Quantcast
Channel: Angsa Jenius
Viewing all 170 articles
Browse latest View live

Excuse Me

$
0
0

Terlalu banyak yang ingin diceritakan.
Akhirnya tak bercerita apa-apa.
Terlalu banyak berpikir.
Akhirnya malah nihil.

Terlalu banyak hal penting.
Etapi ngga ada yang diposting.
Katanya ngga ada waktu.
Nyatanya memang ngga diluangkan.

Selamat tengah bulan April menjelang long wiken yo!
Jangan lupa besok rabu pilih om Anies sama om Sandiaga Uno 😜


Penjaja Kisah Haram

$
0
0
Kenapa cerita cinta yang banyak dijual adalah kisah kasih dua orang dalam hubungan sebelum menikah? Have you ever wonder? Layk, really really wonder?

Coba tengok novel romance, cerita apa yang memiliki banyak fans?
Coba ingat-ingat film drama, kisah cinta apa yang dijadikan cerita?
Coba sejenak lihat daftar lagu, tema apa yang paling menderu?

Ketika pekerja seni yang memiliki kapasitas menyajikan kisah justru menjejali audiensnya dengan cerita-cerita cinta sepasang kekasih yang belum menikah, yang dalam Islam artinya belum halal, atau bisa lo baca HARAM, maka kisah seperti itulah yang akan khalayak fantasi. Relationship goal. Baca novel, relationship goal. Lihat selebgram update status pake caption-caption rayu-rayu gombal mukiyo, relationship goal. Denger lagu yang liriknya bikin termehek-mehek, relationship goal. Nonton drama, relationship goal. Dikit-dikit relationship goal.

Sedihnya kalau kawula muda bangsa Indonesia salah kiblat sebagai referensi goalnya.

Sekarang gw tanya, kenapa coba cerita-cerita cinta sebelum nikah laku dijual? Karena ada marketnya, ada peminatnya, oke you don't say sih. Ini juga semua orang tahu. Yang gw maksud adalah karena kisah cinta di luar jalinan pernikahan tampak lebih romantis.

Ngga percaya?
Coba lihat ilustrasi gw di bawah ya.

  • Laki-laki cuci piring jadi cerita luar biasa, tapi suami cuci piring dianggap biasa, sepele saja katanya.
  • Laki-laki memasak untuk teman perempuannya di hari Sabtu bisa jadi cerita panjang empat alinea, sedangkan suami yang memasak untuk keluarga sementara istrinya mencuci baju dianggap sudah seharusnya.
  • Dua sejoli yang berpisah enam bulan bertemu di bandara lantas berpeluk erat dianggap romantis, sedangkan suami istri yang berpisah seminggu bertemu di stasiun lantas berpeluk erat dianggap lebay.
  • Kisah menyatakan cinta dan mengajak untuk menjalin hubungan pertemanan spesial banyak digandrungi remaja, sedangkan kisah suami istri yang sama-sama pertama bersentuhan karena sebelumnya sama-sama menjaga tak ada peminatnya.
  • banyak sih contoh lain, you get the point kan ya?
Hal-hal yang dilakukan sepasang suami istri seolah kehilangan pesona romantismenya, sedangkan segala tindak tanduk pasangan yang belum menikah dianggap romantis dan istimewa. Wajar katanya jika suami memasak untuk keluarganya. Wajar katanya jika suami istri berpeluk erat setelah berpisah sekian lama. Wajar katanya suami menjemput ke tempat kerja. Wajar katanya suami istri bertukar hadiah. Seolah sirna seketika sisi romantisme hal-hal kecil tersebut setelah laki-laki mengucap akad.

Padahal, yang satunya dosa yang satunya berpahala. Tapi kenapa yang dosa tampak lebih memikat sedangkan yang berpahala tampak seperti rutinitas kewajiban saja?

Kesan-kesan inilah yang kemudian bikin pekerja seni memilih cerita yang lebih memikat. Gw berbicara tentang mayoritas ya, please note that point. Padahal...........

Padahal,
Untuk setiap kata yang penulis goreskan menjadi cerita akan diminta pertanggungjawaban.
Untuk setiap kata dan nada yang pemusik lantunkan akan diminta pertanggungjawaan.
Untuk setiap milidetik adegan yang sineas hasilkan pun akan diminta pertanggungjawaban.

sumber
Kalo karya yang kita hasilkan bikin orang punya ide berbuat maksiat, sungguh kita pasti ngga luput kecipratan dosanya. Sebaliknya, kalo karya kita bikin orang terinspirasi berbuat baik, kita pun akan kecipratan pahalanya. 

Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yg diperoleh orang-orang yg mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yg diperoleh orang-orang yg mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. [HR. Muslim No.4831].

Akan tiba masanya jari-jari tangan kita ditanya sudah dipakai untuk apa. Ngga bisa bohong, karena mulut akan dibungkam. Jemari akan berbicara, apakah dulu ia menggenggam tangan yang belum menjadi haknya, atau menuliskan kalimat yang membuat orang punya ide berbuat maksiat, atau justru menggenggam tangan istri/suaminya sehingga berguguranlah dosa antara mereka dan menulis kalimat yang membuat orang bersemangat menjadi manusia yang lebih taqwa.

Pilih takdirmu!
Kecuali hal-hal yang sudah Rabb tentukan secara mutlak seperti kelahiran, kematian, lahir dari keluarga siapa dan suku mana dsb, selalu ada celah untuk berupaya yang terbaik. Sebagian takdir erat kaitannya dengan usaha manusia, takdir muallaq namanya. Maka takdir adalah akumulasi keputusan dan pilihan-pilihan manusia.

Selamat menyambut pilkada! OKOCE?
*loh

To Read When I Die

$
0
0
Pernah ngga lo bayangin seperti apa jadinya kalo meninggal besok? Gw pernah.

Semua rencana yang udah gw susun, semua agenda yang udah gw janjikan, semua cita-cita dan mimpi yang gw targetkan, sirna. Keluarga gw, suami dan anak, abang dan Afiqa yang malem ini tidur bersebelahan di kanan kiri gw, mulai besok hingga selamanya, gw ngga akan ada lagi di sini. Bapak ibuk yang ada di list telpon teratas hape gw, mulai besok hingga selamanya, ngga akan lagi bisa gw telpon. Sidang tesis, wisuda, liburan, naik haji, nganterin Afiqa sekolah, ngajarin ngaji, ngajarin baca, ngajak baca buku, mijitin suami, belajar masak kesukaan suami, masakin bekal sekolah Afiqa, murojaah hafalan Quran Afiqa, nikahin Afiqa, semuanya ngga akan bisa gw saksikan dan lakukan.

Yaa Allah...

Kalo gw meninggal besok, apa Afiqa bakal inget sama ibuknya? Apa dia bakal terus doain gw  setiap usai shalatnya? Kalo dia sedih dan nangis, apa dia masih akan mencari gw untuk tempat mengadu? Kalo dia seneng, apa dia masih akan mencari gw untuk berbagi tawa? Kalo dia butuh ketenangan, apa dia masih akan mencari gw untuk minta mimik? Gw bahkan ngga akan bisa memenuhi hak ASI 2 tahun buatnya.

Kalo gw meninggal besok, siapa yang bisa jadi tempat abang cerita dengan bebas tanpa kuatir dihakimi? Siapa yang akan abang cari selepas dia pulang kerja dalam letihnya? Siapa yang bakal abang minta peluk di depan pintu selepas kelelahan sepulang lembur? Siapa yang bakal menghiburnya supaya senyum lagi setelah cape lembur dan sampe rumah jam 12? Siapa yang bakal nemenin makan malem setiap jam 10 malem? Siapa yang bakal ngusap rambutnya sampe ketiduran setiap malem?

Apa abang bakal rajin telpon bapak ibuk dan nyetor foto Afiqa lengkap sama laporan tumbuh kembangnya ke mbah uti mbah kakungnya yang setiap telpon selalu nanyain cucunya? Apa abang bakal rajin ngajak Afiqa mudik ke tempat mbah kakung utinya sehingga Afiqa tahu bahwa dia punya kakek nenek juga selain inyik dan uci, yang sama kadar cintanya?

Gimana roda kehidupan abang dan Afiqa selepas gw tiada?

Mungkin gw terlalu mengkhawatirkan dunia dan orang yang gw tinggalkan. Mungkin gw lupa bahwa ada Allah sebaik-baik penjaga. Gw ngga perlu mengkhawatirkan orang-orang yang gw tinggal, karena Allah akan jaga mereka. Allah pasti punya cara yang ngga kepikir sama gw saat ini, untuk menjaga orang-orang yang gw tinggalkan.

Gw lupa, bahwa yang seharusnya paling gw khawatirkan adalah diri gw sendiri.

Kalo gw meninggal besok......
Apa gw bisa jawab pertanyaan malaikat kubur tentang siapa Tuhan gw? Gimana rasanya tinggal sendirian di tempat paling gelap, sendirian, tanpa lampu emergency, tanpa handphone, tanpa harapan listrik menyala, tanpa ada yang diajak bicara? Sedangkan gw takut sama gelap..

Kalo gw meninggal besok......
Duh nyeselnyaaa kemaren shalat keburu-buru, ngga pake dzikir, doa minimalis trus langsung lipet mukena. Nyeselnyaaaa kemaren ngomong ceplas ceplos ampe bikin orang sakit hati. Nyeselnyaaaa ada hutang yang belom gw lunasi. Nyeselnyaaaaa kemaren tilawah ngga banyak. Nyeselnyaaaa kemaren skip ngehafal Quran. Nyeselnyaaaa belom transfer donasi bencana. Nyeselnyaaaa kemaren kesel cuma gara-gara hal sepele. Nyeselnyaaaaa mulut ngga banyak dzikir dan shalawat. Nyeselnyaaa kebanyakan pegang hape buat hal yang ngga berguna.

Yaa Allah.... lemes gw. Malem ini sesenggukan sampe Afiqa bangun karena denger ibuknya berisik, makanya gw putuskan buat buka laptop aja. Sungguh maut adalah pemutus segala kenikmatan dunia dan segala rencana-rencana.

