-tawa, sampai akhirnya kubilang "Nak, Afiqa mau punya adek!" dan responnya "Yaaa hakhakhakhak"😂 Oh anakkuu. Jelas aku ngga bisa ngucap alhamduliLlah atau insyaAllah pas ngasih tahu Afiqa, kan posisinya lagi di kamar mandi mau mandiin si anak wedok.  Tapi, Allah tahu betapa bersyukurnya kami. 

And then the world change. Belom boleh gendong Afiqa, dan kudu babay Indomie padahal dua hari sebelum tespek udah beli Indomie rasa soto ayam mau dibikin pas wiken. Akhirnya teronggok saja Indomie soto ayam berbungkus hijau itu, akan kupandangi dirimu jika aku rindu. Oiya soal mie instan ini beda orang beda aturan, tapi suami aku bikin aturan no indomie until lahiran jadi yaaaa manut kan wajib ya kan buuuk. 

Alhamdulillah lagi ngga mual atau mabok. Mual sesekali, tapi yagitu doang, semenit ilang lagi. Afiqa juga masih bisa ASI tanpa ada halang rintang, doakan bisa tuntas sampe 2 tahun hijriah Juni nanti. Baydewey, hamil kedua ini start BBnya udah di atas normal deh 😓 sisaan hamil pertama masih nongkrong 3 kilo, jadinya hamil 7w udah kaya 3 bulan 😅😅😅 Gapapa, bumil ngga sensi kok ditanya BB 😜

Garis dua ini, adalah yang kami sebut-sebut dalam doa. Berharap Allah mengabulkan dan menjadikannya pejuang Islam di akhir jaman, penegak kalimatuLlah. Persis dengan doa kami sebelum ada Afiqa. Berat ya, tapi buat apa lagi sih anak kalau ngga diharapkan membawa kebaikan hingga akhirat? Kalau cuma di dunia, kata pak ustad yang ngisi pengajian rutin ibu-ibu komplek, cape buk. Siapa yang ngga cape punya anak kecil? Makin besar, cape berkurang tapi biaya bertambah. Buat sekolah, makan, kebutuhan ini keinginan itu. Kalau cuma buat dunia, lebih enak berdua aja, bisa liburan keliling dunia tanpa ada yang membebani. Dan ngga usah pusing kudu pumping beberapa jam sekali. Tapi, kita mengharap lebih dari dunia, iya kan buk?

Maka jangan jadikan anak hanya sumber kebahagiaan dunia, tapi jadikan ia tabungan untuk akhirat juga.
Viewing all 170 articles
Browse latest View live