Apa gw layak dapet syafaat nantinya? Apa gw bakal melihat gambaran surga dan mencium wanginya ketika gw di alam kubur nanti? Apa gw bisa ngelewatin shirattal mustaqim? Apa gw bisa melihat Allah dan kekasihNya Muhammad Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam? Apa gw layak jadi penghuni surga? Tapi sungguh gw takut dengan azab Allah yang teramat pedih. Azab kubur, pedihnya menunggu hisab, dan pedihnya siksa neraka. Yaa Allah...

Sedangkan dosa gw banyak, banyaaakkkk. Yang gw sembunyikan ataupun yang terang-terangan, yang gw sadar ataupun yang engga, yang gw sengaja ataupun yang engga, yang udah gw tobatin ataupun yang belom..

Ah, sebaik-baik manusia emang yang paling banyak inget mati. Karena dengan itu, kita ngga akan terlalu ambisius sama dunia. Kita ngga akan ngukur segalanya pake tolok ukur dunia. Kita ngga akan berani ngelakuin dosa-dosa.

Mohon maafkan kesalahan dan kekhilafan gw. Mohon doakan supaya Allah ampuni dosa-dosa gw dan menjadikan gw salah satu penghuni surgaNya. Mohon tagih hutang-hutang gw jika ada, ke abang atau keluarga gw.

Yaa muqallibal qulub tsabits qalbi 'ala diniik.

Kemudian, Rahma Djati Kusuma, akan tinggal menjadi cerita............

Escape Plan

$
0
0


Percaya ngga kalo suara hati kita ngga pernah bisa diem, bahkan ketika mulut kita rapat terkunci? Sore ini di sela-sela gw mencuci piring abis makan, gw bicara sendiri dalem hati. Kita selalu butuh pilihan, yegaksih? Manusia selalu butuh keleluasaan memilih, because that what makes human, human.

Apa yang lebih menyedihkan daripada tidak punya pilihan?
Di awal kuliah 2014, gw dikasih rekomendasi tontonan series buat ditamatkan. Katanya wajib nonton minimal sekali seumur hidup karena life lessons dari seriesnya banyak banget, gitu kata Nisaa, temen sekelas gw di itebeh. Nah masih inget Robin di How I Met Your Mother (HIMYM)? Dia pernah bilang dengan sangat pedenya kalo dia ngga mau punya anak. Proses selama dia memutuskan ngga mau punya anak dan setelah dia mengumumkan ngga mau punya anak berjalan baik-baik aja, maksud gw, Robin was fine. Dia ngga sedih, dia ngga depresi atau tertekan. Sampe pada suatu hari dia ke dokter dan dia dinyatakan ngga bisa punya anak. Logikanya, logika gw lebih tepatnya, Robin harusnya nggapapa. She has to be doing fine, karena pilihannya didukung oleh kenyataan hasil periksa dokter. Harusnya, ya kan. Sekali lagi ini harusnya.

Nyatanya?

Robin was sooo upset. Dia sedih sampe di tahap suka nangis sendiri kalo lihat anak-anak. Trus apa coba yang dia bilang setelah ditanya sama gengnya?

Dia butuh untuk memiliki pilihan. Dulu, dia tak ingin mempunyai anak, tapi dia butuh mengantisipasi jika sewaktu-waktu dia berubah pikiran. Dia butuh kebebasan memilih dan berubah pikiran. Sayangnya, hasil cek dokter tidak berkata demikian karena dokter menyatakan dia tak bisa memiliki keturunan.



That what makes human, human. Choice.

Kalo engga, kenapa coba dulu budak-budak di jaman jahiliyah sebelum cahaya Islam datang merasa terkekang? Ya karena budak ngga punya keleluasaan memilih. Sebulan lalu gw baca novel judulnya Wahsyi, si Pembunuh Hamzah. Novelnya nyeritain tentang gejolak batin Wahsyi, budaknya Jubair bin Mut'im. Sejak lama Wahsyi mendambakan kemerdekaan, jadi manusia merdeka, bukan lagi jadi budak yang bisa disuruh-suruh majikannya. Dia mencari segala cara demi mendapat kemerdekaan, sampe akhirnya dia ditawari buat membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah yang sekaligus salah satu muslim terkuat dan ditakuti lawan. Kalo Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, maka dia bakal dikasih kemerdekaan. Singkat cerita, dia melakukannya. Wahsyi membunuh Hamzah. Lalu ia pun merdeka.

Apakah kemerdekaannya membuatnya bahagia? Not really. Setelah merdeka, Wahsyi masih aja merasa hidupnya sempit, ngga bisa bebas memutuskan dan memilih seperti halnya orang-orang merdeka yang ia saksikan ketika ia masih menjadi budak. Ia masih ngga bisa tampak sebahagia Bilal, budak yang juga merdeka setelah dibeli dan dibebaskan oleh Abu Bakar. Padahal, setelah Wahsyi membunuh Hamzah, ia ngga cuma merdeka tapi juga dikasih hadiah harta berlimpah. But again, that's not where happiness lies.

Barulah Wahsyi tahu, yang membuat bahagia bukan merdeka itu sendiri, tapi kebebasan menentukan pilihan setelah merdeka.

Seringnya, bisa memilih lebih penting daripada pilihan itu sendiri. Kecuali kasus pilkada atau pilpres ya *kibas jilbab* yang satu itu sih pilihan juga sama pentingnya. Ngga cuma sekali dua kali gw denger curhatan ibu-ibu di grup WhatsApp yang nadanya begini:

Tanggal tua, ada diskonan gamis. Sedihnya *kasih emot duit terbang*
Trus tadi cerita ke suami kalo ada diskonan gamis trus dibilang beli lah, pilih mana yang suka. Tapi abis dilihat-lihat lagi, sayang eh mau beli. Yaudah deh, gajadi beli.
Siapa yang begitu juga tolong tunjuk tangan tolong.
Yaa gitu deh, punya kebebasan memilih kadang lebih penting dan membahagiakan daripada pilihan itu sendiri. Pas kondisi keuangan lagi ngga memungkinkan beli barang diskonan yang event diskonnya cuma setahun sekali, rasanya sediiihhhh. Diskonnya kan cuma ada setahun sekali, eh sekalinya ada malah ngga bisa beli. Tapi begitu kita ada budget buat beli, tiba-tiba kita merasa ngga butuh dan akhirnya ngga jadi beli.


Nah kan.

Bisa memilih, kawan, kadang sangat membahagiakan. Kita cuma butuh keleluasaan itu, ruang untuk memilih. Ruang untuk memutuskan, karena dengan begitu kita merasa melakukan yang terbaik. Dan perasaan telah melakukan yang terbaik sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia.


Kalo kata Ale di novel Critical Eleven-nya Ika Natassa sih gini nih "We always need an escape plan."Oh yes we do.
.
.
Oh, do we?


Gif diambil dari giphy.

Cinta Itu Pasti, Jatuh Cinta Itu Lain Perkara

$
0
0
I'm in the middle of writing my research journal which I procrastinate for.... ehm, like 2 months? Sigh. 

Ngga usah dibaca serius-serius, tulisan ini, seperti halnya kebanyakan tulisan di angsajenius, emang bukan buat dibaca dengan serius alis mengkerut :) Ini adalah suara hati istri yang ditinggal suaminya liburan udah empat hari~

Anak gw, alhamdulillah, bobo super nyenyak ngga gelisah seperti malam sebelumnya. Itu artinya gw bisa ngerjain jurnal dengan tenang, ngga gelisah sebentar-sebentar harus nyusuin supaya Afiqa terlelap kembali. Dan gw ngga perlu ceritain juga kan ya endingnya kalo nyusuin di jam-jam genting antara jam 2-4 pagi? Endingnya yang tidur nyenyak ngga cuma anaknya, emaknya jugak.

Dan laki-laki yang biasanya terlelap juga di samping si bayi udah 4 malam ini ngga di rumah, lagi jenjalan kantor ceunah ke Jepun. 

This I Promise You-nya NSYNC lagi muter di Youtube.

Mendadak, layaknya abege, I miss his presence.

Ditambah lagi, buka Facebook muncul memories from 7 years ago foto ini, ngemsi di seminar Wirausaha sama abang. Ah, mandu acara, hal yang mustahil banget abang mau lakukan sekarang.


I miss him a lot that I wanted to cry just by texting him and not getting immediate text back. Ah, galau kali rasanya. Padahal tadi udah videocall, tapi teknologi jelas tidak mampu memenuhi keinginan seluruh panca indera.

Supaya galaunya makin paripurna, gw buka album foto di Facebook, hal yang juga udah lamaaaa ngga gw lakukan, dan ketemulah foto-foto ini di antara ratusan foto lain yang sama-sama ada gw dan ada abangnya.


Nametag bikinan gw buat departemen Wirausaha pas upgrading perdana BEM 2010, dibikin pake Photoshop dan waktu itu rasanya udah paling keren *self proclaim*



Rahma, si penerima kado kosong yang dibungkus kertas kalender penuh tanda tangan para pemberi kado dan kertasnya bau minyak gorengan.


Masak-masak di Kirana-nya Mutihe buat buka puasa bersama yay!




Batik ini bukan batik couple kok, tapi batik seragam organisasi 😂




Pasca aksi 20 Oktober, gw lupa apa yang didemoin hahaha kayanya sih protes pak Presiden SBY.

Yang kenal gw dan kenal abang pasti tahu banget kalo kerjaan kami ngga jauh-jauh dari jualan. Kemejanya kakaa boleh, harga murah boleh dibandingkan sama stand sebelah...



One of the best people I had in campus layf!

And holidaaayy!!



Nulis blog model begini gw jadi merasa berumur 19 tahun deh *dilempar kalender biar inget umur*

Ada di satu organisasi yang sama menjadikan kami sahabat baik, we truly were. And I'm glad we did. Unless, ngga akan ada foto-foto dan cerita masa muda yang beririsan. Foto dan potongan kenangan yang mengingatnya saja sudah cukup membuat senyum tak tertahan.

Hingga rindu kian menekan.
Tapi gw yakin deh yang dikangenin ngga sekangen yang ditinggal. Kenapa? Karena yang dikangenin lagi sibuk liburan, jadi kangen istrinya cuma pas nganggur aja. Itu pun harus antre, kalah sama rasa kangen ke anaknya. Sedangkan gw di sini melakukan rutinitas harian yang sama, tanpanya.

Hah!

Cinta itu pasti, tapi jatuh cinta itu lain perkara. 
Jatuh cinta melibatkan rasa bergemuruh di dada, rasa ingin bertemu yang membuncah, rasa ingin selalu tahu keberadaannya, dan rasa ingin selalu dekat dibumbui sedikit perasaan insecure. Mungkin ruang semacam ini penting untuk mengembalikan debar jatuh cinta yang melemah terkikis rutinitas. Ruang semacam ini penting untuk merenungi lagi betapa kita membutuhkan pasangan, dan betapa ia telah banyak membuat hari-hari kita menjadi lebih indah. Jauh lebih indah.

“Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?” ― Dee Lestari


Gw senang kami memiliki jeda, tapi tolonglah jangan terlalu lama.

Dah ah, galau kali rasanya. Senin cepatlah datang, hai suamiku cepatlah pulang~

Ibu Juga Butuh Jeda

$
0
0
03.45, di rumah
Piring gw pegang sambil mengambil nasi buat makan sahur. Tiba-tiba tangis Afiqa terdengar. Sejak Ramadhan ini, Afiqa emang selalu bangun pas jam sahur. Abang nyuruh gw nyusuin supaya Afiqa kembali tidur, tapi logika gw berkata waktunya ngga akan cukup karena jadwal travel gw adalah 4.30 dan perjalanan dari rumah ke travel bisa 20 menit. Akhirnya dia kami bangunkan dan seperti biasa, Afiqa pengin nemplok sama ibunya. Tapi apa daya, gw ngga bisa berlama-lama karena gw harus segera cabut.

Senin 28 Mei 2017, gw harus ke Bandung sesegera mungkin demi ngurus administrasi daftar sidang dan kembali ke Bogor sesegera mungkin sebelum malam menjelang.

Akhirnya gw pamit, kang gojek udah nunggu di depan pagar. Afiqa ngga mau dipamitin.
Ibu: "Nak, ibuk ke Bandung dulu yaa sehari ya ngurus sidang. Doain ibuk yaa, nanti sore ibuk pulang."
Afiqa: "Aaaahh.." sambil mengulurkan tangan, narik baju dan minta gendong.
Gw tetap pergi. Afiqa tetap nangis.
Patah hati gueeeee💔💔💔

Rasanya pamitan pergi trus dijawab dengan tangis itu beraaattt asli. Berat banget.

Dan bener aja, gw sampe travelnya 04.25. Cetak tiket langsung naik mobilnya, cusss langsung jalan.

Long story short, seharian di Bandung gw bolak-balik print-lab-dosen penguji-dosen pembimbing-dosen penguji-lab-lab tetangga-print-admin-print-admin-lab-dosen pembimbing gitu lah kira-kira. Huf cape gw nulis urutannya 😂 Alhamdulillah semua urusan beres dari jam 8.00 - 14.00. Segera gw pesen gojek lagi dari ITB ke BTC demi ngejar travel balik jam 14.30.

Jam 14.10 gw naik gojek, limabelas menit kemudian sampe BTC. Again. Cetak tiket, duduk sebentar, mobil jalan.

Semuanya harus serba cepet. Rasanya mau pipis aja kuatir buang waktu kelamaan huf huf huf. Lebay ya ya ya I know. Lalu di perjalanan sendirian itu, gw buka hape, liatin foto dan video Afiqa. Betapa lucunya dia. Betapa aktifnya dia. Betapa cerdasnya dia. Kenapa anak sesempurna ini ko gw keselin kemaren?


Iya, hari Minggu itu gw rada kesel sama Afiqa karena udah beberapa hari belakangan tiap mimik dia gigit-gigit sampe berdarah dan kebelah. Ibu menyusui pasti paham rasanya. Ituuu perihnyaaa subhanallah gw diem aja perih banget. Gw sampe takut mau nyusuin. Abang udah meyakinkan bahwa anak kami ngga akan gigit lagi dan bahwa gw ngga boleh trauma, kasian Afiqa. Tapi nyatanya masih digigiiittt Allahuuuu 😣😣 

Afirmasi positif udah. Pites idung tiap digigit udah. Tapi masih aja diulang-ulang. Mungkin emang gusinya gatal karena sedang tumbuh gigi keenam, yatapi kaaannnnn aahhh. Puncaknya, saking sakitnya tiap digigit, gw sampe teriak "Allahuakbar Afiqaaa sakiitt!" lalu apa yang terjadi? Afiqa nangis. Makin chaos. Pereda tangisnya adalah mimik, sedangkan gw takut mau mimikin.

Teriakan dan rasa kesel itu berkelebat satu per satu. Menyesal? Iya lah pasti! Anak selucu ini, sepolos ini, bisa-bisanya gw keselin. Ditambah kabar seharian dia ngga mau minum ASIP sama sekali, makin patah rasanya hati gw. Pengin cepet-cepet sampe rumah!

Selama perjalanan, gw berniat pulang sebagai ibu yang lebih baik. Dari situ gw sadar, mungkin memang gw butuh jeda sejenak. Setiap hari, 24 jam, rasanya hidup gw didedikasikan buat Afiqa. Mau semules apapun perut gw, kalo Afiqa nangis ngga mau ditinggal, ya gw harus tunda mulesnya. Tengah malem lagi sefokus apapun ngerjain PR revisi dari dosbing, kalo Afiqa nangis ya gw harus stop dulu supaya dia bisa lanjut tidurnya. Hidup gw bener-bener berubah dan gw ngga bisa ambil langkah balik kanan.

Begitu gw melahirkan anak ini, hidup gw berubah. Bukan lagi soal kepentingan dan urusan gw, melainkan juga gimana dampak kepentingan dan urusan gw terhadap anak gw. Udah ngga keitung berapa banyak keinginan yang gw skip skip skip karena mikirin Afiqa. Keinginan yang pasti langsung gw penuhi saat masih gadis dulu. Begitu kan jadi ibu?

24 jam sehari, 7 hari seminggu tanpa jeda bikin gw kadang mengeluh dan merasa kesel, apalagi kalo kondisinya kaya minggu lalu saat Afiqa gigit gigit mulu. Maka perjalanan sehari sendirian kaya kemaren Senin rasanya berharga banget buat charge ulang hati gw untuk menjadi ibu.

Jeda membuat cinta berlipat-lipat ketika jumpa. Jeda membuat semangat meningkat buat Afiqa.

Dan bener aja, sampe rumah gw disambut senyum sumringah Afiqa. 


Mamaksiswa Ep.2: Hampir Sidang Ulang

$
0
0

Hello again!


Lebih dari dua bulan berlalu sejak terakhir gw posting blog. G A W A T ya, level produktivitas blogging turun drastis kaya roller coaster Trans Studio yang meluncur dari atas 90 derajat. Syuuuuuhhhh.

But the good news is, 2 Juni kemaren, di hari Jumat bulan Ramadhan, gw sidang. Sidang super intens yang..........waw man, waw.

Menuliskan ini membawa gw flash back ke satu jam di ruang pojok Labtek VIII lantai 3 itu, di mana hanya ada empat manusia di dalamnya dan gw di panggung utamanya. 

Gw berangkat ditemenin dua orang tersuportif dalam pengerjaan tesis ini, ya siapa lagi kalo bukan Afiqa dan bapake si ayah Gheza. Afiqa supeeeerrrr suportif, nanti akan gw ceritakan di postingan lain tentang trik bikin anak bayi manut sama kita di saat bepergian. 



Lalu tibalah saat itu, ketika pintu dibuka dan dosen penguji memasuki ruangan. Sebelum gw mengucap salam memulai presentasi, dosen penguji udah nyicil nanya.

"Kamu berapa lama mengerjakan buku ini? Banyak sekali salahnya." 

Deg.
Lo kebayang ngga sih, mental pede yang udah dipupuk sejak semalam rasanya runtuh begitu aja. Waktu itu, gw pengin langsung skip ke malam harinya aja, ngga usah sidang. Ngga usah ditanya-tanya. Seketika gw ngga mood. Apa yang udah gw pelajari, bubar jalan. Kemudian gw presentasi selama 10 menit, 10 menit yang rasanya lama dan gw banyak gagap untuk menjelaskan sesuatu yang harusnya sangat gw kuasai. Mendadak gw merasa doa Rabbishrahli shaddri yang gw rapalkan sejak pagi ngga mempan. Dari banyak presentasi dan pengalaman gw ngomong di depan forum, it was one of the worst. Ahhh. 

Tanya jawab masih ngga jauh-jauh dari komentar bahwa logika penulisan buku gw buruk, bukan kurang bagus tapi buruk."Penelitian Anda bagus, saya ngga bilang penelitiannya ngga bagus, tapi penulisan buku Anda....tidak mencerminkan tesis S2 ITB." Denger gitu, gw pengin langsung keluar ruangan aja dong trus gendong Afiqa trus ngeloyor keluar kampus. 

Ya tapi ngga bisa, kan?
Jadi gw tetep stay di tempat di mana gw berdiri.

Saat itu, terbukti lagi janji Allah bahwa bersama kesulitan, Allah selalu memberikan kemudahan. Dosen pembimbing gw, pak Yusep Rosmansyah, yang jadi saksi jungkir balik pengerjaan tesis gw sejak Januari 2016, membela dengan sepenuh hati. Beliau bilang bahwa kekurangan pada buku adalah kesalahan beliau yang kurang teliti ngecek buku dan lebih fokus pada jurnal yang gw buat karena kami target lolos IEEE Transaction Q1, kasta jurnal tertinggi di bidangnya. Ketika gw kehabisan alasan dan dosen penguji makin mencecar buku gw ngga layak jadi tesis, pak Yusep meyakinkan bahwa hasil penelitian gw ini bagus dan mengikuti sistematika riset IEEE Trans Q1.

Singkat cerita, 45 menit berlalu dan gw dipersilakan keluar untuk menunggu hasil sidang tertutup. Ngga berhenti gw dzikir dan berdoa Allahumma tammim bilkhair ya Allah berikan akhir yang baik dari sidang ini. Sayup-sayup gw dengar penguji menyebut-nyebut sidang ulang, lalu entah apa yang mereka debatkan. Panjang rasanya gw nunggu, hingga akhirnya abang dan Afiqa datang. Selama gw sidang mereka keliling-keliling kampus entah ke mana aja, aahhh I have the best supporters everrrrrr! 

Kreett. Pintu dibuka. Gw dipersilakan masuk.

"Ya jadi setelah berdiskusi panjang, maka tesis anda dinyatakan lulus. Anda harus berterima kasih pada pak Yusep karena beliau bersedia menjamin bahwa hasil revisinya pasti bagus. Karena tadinya saya akan menawarkan sidang ulang supaya buku lebih matang, tapi pak Yusep berani menjamin revisi anda pasti bagus jadi ya... silakan manfaatkan kesempatan ini. Jangan kecewakan kepercayaan pak Yusep kepada anda. Ini beban moral anda sebagai mahasiswa ITB ya, dan sudah menjadi tugas saya sebagai penguji untuk menjamin tesis yang dikerjakan mahasiswa ini layak untuk lulus.", kata bapak penguji yang meruntuhkan kepercayaan diri gw di menit sebelum memulai presentasi.

"Selamat ya Rahma, anda dinyatakan lulus. Sudah tahu apa nilainya?", ibu penguji bertanya dan gw menggeleng. "Anda dapat A ya, sekali lagi selamat."

Gw masih limbung, percaya ngga percaya dapet nilai A padahal jawaban-jawaban gw rasanya sungguh kacau.

"Saya tahu penelitian anda bagus, dan karena revisi sudah dijamin pasti bagus maka saya berani memberi anda nilai bagus juga. Kalau penelitian anda buruk, saya tidak akan memberi nilai seperti itu. Jadi sekali lagi, penelitian anda bagus hanyaaa penulisan bukunya harus banyak diperbaiki.", kata pak penguji.

Kemudian sidang diakhiri. Sebelum keluar ruangan, pak Yusep mengucapkan selamat. Ucapan yang sangat berarti karena beliau yang bekerja keras membantu gw sampai bisa mendapat nilai A. Nilai yang butuh perjuangan karena bapak penguji tadi ternyata jarang memberi nilai A untuk anak ujiannya. 

"Si bapak memang killer kalau nguji, saya sengaja ngga bilang biar mba Rahma ngga takut. Dan saya tahu ini tesisnya bagus makanya saya kasih rekomendasi diuji beliau, kalau tesisnya biasa-biasa saja ahh, susah nanti lulusnya. Ya sudah, saya tunggu revisinya minggu depan ya!" Ooooohhh dosbing gueeeee! Barakallah pak semoga cepat jadi professor.

Di luar ruangan, abang dan Afiqa udah nunggu. Kami bergegas membereskan printilan sidang dan siap-siap pulang. Gw masih takjub dengan rentetan kejadian barusan, Allahuakbar. Beda banget sama sidang S1 gw yang banyak lawaknya, padahal pengujinya juga killer sampe bikin nangis beberapa mahasiswa yang sidang sebelum gw. 

Cerita sidang S1 bisa dibaca di sini: Akhirnya! Rahma Djati Kusuma, S.SI.


Aaaaanddd!! Here I present to you, my printed master theses book!


Akhirnya.... satu amanah terselesaikan. Allah berjanji mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu, semoga gw termasuk golongan yang diangkat derajatnya. Mohon doakan ilmu dan pengalaman di ITB bisa gw aplikasikan untuk memberi manfaat buat ummat, bukannya menjadikan gw sombong dan lupa diri bahwa Allah yang mengijinkan semuanya terjadi.

Untuk Tuhan, bangsa dan almamater,
Rahma Djati Kusuma, S.SI., M.T.
Ex 23514029
Alumni magister Informatika opsi Sistem Informasi ITB 2014



Our Family Project, Afiqa the Explorer!

$
0
0
Akhir Juli kemaren, Afiqa tepat setahun. Setahun ada di bumi, setahun jadi anak kami. Sejak beberapa bulan sebelum Afiqa setahun itu, pas masa-masa dia baru belajar jalan, gw dan abang berkali-kali berencana mau ke CFD. Tapi berkali-kali pula rencana itu hanya menjadi wacana. Sampe akhirnyaaaa gw dapet challenge dari kuliah online ibu profesional buat bikin family project.

Pas baca materi dan tantangannya, gw masih belom ngerti mau bikin project apa sama Afiqa dan ayahnya. Sampe akhirnya malam tiba dan abang langsung tercetus tanpa banyak mikir, "Olahraga yok di CFD!"



Olahragaaaa? Wacana sejak kapan iniiii? Then I was like "Sure, great!"

Trus gw kasih nama Afiqa the Explorer, drum roll please 🥁 Dengan ke CFD dan membiarkan Afiqa mengeksplor apapun yang dia pengin, bebas naak bebas mau ke arah mana mau pegang apa, gw dan abang pengin:
  • Motorik kasar Afiqa makin terlatih, sekarang si anak kicik ini lagi seneng-senengnya jalan dan lari. Diijinkan jalan sendiri di tempat rame kaya CFD bakal jadi pengalaman baru buat Afiqa, aaah ngga sabar!
  • Mengenalkan Afiqa sama hal-hal yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Contohnya? Hahaha gw juga ngga tahu apa, kita lihat apa yang bakal kami temui di CFD weekend ini.
  • Deer feeding, aaah ini sih obsesi mamake Afiqa yang belom pernah ngasih makan rusa di istana Bogor. Selain mengenalkan pada rusa, yang baru dia lihat sekali di kebon binatang Gembira Loka Jogja, gw dan abang juga pengin mengulang-ulang bahwa nih looooh nak ada binatang namanya rusa kaya di flashcard, nih ciptaan Allah nih. Gituuuu aah ngga sabar jugak!
  • Skill linguistiknya nambah. Fyi ya wahai pembaca angsajenius, first wordnya Afiqa itu mbek, iya mbek, si kambing. Bukan ibu bukan ayah bukan Allah bukan maem bukan mimik. Tapi mbek. Gara-garanya pas kami mudik ke Purworejo, Afiqa diajak lihat mbek tetangga sama mbah kakungnya, trus pulang-pulang bisa bilang "mbek". Ya siapa tahu kan pulang-pulang dia bisa bilang sa, atau syukur-syukur bilang ibuk 😭 Nambahin vocabnya yang udah bunyi mbek, puf buat pus, ayah, mama dan dada. Naaakk ini ibukmu panggilannya ibuk naak bukan mama oooohhh
  • Social skillnya makin terasah. Dasar Afiqa si anak ramah kaya ibunya *loh*, dia seneeng ketemu orang. Wah semoga di CFD juga dia seneng karena ada buwanyak orang.
  • And more importantly, project ini buat memperkuat bonding keluarga bapak Ghazali. Terbukti banget liburan dan jalan-jalan bikin kami makin dekat dan makin menyayangi. 
Trus gimana kelanjutan persiapan buat ke CFD? Tunggu cerita selanjutnya!

Selamat hari Kamis, satu hari menjelang weekend yang dicinta semua umat manusia. Yay!

Run, the Explorer!

$
0
0
Katanya, gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan. Gw sih ngga percaya-percaya amat sama tagline ini karena gw sejak dulu selalu impulsif, suka yang spontan, tanpa banyak rencana, dan penuh kejutan. Sampai akhirnya gw menikah dengan laki-laki yang apa-apa kudu terstruktur. Puyeng lah gw mendadak disuruh well organized dan well planned. Ruang impulsivitas gw menyusut banyak. Apakah gw menyesal? For the better good then why should I?

Tapi kalo ditanya apakah proses dari seorang impulsif menjadi well organized dan well planned ini berjalan mulus? Jawaban gw adalah enggak. Sama sekali enggak. Banyak ngambeknya di tengah jalan karena gw ngerasa dipaksa dan ngga dikasih kebebasan, fyuuh. Cuman ngambek itu seketika lenyap kok ketika gw ingat bahwa semua ini for the better good. 

Nah gitu juga menjelang family project Afiqa the Explorer yang bakal kami laksanakan besok Minggu, in syaa Allah, gw mulai organize persiapannya dari sekarang. Abang yang pulangnya selalu malem karena kerja di Jakarta gw kasih lencana pelaksana hahaha karena beliau baru bisa ON bener mulai Sabtu siang setelah hilang letih kerja lima harinya.


Jeng jeeeng....
Ngapain aja gw sama si anak kicik umur setahun iniii?

Di rumah, Afiqa lagi doyan-doyannya keluar rumah. Kalo pintu dibuka, bisa dipastikan dia lari ke pagar. Kalo ada pus, hampir pasti dia kejar pusnya dengan segala cara. Nah melihat semangat aktivitas fisiknya kaya gitu, gw sebagai ibuk ngga mau ketinggalan momen dong. Afiqa gw ajak banyak aktivitas fisik supaya kuat jalan lama, makin lincah larinya, makin kuat badannya.

Ter. Buk. Ti. Hamdallah. Anak ini udah bisa jalan trus nendang bola yang ada di depannya tanpa jatuh. Setelah ditendang? Ya dikejar lagi bolanya trus tendang lagi. Wow anak ibuk udah bisa sepak bola 😜

Naik turun tangga juga udah lantjar karena diulang-ulang, malahan Afiqa udah bisa naik tanpa merangkak, cuma jalan pegangan teralis tangga. Tepuk tangan plis! Hahaha. 

Jadiiii, anak ibuk udah siap mengguncang Sempuuurrr? *sodorin mic*

Prep for Afiqa the Exporer

$
0
0
Milih one day project emang paling simple ya, karena pelaksanaannya cuma sehari aja walaupun persiapan tetep dilakukan dari beberapa hari sebelumnya. Seperti halnya ketika mau ada acara atau pergi-pergi, Afiqa selalu gw briefing nanti kita mau ke mana, ngapain aja, Afiqa harus begini begini jangan begitu begitu. Briefing ini salah satu persiapan paling penting karena inilah yang paling pengaruh ke sikap Afiqa. Biasanya begitu. Ketika gw briefing "Afiqa kita mau naik pesawat, di pesawat bobo ya. Kalo ngga bobo ya main-main aja ngga rengek-rengek ya", itulah yang Afiqa lakukan. Exactly like I said.

Gw percaya metode briefing ampuh buat Afiqa, jadi kuncinya emaknya kudu rajin bisikin nanti gimana nanti gimana ke si anak kicik.

Nah selain itu, seperti halnya ketika kami hendak bepergian, selalu ada ransel yang ngga boleh absen. Isinya ya apalagi kalo bukan perlengkapan Afiqa mulai dari baju ganti, popok, tisu basah dan kering, minum, biskuit, makan, alat makan, mainan, buku, dan sisir. Tugas persiapan ransel dan makanan Afiqa adalah tugas ibuk, nanti ayah bertugas membawa kami sampai tujuan alias nyopir 😂.

Sejak tadi pagi abang udah ingetin ke gw bahwa besok harus pagi-pagi, harus. Maklum sih kenapa diingetin banget, soalnya biasanya emang ngaret huhuhuuuu. Ada aja alesan buat ngaret. Nah besok pagi misi bangun dan siap-siap pagi harus sukses dong berarti!

Tidur lelaplah petualang kecilnya ibuk, esok akan menjadi hari yang menyenangkan!


Mission Accomplished!

$
0
0
It's a wraaaaapppp!!

Akhirnya family project keluarga bapak Ghazali sukses terlaksana sesuai rencana. Hari ini dimulai dengan alarm yang mengagetkan tidur gw, sambil sipit-sipit gw lihat jam dan.....5.30! Sontak gw lompat langsung berniat mandi. Waduh kesiangan! Tapi entah apa yang membuat gw menoleh kembali pada jam dinding, gw lihat pelan-pelan dan ternyata masih jam 4.30. Loh? Setengah lima apa setengah enam nih? Gw pelototin lagi beberapa saat sampai akhirnya gw yakin ngga salah lihat. Alhamdulillaah ngga jadi kesiangan *roll depan sampe kamar mandi*

Gak ding, becanda 😝 mana bisa gw roll depan sampe kamar mandi 😂

Tap tap tap tap tap. Dengan gerak cepat, gw dan abang siap-siap. Mandi, mandiin Afiqa, masak, cek dan ricek isi ransel, pasangin sepatu, sampe akhirnyaaa......
Let's go little explorer!

Berangkat jam 6 pagi, as you can guess, anak gw pastinya bobo di jalan, karena bangunnya lebih pagi dari biasanya. Sampe parkiran di deket balkot, sambil nunggu Afiqa bangun, kami pacaran dulu makan ketoprak sepiring berdua 😂 dan karena gw megang Afiqa yaiyalaaah gw disuapin. Ha! Meningkatkan bonding keluarga tercapai sudah *ngunyah kerupuk pake bumbu ketoprak*.

Ketoprak udah abis, trus dipikir-pikir kalo nunggu Afiqa bangun wah bisa satu jam lagi, akhirnya yaudah diangkut saja anaknya yang masih merem. Eh keluar mobil langsung melek. Langsung aja deh ke destinasi pertama yaituuuuuuu....
....
.......
............
Kamar mandi. Abang mau pipis 😂
Kamar mandi di masjid balai kota, bonusnya Afiqa bisa lari-larian di halaman balkot yang luaaass yang biasanya dipake latihan anak-anak karate tapi pagi tadi masih kosong. She had shoooo much fun! *so-nya ampe jadi sho saking senengnya*

Kemudian, si pecinta binatang ini kami ajak ngasih makan rusa. Dia ngga takut sama sekali loh waw. Ngga jijik juga. Malah kalo gw biarin kayanya dia mau elus-elus kepala rusa deh. Sambil ngasih makan rusa, kami juga jelasin "Ini loh Afiqa yang namanya rusa kaya di buku. Rusa ciptaan siapa nak? Allah iya betul. Tu mulut rusa nak, rusanya maem ya laper dia." Jadi selain pengetahuan duniawi, kami juga pengin mengajarkan tauhid paling dasar yaitu semua makhluk adalah ciptaan Allah.



Beres ngasih makan rusa, kami jalan ke arah Sempur. Sepanjang jalan banyak delman, oooh anak ibuk suka banget lihat delman sampe terpesona joget-joget. Karena rame banget dan jalannya menurun, akhirnya Afiqa digendong. Sampe di Sempur ternyataaaa subhanallah lautan manusia. Ngga ada lagi spot kosong. Trus lapangan rumput yang gw idam-idamkan ternyata dipager, ditutup huks cedih. Yaudah deh melipir ke Taman Kencana sajaaaa.

Jeng jeeeeng
Bener dong Taman Kencana lebih baby friendly karena lebih sepi. Main lah Afiqa sesukanya, pegang apa-apa sesukanya, lihat sekeliling sesukanya. Tapi tentu saja gw dan abang tetep mendampingi dan memandu. Ini loh batu, oh ini bunga, kalo itu kakak-kakak latihan karate, yang itu omnya latihan anggar, wah kakaknya main sepatu roda, wah yang itu main sepeda. Masyaa Allah banyak yang bisa dia lihat, banyak yang dipelajari. Afiqa baru pertama lihat karate, anggar, sepatu roda, dan dia paling excited lihat anak sepedaan. Aktivitas outdoor gini selain mengasah motorik kasar juga bisa meningkatkan skill linguistik, motorik halus, wah komplit pokoknya semuanya.




Afiqa the Explorer hari ini ditutup dengan naik delman impian (ibuknya) si anak kicik, masih sepaket dengan lagu naik delman dan obrolan-obrolan ringan yang mendatangkan tawa.

Anak ini memang Allah titipkan untuk mengajarkan ibuk banyak hal, dan lebih penting sebagai investasi akhirat gw dan abang. Karena itu mengajaknya bermain dan memandunya mengenal dunia menjadi makin menyenangkan.





Sampai jumpa di project berikutnya!

Exploring House of Story Telling

$
0
0
Setelah tuntas jadi explorer di CFD, kemaren ibuk sama Afiqa bebikinan rumah story telling. Ide ini gw dapet dari buku Rumah Main Anak-nya mbak Julia Sarah Rangkuti yang bikin rumah-rumahan sebagai media cerita ke anak. Tinggal pakein finger puppets atau boneka di dalem rumahnya dan berkisah pun jadi luwaaarr biyasaah! *applause!*

Bahannya sederhana banget, pake kardus bekas gendongan hipseat yang nganggur dan udah disuruh buang sejak sama sama suami. Tinggal potong, tempel flanel, kasih hiasan. Tararaaa jadiii deh.

Afiqa bantuin di finishingnya pas gw mulai tempel-tempel. Apa yang dia bantu? Kiss pipi ibuk sehingga semangat berlipat-lipat, ngambilin kain yang bertebaran buat ditempel dan ngeliatin gw bikin sambil melototin poster margasatwa.

Sho much fun for being productive and getting help from the person you teach to help ❤️

Wisuda Matrikulasi IIP, Nasihat dari Pak Dodik dan Bu Septi

$
0
0
Hola!

Lama banget nih gw ngumpet, cuma nongol buat update tugas IIP yang super pendek dan apa adanya huf. Jadiiii, yang kangen sama postingan angsajenius mana suaranyaaaa? 😛

Nah di kemunculan gw kali ini setelah sekian bulan ngumpet dari perbloggingan, gw mau cerita tentang acara IIP minggu lalu, seminar sekaligus wisuda matrikulasi IIP Bogor batch 4. Yang bikin gw super excited sejak poster acara seminar + wisuda keluar adalaaahhh....

Pengisi seminarnya pak Dodik dan bu Septi. Woah!

Ngga ada member IIP yang ngga excited sepertinya kalau yang ngisi adalah beliau berdua. Bu Septi kan founder IIP trus pak Dodik adalah suaminya, pasti super penasaran sama apa yang bakal beliau sampein doong, ya kan ya dong.

Dua minggu lalu, untuk pertama kalinya gw bakal dateng bareng abang di event parenting dan per-suami istri-an (is that even a word?). Motoran berdua aja dari rumah ke lokasi rasanya kaya manten baru deh. Apalagi pake bonus ban bocor trus kudu mampir ganti ban dulu jadi makin berasa kaya manten baru gitu deh enak buat jalan, ngga jlak-jluk kalo kebentur aspal. Eh loh ini mah rasa ban baru bukan rasa manten baru 😂

Setelah gas rem gas rem nyelip angkot sana sini dan menerjang padetnya kendaraan di Sempur, maka sampailah kami di lokasi seminar yang ternyata udah mulai. Langsung kami masuk dan, emang bener ya early birds get the worms, kami yang dateng telat dapetnya duduk di belakang. Ngga enaakkkk guys, kaya kuliah trus duduk di belakang gitu lah rasanya. Mau merhatiin, kehalang banyak kepala. Mau lihat slide, buram-buram gitu deh karena mata minus tapi ngga pake kacamata sejak ngga kuliah lagi. 😥

Gw bakal ceritain apa yang disampaikan pak Dodik dan bu Septi satu-satu sesuai catetan yah.. Kalau ada yang kelewat atau salah, maklum lah namanya juga duduk di belakang, apalagi sebelahan sama laki yang naksir gw 😂😂 mana fokus ya kaaan?

***




AYAHKU, GURUKU DAN IMAMKU by pak Dodik Mariyanto

Dalam berkeluarga, suami yang Allah amanahi menjadi imam, menjadi pemimpin. Dari sekian banyak definisi pemimpin, yang penting cuma satu: semua anggota keluarga sepakat dengan definisi yang dipake dan berlaku di keluarga. Ngga penting menurut pendapat mister A, bapak B, pakde C dll dsb dkk. Yang penting adalah antara bapake, ibuke dan anak-anake semuanya menyepakati definisi yang sama.

Trus pak Dodik ngasih definisi yang beliau suka dan beliau pake di keluarganya yaituuu....
A leader is the one who:
💛 knows the way, dia tahu keluarganya mau dibawa ke mana, mau ngapain aja.
💛 show the way, dia tahu cara mengajak keluarganya mencapai hal tersebut.
💛 goes the way, dia konsisten dan berupaya mencapai tujuan keluarganya.

TIPS. Coba suami tuliskan tujuan dan apa yang ingin dicapai keluarga dalam 2 menit. Kalau belum bisa, berarti tujuan keluarga belum jelas mau dibawa ke mana, mau mencapai apa. Trus kalau belum jelas gimana dong? It's okey, terima dulu bahwa memang tujuan keluarga belum terumuskan dengan baik. Trus karena udah tahu kalau belum jelas, bikin lah family forum sama istri dan anak-anak untuk merumuskan tujuan keluarga.

Pak Dodik juga menekankan pentingnya gadget-free zone. Tujuannya apalagi kalau bukan meningkatkan bonding keluarga, supaya ngga sibuk masing-masing sama gadgetnya, nunduuuk aja padahal di sebelah ada keluarganya duduk bisa banget diajak ngobrol. Gadget-free bisa dimulai dengan gadget-free time, misalnya jam 8-9 malam semua handphone harus diletakkan. Lalu bisa juga dikembangkan menjadi gadget-free area, misalnya ketika di meja makan dan di mobil ngga ada yang boleh memegang gadgetnya. 

Sulit ngga? Buat emak-emak millenial yang grupnya bisa ratusan dan bapak-bapak yang butuh hiburan setelah suntuk kerja, gadget-free jelas menantang sekali. Ngga terkecuali dengan gw dan abang. Tapi ketika pak Dodik nanya, "Ada ngga yang pengin anaknya kecanduan gadget?" kami tahu, kami pun dalam hati menjawab "Tidak".

Daripada sibuk sama gadget, perbanyak family forum, ngobrol bareng, main bareng, beraktivitas bareng. Ngga usah yang serius-serius, ngobrol santai apa aja justru bisa mempererat bonding toh?

Nah kalau sudah punya tujuan keluarga yang jelas dan tahu gimana cara mencapainya, sekarang tinggal jalanin aja dengan disiplin! Disiplin!

MENJEMPUT KEMULIAAN DENGAN RIDHO SUAMI by bu Septi Peni Wulandari

Mantra paling manjur adalah rejeki itu pasti, kemuliaan harus dicari. Gimana caranya kita tahu kita udah mendapat kemuliaan? Cara ngecek paling gampang adalah dengan jawab pertanyaan ini:

  • Apakah kita bahagia?
  • Apakah suami dan anak kita bahagia?
Kalau dua pertanyaan tersebut jawabannya YES, in syaa Allah kita ada di track yang benar menuju kemuliaan. 

By the way catetan gw panjang bener deh mau jembrengin satu-satu kenapa jadi malays aaaahhh 😕

Teruuuss sebagai ibu, kita pasti ngga cuma berurusan sama hal-hal di luar rumah ya kan ya dong. Ada yang kerja, ada yang dakwah, ada yang bisnis, ada yang aktif di organisasi sosial. Trus pernah ngga sih galau, duh ini keluarga gw terlantar ngga ya, duh ini porsi aktivitas di luar rumah kebanyakan ngga ya, dan sederet kegalauan lainnya. Gampang guys! Kalau suami udah protes, artinya lampu kuning nih, harus hati-hati dan lebih selektif lagi, evaluasi lagi aktivitas di luar rumah kita. Trus kalau anak udah protes, stop. Lampu merah. 

Gitu kata bu Septi, gw sendiri kebayang sih ketika lagi seneng-senengnya aktif di luar rumah trus misal anak gw protes dan gw seketika harus menyudahinya, ohhhh that would be so hard. Pasti susah, pasti melibatkan gejolak batin. Aahh tapi gw belum ngalamin sih jadi belom bisa banyak cerita.

Etapi gw terkesan banget deh sama proses pendidikan di keluarga bu Septi. Bukan karena ketiga anaknya homeschool, tapi karena suami berhasil mentransformasi istri menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari doyan sinetron jadi pensiun nonton sinetron.
Dari ngga suka baca sama sekali jadi bisa melahap buku dengan cepatnya.
Dari ngga bisa ngomong depan umum sekarang jadi public figure yang speechnya ditunggu banyak orang.

Karena, kalau dalam satu keluarga hanya suami yang sukses maka sesungguhnya proses pendidikan di keluarga itu belum selesai. Dan ketika kita mendidik orang lalu masih terbersit rasa ingin dikenal orang, sesungguhnya proses pendidikan diri kita sendiri belum selesai.

***

Beres acara, gw udah bisik-bisik sama abang apa yang harus dibenahi dalam keluarga kami. Nyatanya, hidup memang harus selalu belajar. Apalagi hidup berkeluarga, di mana ilmunya ngga diajarkan selama sekolah dari SD sampai sarjana. 

Kepada Para Istri, Adinda Belahan Hati

$
0
0
Kepada semua perempuan bersandang gelar istri.

Orang Jawa menyebutnya garwa, sigaraning nyawa yang artinya separuhnya nyawa, belahan jiwa. Usai salaman antara bapak si perempuan dengan lelaki yang dag dig dug mengucap ijab, usai saksi-saksi berkata "Sah!", maka dunia ikut bersaksi, lelaki dan perempuannya telah menjadi jodoh.

Masih ingat dengan senyum tersipu pada salaman pertama usai akad hari itu?
Masih ingat dengan betapa kikuknya menjelang tidur setelah sepagian akad lalu menerima ratusan ucapan selamat?
Masih ingat dengan obrolan sambil malu-malu ketika jalan berdua di trotoar samping tukang sate berjudul bulan madu dalam kota?
Masih ingat ketika mengganti nama di kontak hape menjadi suami dengan emot dua sejoli?
Masih ingat betapa rona memerah di pipi tak sempat bersembunyi saat tetangga memanggil dengan sebutan "istrinya si A"?
Masih ingat semangat menggebu-gebu mencari resep demi mendulang pujian "Masakan istriku paling jos!"?

Lalu setahun berlalu. Setahun berganti menjadi dua tahun. Lalu menjadi lima tahun. 

Dari sepasang sejoli pemilik dunia yang rasanya cuma berdua, menjadi sepasang manusia yang saling membutuhkan dan ketergantungan.



"Duhai adinda, sudilah menggaruk punggungku yang gatal ini.", padahal tangannya sendiri bisa menjangkau setiap inchi tubuh sendiri.

Lalu, rasa bosan hinggap kadang-kadang. Seperti nyamuk di musim kemarau, sudah diusir masih datang lagi. Sudah pakai obat nyamuk bakar, masih berisik nguing-nguing berkelakar. Agak modern, sudah pakai obat nyamuk elektrik, masih menclok membuat gatal walau setitik. Sudah disemprot dengan obat anti nyamuk mujarab terlaris di iklan televisi, tetap saja ada yang menerjang berusaha terbang walaupun hampir mati. Begitu pula bosan, duhai para istri, adinda dari para suami. Sudah diusir, ia sirna sejenak lalu balik datang lagi. 

Ketika kebosanan melanda, entah itu karena terlalu banyak melihat kehidupan tetangga melalui sosial media terutama instagram sehingga tak sadar membanding-bandingkan, atau karena setiap hari yang tampak di depan mata hanyalah anak dan sederet jobdesc harian, tak ada teman berkeluh kesah di siang bolong selain piring yang minta dicuci dan baju yang menjerit minta disetrika. Sialnya, bosan datang tak pernah permisi minta ijin. Tahu-tahu di depan pintu. Tahu-tahu duduk di ruang tamu.

Sialnya lagi, banyak istri yang punya masalah mengendalikan emosi. 

Suami yang membuatnya tersipu setiap pulang kerja di depan pintu, sekarang menjadi sasaran pelampiasan emosi negatifnya. Kata mereka yang menyebut dirinya sebagai konsultan rumah tangga, hal itu tak mengapa. 

Wajar lah istri melampiaskan emosi pada suami, pada siapa lagi kalau bukan suami? Asal tahu batasan, jangan kebablasan.
Ceunah.

Tapi, pertemuan singkat setiap hari, apalah rasanya bagi para suami jika yang mereka temui adalah wajah masam adinda belahan hati?

Seorang suami konon pernah berkata ia menikah karena ingin mendapat kebahagiaan, rasa tenteram dan damai di rumahnya. Setiap hari ia bekerja dari jam enam pagi dan baru bisa melihat kembali wajah adinda belahan hati setelah jam sembilan malam. Mengobrol beberapa saat, lalu matanya akan terkantuk. Berat ujarnya. Oh malangnya jika beberapa saat sebelum terlelap, bukannya bahagia dan tenteram yang ia dapatkan tapi malah wajah istrinya yang masam. Lupakah si adinda belahan hati, jika surganya saat ini adalah lelaki yang ia panggil suami? 

Waktu bertatap muka yang tak sampai tiga jam sebelum keduanya kembali ke peraduan, tidakkah terlalu berharga jika dihabiskan dengan muka masam, kata-kata yang meluncur sudah campur bisikan setan, mood terjun bebas kaya perosotan, rambut awut-awutan, belum mandi bau asam, dan tangan masih bau bawang. Tidakkah terlalu berharga? 

Sesungguhnya, menulis semua ini dalam rangka berbicara pada diri sendiri. Mengingat lagi bahwa suami adalah salah satu tiket ke surganya para istri, di umur pernikahan menjelang dua tahun dan umur sang adinda belahan hati-nya bapak Ghazali yang menjelang duapuluh enam tahun.

“Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani)







Feel Better

$
0
0
Setiap dari kita butuh merasa lebih baik. We do need to feel better. Terkadang, feel better membuat kita lebih bersyukur walaupun tak jarang justru menumbuhkan benih kesombongan. Tapi terlepas dari keduanya, kita butuh untuk feel better.

Kaya.......
Pas ketemu ibu stay at home yang anaknya susah makan, kita feel better karena qadarullah anak kita ngga susah makan padahal kita kerja yang artinya porsi pendampingan dan variasi makanan mungkin ngga sewow ibu stay at home.
Pas ketemu ibu-ibu dengan anak sepantaran yang qadarullah belum lancar jalan, kita feel better karena anak kita udah lari-lari.
Pas ketemu pasangan yang makannya seporsi berdua, kita feel better karena makannya masing-masing seporsi.
Pas temen cerita gajinya udah dua digit juta, kita feel better karena kita bisa nyampe rumah lebih cepet walaupun gaji kita cuma setengahnya.
Pas lihat temen posting foto liburan di instagram dan kita udah lamaaa pengen ke sana, kita feel better karena kita udah bersuami & anak walaupun jadi ngga fleksibel mau jalan-jalan.
Pas lihat temen selfie cantik banget hah setara Dian Sastro, kita feel better dengan mikir ah si itu mah keliatan cantik karena make up aja, aslinya gw kenal biasa aja deh.

Hayo ngaku dalam hati deh, pernah ngga ngalamin kaya di atas? Kalo gw sih jelas...
...
....
.....
......
Pernah 😂😂

Kadang alasan-alasan yang muncul buat feel better itu hanya ilusi, pembenaran aja biar kita ngga sedih. Sah aja kok, namanya juga feel better. Kita butuh alasan buat merasa lebih baik, dan feeling better muncul karena pemicunya adalah sesuatu yang kita inginkan tapi ngga kita miliki saat ini ATAU kita membandingkan kondisi orang lain trus kita merasa lebih oke, padahal belum tentu.

Karena bisa aja anak dari ibu stay at home yang keliatan susah makan asupan gizinya lebih berkualitas daripada anak kita yang doyan makan segala.
Bisa aja si anak yang belum lancar jalan udah lancar bicaranya.
Bisa aja pasangan yang makan seporsi berdua emang sengaja biar romantis, bukan karena duitnya ngga cukup.
Bisa aja temen yang gajinya dua kali lipat itu memang bahagia walaupun pulang larut tiap hari.
Bisa aja temen yang jalan-jalan itu emang belum pengin nikah dan dia baik-baik aja dengan hal tersebut.
Dan, bisa aja temen yang selfie emang aslinya cantik banget ya gimana dong 😂

Nyatanya, alasan-alasan feel better muncul hanya satu arah, ke arah kita, untuk membahagiakan kita. But that's okay too, because what else feel better could do better?

Jangan jumawa, jangan terlalu membandingkan. Yang tampak di feed instagram dan media sosial cuma hal yang pengin orang tampilkan, bukan keseluruhan hidup seseorang. Feel better ngga harus melibatkan orang lain, feel better bisa dirasakan dengan membandingkan betapa hari ini lebih banyak kebaikan dibanding kemarin. Kalau nyatanya hari ini lebih buruk, feel better-lah karena kita masih diberi waktu untuk melakukan sesuatu supaya hari ini lebih baik daripada hari kemarin.





Selamat Tinggal Baju Besi Kebanggaan!

$
0
0
Semalem adalah malam kesekian gw ngerasa gelisah karena butuh untuk lebih produktif. I mean, creating something for outside world that maybe out of my reach right now. Akhirnya gw ubek-ubek hape dan berakhir nginstal game asah otak setelah scroll game tapi ngga tega mau instal keinget Afiqa.

Loh katanya produktif kok malah instal game?
Kan asah otak, otak tajam akan berguna buat dunia toh?
Hahaha excuse I know.

Nah dari game tersebut, pagi ini gw baca artikel yang menohok banget judulnya SHEDDING YOUR COAT OF ARMOR, yap you read it right, Menanggalkan Baju Besi Anda. 

Gw yakin ngga cuma gw doang yang pernah mengalami hal ini, and I found it really really good to know so here I am sharing it all with you my angsajenius readers (cailah!).

DILEMA

Coba bayangin nih kita udah lulus kuliah cumlaude, pengalaman magang dan penelitian oke, record organisasi berlembar-lembar, trus keterima kerja di perusahaan besar. Setelah beberapa lama, kita masih diperlakukan kaya pegawai baru, kerjaannya juga masih entry-level. 

Atau, kita yang pengalaman kepanitiaannya udah level steering commitee dan join kepanitiaan baru, tiba-tiba dikasih kerjaan yang menurut kita low-level, banyak praktek daripada mikirnya, yang menurut kita ah cincai lah sepele.

Ngga butuh waktu lama buat otak kita terbersit "Kenapa gw diperlakukan kaya gini? Kenapa gw ngerjain ini? Harusnya, dengan kapasitas dan skill gw, gw ngerjain sesuatu yang ada di level atas, bukan kaya gini. I deserve to be treated better."

Nyatanya, pemikiran kaya gitu, yang kita sebut fixed mindset, ngga akan bikin kita berkembang dan ngga akan membuat kerjaan atau suasana kerja jadi lebih baik. Yang kita butuhkan adalah growth mindset, which I'll tell you later on. Lebih parahnya nih, kalo udah punya fixed mindset gitu, pemikiran negatif yang lebih dahsyat bakal gampang banget hinggap. Misalnya, wah bos gw kayanya ngerasa terancam nih sama skill gw makanya gw ngga dipromosiin atau dikasih kerjaan yang posisinya strategis. Atau bos gw ngga bisa ngelihat skill gw karena dia ngga tahu caranya kerja sama orang kaya gw. Atau dia mikir gw bersikap kurang baik, tapi kan itu gara-gara gw kerja bareng orang-orang yang kurang kompeten.

Waw!

Feeling superior doesn't get you anywhere, guys!
Kalo kita punya growth mindset, kita bakal dengan sadar berpikir bahwa kerjaan sibuk dan di entry-level memang bagian dari bekerja. Toh, ngga ada hal besar kalo ngga disokong hal-hal kecil yang tampak sepele, ya kan? Justru kerjaan yang tampak sepele ini adalah peluang buat nonjolin skill yang kita punya dengan nunjukin alternatif metode yang ngga kepikiran oleh orang lain. Yang penting lagi, kita bisa belajar menikmati kerjaan yang numpuk dan sibuk tanpa risau bakal dikasih reward atau recognition atau engga. Lebih enteng kan?

Seenteng kerupuk aci bolong-bolong seribuan.

sumber

Contoh paling nyata adalah perempuan-perempuan yang telah berpeluh sekolah, ada yang SMA, atau sarjana, atau jenjang di atasnya, lalu dengan mantap shedding their coat of armor for being stay at home moms. Setelah baju besi kebanggaan semasa sekolah dilepas dengan tegas, let me tell you, you all are awesome and great and worthy! Di awal mungkin berat, tapi setelah berkali-kali mengasah rasa, lama-lama ngga ada pikiran "Gw terlalu berbakat deh buat sekedar ngepel, nyuci baju, masak dan ngajak main anak tiap hari."

Take It Off!

Jadi, kalo lo masih sering ngerasa terlalu berbakat, terlalu berpengalaman, terlalu oke untuk ngerjain sesuatu, coba itu baju besi kebanggaan dicopot dulu. Because for years, you've been wearing your specialness coat of armor to make you feel safe and worthy in threatening situations. Of course you are unique and special, but from a growth persepective, so is everyone else.
Special doesn't mean better or more worthy than others.


Dua Hikmah Baca Buku Marie Kondo

$
0
0
Setelah baca buku Marie Kondo yang fenomnal itu, tahu kan, The Life Changing Magic of Tidying Up alias Seni Beberes Rumah metode Konmari, gw sadar satu hal.

Bahwa setiap benda memiliki masa kadaluwarsa. Ngga cuma makanan atau obat aja, benda mati kaya baju, tas, buku, notes, jilbab dan lain-lain, ngga akan gw absen semua karena bakal kebanyakan, juga punya masa kadaluwarsa. Mereka punya tugas dan jika tugasnya udah selesai, mereka sudah memasuki masa kadaluwarsa.

Contoh paling gampang, seragam kuliah IT Telkom yang jadi saksi bisu semua cerita lika-liku kehidupan kampus gw. Mereka telah menunaikan tugasnya untuk dipake semasa kuliah, artinya ketika gw lulus, selesai juga tugas mereka. Kadaluwarsa.

Buku persiapan pranikah yang jumlahnya ngga cuma satu, yang dibeli dengan menggebu-gebu setengah degdegan setengah excited karena mau nikah, telah memenuhi tugasnya untuk membuat gw siap lahir batin sebelum menikah dan membekali gw dengan pengetahuan yang ngga gw dapet dari tempat lain. Begitu akad terucap, boro-boro baca ulang, gw aja lupa kalo punya buku tersebut. Tugasnya telah selesai. Kadaluwarsa.

Cardigan yang kita beli dengan nabung selama tiga bulan, yang dulu saking sayangnya sampe dipake hampir setiap hari kecuali pas dicuci, sekarang udah ngga muat lagi. Masih pengin pake sih tapi nunggu berat badan turun 10 kilo lagi. Alhasil, cardigan tersebut utuh menganggur selama dua tahun terakhir. Artinya, cardigan tersebut telah memenuhi tugasnya mencerahkan hari-hari kita di masa lampau, 10 kilogram yang lalu. Sekarang, ia telah kadaluwarsa.

Abis baca buku Konmari, mata gw bener-bener kebuka lebar bahwa selama ini gw banyak menimbun barang kadaluwarsa. Trus pas gw cerita isi bukunya ke suami, dia cuma bilang "Kubilang juga apa, buang yang ngga dipake lagi. Ngga usah baca buku juga aku udah tahu." *kabur tidur bantalan buku Konmari 🙄

Jauh sebelum nikah, sahabat gw, si Tari juga udah sering bilang "Ih Rahma hobinya nyimpen sampah." a.k.a. benda-benda penuh kenangan misalnya kertas kado bungkus hadiah ulang tahun, bunga mawar yang udah kaya keripik saking keringnya, modul kuliah tahun pertama, duh banyak deh gw sendiri ampe lupa 🤣

Ternyata mereka benar. 
Dasar gw emang suka keras kepala, kalo udah baca buku baru percaya.

Selain soal barang-barang kadaluwarsa, gw juga menyadari satu hal lain.

Semakin gampang kita mendapatkan sesuatu, semakin berkurang kadar berharganya. Semakin banyak kita memiliki satu jenis barang, rasanya makin ngga berharga tiap barangnya.
Coba deh jawab. Punya 10 baju kondangan dibanding punya 3 baju kondangan, rasanya lebih sayang mana ke baju-baju tersebut?

Punya tiga Quran dibanding punya satu, lebih sayang mana?

Pasti jawabannya lebih sayang ke benda tersebut kalo cuma punya sedikit. Malah nih parahnya, kita ngga inget punya benda-benda tersebut karena jumlahnya sangat banyak. Artinya apa? Artinya, kalo ngga bener-bener perlu, bebelian bisa banget direm. Dengan 3 baju kondangan, kita masih bisa hidup bahagia. Dengan 1 kitab suci Al-Quran saja, kita pun masih bisa hidup. Kadang, gengsi aja yang bikin kita pengin punya banyak. Padahal punya banyak belum tentu bahagia.

Soal value barang ini gw rasa penting buanget banget nget nget diajarin ke anak, supaya mereka menghargai apa yang mereka miliki. Salah satu cara ngajarin, menurut Rahma yang baru setahun dua bulan jadi ibu, adalah ngga selalu nurutin pengennya anak terhadap barang tertentu. Kasih syarat ketika anak minta sesuatu, misal anak minta mainan, ajak nabung dulu dan bersabar selama seminggu. Kita sediain celengan dan kasih uang tiap hari buat anak masukin ke celengan. Pas weekend, celengan bisa dibuka lalu dihitung uangnya dan berangkatlah ke toko mainan dengan bahagia. Atau ketika anak minta mimik/nenen, kasih syarat sun pipi ibu kanan kiri dulu. Selain ngajarin tentang usaha sebelum mendapatkan sesuatu, cara ini juga bisa bikin anak menghargai benda atau hal yang mereka dapet karena mereka mengusahakannya, bukan dapet cuma-cuma.




Karenaaa, dampak dari anak ngga menghargai barang yang mereka miliki, menurut analisis amatir gw, adalah:
  • Selalu merasa kurang, maunya beli terus padahal udah punya barang serupa. 
  • Berpikir "It's okay barang rusak, tinggal beli lagi."
  • Males repot-repot memperbaiki kalo ada yang rusak.
  • Tantrum kalau keinginannya ngga dipenuhi.
  • Gampang bosen dan sulit dibikin seneng, apa sih bahasa Indonesia yang pas, maksud gw hard to entertain gitu loh.
  • Akhirnya berakir boros, padahal boros adalah sifat setan. 
Weekend ini, buku apa yang kalian baca? 😃

Ibu Juga Bisa Jenuh, Kapten!

$
0
0
Beberapa hari lalu, segera setelah suami pulang, gw misek-misek di depannya. 

"Baaaang.. Afiqa nangis mulu seharian. Ditinggal dua langkah, nangis. Dia narik tanganku ngajak kemana gitu kan trus ada jeda karena aku harus bangun dari duduk, nangis. Lagi main trus aku ikut pegang mainannya, nangis. Denger kata jangan, nangis. Dikomentarin nangis. Capeknyaaa. Cape tau! Trus aku tuh sampe ngga menghibur gitu loh kalo Afiqa nangis, kubiarin aja ntar juga diem sendiri. Aku jahat ga ya? Tapi gimana yaaaa.... kan aku 24/7 sama Afiqa terus, ngga ada pergi kemana-mana blas jadi kadang aku tu bosen main sama dia. Bingung juga mau ngapain lagi. Aku tu sampe mikir loh, apa jangan-jangan aku ngga sayang ya sama Afiqa? Kok aku tega aja gitu denger dia nangis lama, pas nangis abis mandi misalnya kan karena ngga sabar pake baju, pengen buru-buru mimik. Itu aku makein bajunya ngga ku percepat loh. Santai aja aku pelan-pelan pakein baju padahal dia nangis. Gimana sih bang kita tau kalo kita sayang? Abang sayang sama aku kan? Abang tau darimana kalo abang sayang sama aku?"

Suami gw yang baru pulang langsung diberondong curhatan panjang yang ketahan seharian. Kan ngga enak kalo curhat via watsap sementara suami lagi kerja yakan yakan yakan? Video call juga ngga mantap. Paling enak tu curhat langsung empat mata, jadi sambil gw ngomong panjang lebar ada tangan yang menenangkan sambil elus-elus kepala.

Nah tapi, pertanyaan gw belum terjawab. Pas gw tanya, abang cuma jawab "Gimana ya... ya tau aja kalo aku sayang."😂 tipikal laki gw deh suka males mikir kalo dikasih pertanyaan filosofis gitu. 

Gimana lo tahu kalo lo sayang?
🤔🤔🤔




Gw pengin deket terus Mak. Gw pengin ngasih yang terbaik Mak. Kalo jauh gw kangen Mak. Gw pengin memastikan dia selalu mendapat yang terbaik Mak.

Gitukah?
Tapi akan ada masanya lo bosen. Jenuh banget. Rasanya pengin nonton film India aja daripada nemenin main, atau jajan bakso sendirian sebentar daripada nyuapin maem. Ada, ada masanya rasa itu datang.

Trus kalo gitu, apakah artinya kita kurang sayang? 

Gw pernah baca di suatu sosial media, ibu bekerja curhat bahwa somehow kerja jadi kaya hiburan buat dia. Dia lebih seneng kerja daripada harus stay full di rumah sama anak, bingung mau ngapain aja, rentan stres kalo anak rungsing nangis mulu, dan katanya dia ngerasa anaknya lebih terjamin di daycare daripada di rumah ngga jelas belajar apa.

Oke, first. No judgements. Tiap ibu punya pertimbangan sendiri-sendiri dan kita ngga tahu kondisi ibu tersebut. Tapi yang mau gw tekankan adalah, ternyata bukan cuma gw yang ngalamin. Buat ibu bekerja, ternyata kerja di luar rumah bisa jadi cara kabur sejenak dari jenuh yang melanda. Tapi kalo lo stay full di rumah, gimana mau kabur sejenak, bahkan mandi aja ngga boleh lama-lama 😓 padahal mandi santai itu me time banget, cara kabur sejenak supaya setelahnya bisa seger lagi, ceria lagi, semangat lagi mendampingi anak main. Padahal suami gw super suportif. Mandiin, nyebokin, ngajak main semuanya dilakukan sepenuh hati kalo pas libur. Tapi tetep aja jenuh bisa melanda, walaupun setiap weekend gw punya back up dalam hampir semua hal.

Sebenernya nonton film India jitu banget deh buat melepas penat, tapi sekarang mau beresin satu film aja gw pause bisa 7x karena cuma bisa nonton pas anak bobok.

Dan btw, gw nulis ini sambil mimikin Afiqa, padahal baruuuuusan beli bakso yang baru dicoba kuahnya sesendok. Oh wait for me bakso dingin 😂 Oh motherhood! ❤️

Bakso dingin mah biasa, orang lagi makan trus pause karena kudu nyebokin anak eek trus lanjut makan lagi aja sering 😆

Ternyata, jadi ibu bener-bener latihan sabar tiada terhingga. Dan, dear ibu-ibu, sejenuh apapun sebosan apapun semalas apapun, anak kita punya hak didampingi main oleh perempuan sabar, semangat dan ceria. Jadi, mari mari kita sisihkan sejenak perasaan itu dan jadilah ibu yang ceria, semangat dan sabar ☺️ Jangan sampe anak nyari mbak/pengasuh dan bukannya kita ibunya ketika dia sedih, takut, kecewa dan seneng. Kan?

Home Education Afiqa: Preparation

$
0
0
Apa bedanya ketika ibu di rumah sama engga? Waktu interaksi anak sama ibunya lebih banyak, jelas. Buat gw, there has to be something different ketika gw di rumah bisa mendampingi Afiqa secara penuh. Dan salah satunya yang gw targetkan adalah perihal home edu Afiqa. Sejak dulu, karena terlahir dari keluarga guru, ngga pernah terbersit sekalipun buat nge-homeschool anak sendiri, tapi mindset gw berubah setelah punya anak, baca sana sini, belajar lagi, dan ikut seminar tentang home schooling yang diadain IIP Bogor. Waktu itu pengisinya mba Mira Julia, founder Rumah Inspirasi. Seketika wawasan gw terbuka bahwa home schooling bisa dilaksanakan siapa aja asal ada niat dan konsistensi. 

Biasa tuh sindrom orang abis seminar kan pulangnya langsung menggebu-gebu 😂 gw pun ngga terkecuali. Sampe rumah langsung cari info home schooling anak usia 1 tahun. Btw gw akan menyebutnya home education ya bukan home schooling. Yang gw dapet dari berbagai sumber, anak setahun cukup berpatokan ke milestone, susun aktivitas ngikutin milestone aja. Kalo milestone tersebut udah tercapai, bebaskan anak main apapun.

Lalu bikinlah gw agenda home edu Afiqa yang sophisticated 🤣 Lalu? Lalu sudah, berakhir di kertas aja. Karena target dan agendanya terlalu muluk-muluk, gw jadi banyak excuse. Hffffftttt.........

Akhirnya hari ini memantapkan hati memulai lagi dari awal. Gw nyontek agenda bermain dari buku Rumah Main Anak-nya mba Julia Sarah Rangkuti, simple dan aplikatif. Gw tulis ulang agendanya supaya lebih kokoh niat pelaksanaannya. Laluuu..... eksekusi perangkat main hari pertama langsung saat itu juga. Gw kuatir makin ditunda, males datang lagi melanda ☹️




Sesungguhnya yang terberat dari home edu bukanlah saat penyusunan kurikulum dan agenda main, melainkan konsistensi pelaksanaannya. Doakan gueeee! 🙏🏻

Agenda mainnya in syaa Allah akan diposting secara rutin, ini juga semoga istiqomah postingnya 😂

Ngga Apa-Apa, Aku Tetep Cinta

$
0
0
Terisak seorang istri usai shalat Maghribnya. Jarak tak pernah gagal menjadikan perasaannya terhadap suaminya semakin syahdu. Ia ingat betul rupa fisiknya yang berubah setelah kelahiran anak pertama mereka, dan bintik jerawat yang datang dan pergi seperti hujan kota Bogor di bulan ini.

“Bang, aku jerawatan, emmmm...”, yang dibalas dengan jawaban yang tak pernah berubah,
“Emang aku pernah komplain?” atau “Nggapapa, aku tetep cinta.”

Atau ketika gurat putih sisa kehamilan makin jelas wujudnya, dan ia mulai merasa tidak nyaman dengan perubahan tubuhnya, laki-laki itu selalu menjawab “Ngga apa-apa, aku tetep cinta.”

Makin terisak sang istri mengingat betapa suaminya selalu berusaha memudahkan urusannya, memudahkan hidupnya. Sepertinya kesusahan apapun akan segera menemukan jalan keluar hanya dengan satu password, bang. Kalaupun ada masalah yang belum mendapat solusi, setidaknya hatinya tak lagi gulana karena ia tahu, suaminya akan mengusahakan dan berjuang bersamanya.

Oh, betapa ia ingin rumah tangganya abadi sampai surga. Pedih ia membayangkan adanya perpisahan, tapi memang hidup hanya sementara. Maka apalagi yang bisa ia minta, sebagai wujud cintanya, jika bukan memohon pada Penguasa Semesta untuk mengijinkan mereka bersama sampai surga?



What did I do to deserve you? Masyaa Allah, alhamduliLlah Allahuakbar.

Foto diambil saat hamil 9 bulan, sekitar dua minggu sebelum lahiran. Untuk pertama kalinya setelah ratusan rayuan, sang suami mau diajak berfoto di kotak bernama photobox.
Viewing all 170 articles
Browse latest View live